Membedah 2 NGO di Balik Pertemuan 5 Kader NU dengan Presiden Israel
Pertemuan lima kader Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel Isaac Herzog menuai kontroversi.
Pertemuan lima kader Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel Isaac Herzog menuai kontroversi. Pertemuan itu digelar di Istana Presiden Israel pada 3 Juli 2024.
Lima kader NU itu adalah Zainul Maarif, Munawir Aziz, Syukron Makmun, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Anafisa Dania.
Buntut pertemuan itu, Zainul Maarif dipecat dari pengurus Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU DKI Jakarta. Sementara Munawir Aziz dipecat dari Staf Khusus Pj Bupati Kudus di bidang Strategis dan Komunikasi.
Di balik pertemuan lima kader NU dengan Presiden Israel ini, ada dua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non Govermental Organization (NGO) yang berperan besar. Keduanya adalah Itrek dan Rahim.
Peran kedua NGO ini terungkap berdasarkan pengakuan Zainul Maarif dan pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Kedua LSM ini mengajak 5 kader NU untuk bertemu Presiden Israel.
"Ini organisasinya namanya Itrek ya," ungkap Zainul Maarif.
Itrek
Itrek merupakan kepanjangan dari Israel Trek, sebuah organisasi yang berbasis di AS. Organisasi ini memiliki program untuk mengirimkan mahasiswa pascasarjana juga tokoh-tokoh muda di berbagai negara untuk melakukan perjalanan ke Israel selama satu minggu.
Dilansir dari laman resmi itrek.org, tujuan dari program perjalanan tersebut ialah untuk meningkatkan citra Israel di kalangan publik.
“Jika Anda ingin memahami kawasan ini, bagaimana politik internasional bekerja, bagi setiap pembuat kebijakan di masa depan, Pemahaman tentang Israel mutlak diperlukan dan krusial," tulis salah satu keterangan pada website.
Kelompok pro-Israel itu disebut mengatur perjalanan propaganda dan dikatakan menerima dana langsung dari pemerintah Israel.
Berbeda dari lima kader NU yang memuji Itrek, mahasiswa-mahasiswa dari kebanyakan universitas di AS justru menunjukkan sikap berbeda.
Mahasiswa di Universitas Georgetown justru memblokir pendanaan untuk perjalanan ke Israel dan memutus semua hubungan kelembagaan dengan kelompok yang disebut Itrek.
Melansir dari laman middleeastmonitor, pada 2022 lalu pihak Universitas Georgetown awalnya akan mengalokasikan dana sebesar $30.000 untuk ikut membiayai perjalanan ke Israel.
Namun, para mahasiswa melakukan intervensi dan berhasil memblokir gerakan tersebut. Para mahasiswa mengaku menolak narasi yang diusung itrek.
Program ini sebagian besar dibiayai oleh Itrek dan dikatakan menelan biaya $250.000 per perjalanan satu minggu.
"Ekspansi pemukiman Israel terus berlanjut, yang secara paksa mengusir warga Palestina, merampas tanah mereka, dan menghancurkan rumah mereka," jelas para mahasiswa dilansir middleeastmonitor pada 14 Maret 2022 lalu.
Tak hanya itu, beberapa asosiasi pelajar di AS juga resmi melarang siswa untuk berpartisipasi dalam Itrek. Banyak pihak menyebut, jika kampanye Itrek dirancang untuk meningkatkan citra Israel di kalangan publik.
Tujuannya untuk mengalihkan perhatian dari pelanggaran hak asasi manusia di Palestina yang sedang berlangsung.
Rahim
RAHIM diresmikan pada 13 April 2022 lalu. Organisasi ini dikenal juga dengan nama The Ibrahim Heritage Study Center for Peace. Dilansir dari berbagai sumber, Rahim bergerak di bidang penelitian dan kajian perdamaian dan resolusi konflik baik bersekala global maupun lokal.
Dalam struktur kepengurusan Rahim, Zainul Maarif menduduki posisi sebagai manager penelitian domestik. Sementara tokoh muda NIU Mukti Ali Qusyairi tercatat sebagai Presiden Direktur Rahim.
Saat peresmian Rahim, Mukti Ali mengatakan, Rahim merupakan lembaga penelitian dan kajian perdamaian dan resolusi konflik. Bukan lembaga politik atau pun konspirasi.
“Tim peneliti Rahim adalah dokter peradaban, yang hendak mendiagnosa penyakit peradaban berupa konflik dan perang serta meneliti penyebab-penyebabnya. Lalu memberikan resep dan obat sebagai solusi yang dapat menyembuhkan. Sebab visi Rahim adalah berikhtiar mewujudkan perdamaian dunia, dan misinya adalah mewujudkan perdamaian dengan melalui riset dan kajian perdamaian serta berkontribusi positif dalam rekonsiliasi konflik," jelasnya.
Hingga saat ini, website Rahim dengan nama rahim.or.id tak bisa diakses.
“This site can’t be reached,” demikian tulisan yang muncul saat membuka website Rahim.