Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Pilu Tiga Saudara di Purbalingga Berjuang Melawan Thallasemia

Kisah Pilu Tiga Saudara di Purbalingga Berjuang Melawan Thallasemia Keluarga penderita Thallasemia di Purbalingga. ©2020 Istimewa

Merdeka.com - Eva Tiana mengidamkan obat dan jarum tak lagi membayangi hidupnya. Sudah tujuh tahun lamanya, ia mesti bolak balik dari rumahnya di Dusun Bawahan, Desa Gunung Wuled, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga ke RS Goetheng Tanuadibrata.

Bocah berusia 13 tahun itu, saban bulan mesti transfusi darah. Saat berusia 6 tahun, Eva divonis mengidap thallasemia

Dalam lubuk hati, Eva ingin seperti teman-teman sebayanya. Beraktivitas tanpa ketergantungan pada obat.

"Ingin sekolah secara normal seperti anak-anak yang lain. Saya sering bolos karena sakit," kata Eva, Minggu (21/6).

Eva duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perjuangannya menempuh pendidikan juga tak mudah. Menuju ke sekolah, ia harus berjalan kaki selama 1 jam.

Kondisi ekonomi keluarga, tidak memungkinkan bagi Eva untuk memanfaatkan jasa pengojek di kampungnya.

Giseroseni, ibu Eva berusia 47 tahun. Sehari-hari, ia dan suaminya, Sunarso, bekerja sebagai buruh tani serabutan. Pendapatan keluarga, kata Giseroseni, hanya cukup untuk makan.

"Sisa uang kami kumpulkan agar bisa membayar ojek ke rumah sakit. Itupun kadang-kadang tidak langsung dibayar, nunggu ada uang lagi," kata Giseroseni.

Meski untuk tranfusi gratis, namun biaya transport ke rumah sakit acapkali jadi kendala. Tak jarang, demi kesembuhan anaknya, Giseroseni berhutang.

"Dulu pernah beberapa kali diantar oleh Baznas, tapi kadang bisa kadang tidak. Apalagi ditambah sekarang masa pandemi jadi lebih susah," imbuhnya.

Di lingkungan keluarga ini, Eva tak sendirian mengidap thallasemia. Dari empat buah hati pasangan Giseroseni dan Sunarso (47), tiga anak mengidap thallasemia. Anak pertama Sumiarti (26), mengidap penyakit tersebut ketika berusia 12 tahun. Sedang anak kedua, Keriyani (25) mengidap thallasemia sejak berusia 14 tahun.

Giseroseni bercerita, kediaman mereka yang terpelosok membuatnya cukup kesulitan untuk mengetahui sejak awal jenis penyakit yang diderita oleh anak-anaknya. Baru setelah ke RS Goeteng, ia mengetahui, bahwa thalasemia yang kerap membuat anak-anaknya mengeluh lemas.

Sumiarti, si anak sulung, pernah merasa dijauhi teman-temannya karena takut akan tertular penyakitnya. Selain itu ia kerap mendapat cibiran ketika perutnya membuncit. Teman-temannya pernah mengira ia sedang hamil.

Aktivitas sehari-hari Sumarni, menyulam bulu mata palsu yang populer disebut mengidep di Purbalingga. Meski uang yang ia peroleh tak seberapa, kegiatan ini baginya dapat mengisi kegiatan di rumah. Pasalnya, kondisi kesehatannya tak memungkinkan bagi Sumari untuk bekerja diluar rumah.

Ia dan adiknya, Keriyani, mesti berhenti sekolah karena sering alami sakit-sakitan.

"Memang tidak melanjutkan lagi karena tidak ada biaya," katanya.

Problem lain yang dialami keluarga ini di masa pandemi covid-19, mereka kesulitan untuk transfusi darah. Pasalnya, jumlah stok darah di rumah sakit berkurang.

"Biasanya dapat 2-3 kantong, kalau sekarang paling 1 kantong, itupun kalo ada semua. Kalau nggak ada ya gantian transfusinya," kata Sumarni sembari membereskan bulu mata palsu hasil kerjaannya.

(mdk/rhm)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengejar Cita-cita, Siswa Kelas 1 SDN Jalan Kaki Selama 1 Jam ke Sekolah
Mengejar Cita-cita, Siswa Kelas 1 SDN Jalan Kaki Selama 1 Jam ke Sekolah

Berikut kisah siswa kelas 1 SDN rela jalan kaki ke sekolah demi mengejar cita-cita.

Baca Selengkapnya
Viral Perjuangan Siswa di Samosir untuk Sekolah, Berangkat Jalan Kaki saat Hari Masih Gelap
Viral Perjuangan Siswa di Samosir untuk Sekolah, Berangkat Jalan Kaki saat Hari Masih Gelap

Viral perjuangan siswa di Samosir harus berjalan kaki menuju sekolah dalam keadaan hari masih gelap.

Baca Selengkapnya
Wanita Ini Abadikan Momen saat Bertugas Jadi Guru PPPK di Daerah Terpencil Riau, Berangkat Pakai Perahu hingga Tidak Ada Aliran Listrik
Wanita Ini Abadikan Momen saat Bertugas Jadi Guru PPPK di Daerah Terpencil Riau, Berangkat Pakai Perahu hingga Tidak Ada Aliran Listrik

Perjalanan ke tempat bertugasnya itu harus ditempuh dengan penuh perjuangan.

Baca Selengkapnya
Viral Perjuangan Guru Mengajar di Sekolah Terpencil, Berangkat Lewati Jalan Berlumpur
Viral Perjuangan Guru Mengajar di Sekolah Terpencil, Berangkat Lewati Jalan Berlumpur

Perjuangan guru yang mengajar di sekolah terpencil ini viral di tiktok, berangkat lewati jalan berlumpur hingga muara.

Baca Selengkapnya
Nestapa Iyyang Bocah SD Jalan Kaki 2 Km Jualan Es, Diberi Upah Rp 2 Ribu hingga Bangunan Sekolahnya Miris
Nestapa Iyyang Bocah SD Jalan Kaki 2 Km Jualan Es, Diberi Upah Rp 2 Ribu hingga Bangunan Sekolahnya Miris

Ada perjuangan dan kerja keras dari sosok bocah bernama Iyyang.

Baca Selengkapnya
Guru di Pelosok Lebak Ini 30 Tahun Jalan Kaki untuk Mengajar, Pernah Jatuh ke Jurang hingga Diadang Hewan Liar
Guru di Pelosok Lebak Ini 30 Tahun Jalan Kaki untuk Mengajar, Pernah Jatuh ke Jurang hingga Diadang Hewan Liar

Tantangan yang dihadapinya bukan hanya soal jalanan yang rusak, tetapi juga hewan-hewan liar di sepanjang perjalanan.

Baca Selengkapnya
Yatim Piatu Sejak Kecil, Perempuan Ini Kembali Bangkit dan Kini Jadi Guru Agama Budha
Yatim Piatu Sejak Kecil, Perempuan Ini Kembali Bangkit dan Kini Jadi Guru Agama Budha

Seorang perempuan bernama Amanda berhasil membuat haru karena kisahnya yang mampu bangkit dari keterpurukan hidup.

Baca Selengkapnya
Mengenang Masa Lalu, Polwan Cantik Berjalan Kaki dari Rumah ke Jalan Raya Untuk Naik Bus Menuju Sekolah
Mengenang Masa Lalu, Polwan Cantik Berjalan Kaki dari Rumah ke Jalan Raya Untuk Naik Bus Menuju Sekolah

Berikut momen AKBP Aryuni Novitasari mengenang masa lalu saat menuju sekolah SMP.

Baca Selengkapnya
Hari Pertama Tahun Ajaran Baru, Begini Momen Perjuangan Guru yang Mengajar di Desa Terpencil
Hari Pertama Tahun Ajaran Baru, Begini Momen Perjuangan Guru yang Mengajar di Desa Terpencil

Bahkan, para guru ini harus menggunakan perahu untuk menuju ke tempat sekolah tersebut.

Baca Selengkapnya
Potret Miris Bocah SD di Sinjai Dayung Perahu Menuju Sekolah, Bertaruh Nyawa Lewati Sungai Sedalam 10 Meter
Potret Miris Bocah SD di Sinjai Dayung Perahu Menuju Sekolah, Bertaruh Nyawa Lewati Sungai Sedalam 10 Meter

Setiap hari mereka menyeberang sungai itu tanpa didampingi orang tua

Baca Selengkapnya
Adik Pegi Setiawan Gagal Masuk SMAN 1 Margahayu, Sang Ayah Mengadu ke Dedi Mulyadi
Adik Pegi Setiawan Gagal Masuk SMAN 1 Margahayu, Sang Ayah Mengadu ke Dedi Mulyadi

Sang ayah mengadu hingga diberi solusi oleh politikus Dedi Mulyadi.

Baca Selengkapnya