Kapal Pengangkut Pengungsi Rohingya di Aceh Selatan Ternyata Milik Warga Lokal
Informasi keberadaan pengungsi Rohingya ini mulai berembus di masyarakat setempat sejak Kamis (17/10) sore.
Panglima Laot Aceh Selatan, Muhammad Jabal mengungkap kapal pengangkut ratusan pengungsi Rohingya yang terpantau berada di perairan laut Labuhan Haji adalah milik warga lokal.
Jabal menjelaskan kapal itu awalnya milik seseorang yang berdomisili di Meukek, Aceh Selatan. Sekitar 20 hari sebelumnya, kapal itu dijual oleh pemiliknya ke seorang warga Labuhan Haji Barat.
“Saya sudah tanya tadi ke pemilik kapal yang awal. Dia ceritakan seperti itu. Nama kapalnya KM Bintang Rezeki,” kata Muhammad Jabal, Sabtu (19/10).
Namun, Jabal mengatakan tak mengetahui bagaimana ceritanya kapal tersebut bisa mengangkut pengungsi Rohingya yang mulai terpantau berada di laut Labuhan Haji, Jumat (18/10) pagi.
Informasi keberadaan pengungsi Rohingya ini mulai berembus di masyarakat setempat sejak Kamis (17/10) sore, setelah sosok mayat perempuan tanpa identitas ditemukan mengapung tak jauh dari Pelabuhan Labuhan Haji.
Mayat ini saat ditemukan mengenakan baju warna merah dan celana jeans. Setelah dievakuasi ke TPI Gampong Pasar Lama dan kemudian dibawa ke Puskesmas Labuhan Haji, tim medis menemukan dalam saku celana korban ragam jenis obat-obatan tablet dengan tulisan mirip India atau Bangladesh.
Mayat perempuan itu ciri-cirinya berkulit hitam, rambut lurus dan hidung mancung.
Kapal Pengungsi
Dugaan masyarakat ihwal keberadaan Rohingya di laut Labuhan Haji makin terang, setelah sejumlah nelayan melihat satu kapal berisi ratusan pengungsi Rohingya tampak terombang-ambing di tengah laut.
“Ketika didekati memang terlihat banyak orang Rohingya di dalamnya,” kata Muhammad Jabal.
Jabal yang sore kemarin juga turut mengecek ke tengah laut dengan pihak terkait lainnya, mendapati di atas kapal itu banyak pengungsi Rohingya.
“Sekilas saya lihat langsung jumlah mereka lebih dari seratusan orang. Yang paling banyak anak-anak,” ujarnya.
Saat ini kapal pengangkut Rohingya itu masih berada di laut sekitar 4,8 kilometer sampai 6,4 kilometer dari daratan Labuhan Haji.