Mengulas Pilihan Menhan Prabowo Beli Pesawat Tempur Dassault Rafale Asal Prancis
Merdeka.com - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto baru saja menandatangani kerja sama dengan Prancis untuk pembelian total 42 pesawat tempur Dassault Rafale generasi 4,5. Pembelian itu akan dilakukan secara bertahap, dengan langkah awal 6 pesawat yang didatangkan memperkuat alutsista TNI AU.
Merespons kebijakan itu, Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai jika pilihan Prabowo membeli pesawat pabrikan Prancis itu, adalah jawaban atas desakan evaluasi dan modernisasi alutsista milik TNI yang sebelumnya disuarakan berbagai pihak.
"Meski, kita tahu bahwa hal itu tidak mudah dilakukan di tengah keterbatasan anggaran dan kondisi pandemi yang tak kunjung reda. Dibutuhkan ruang fiskal yang memadai untuk menjawab harapan masyarakat agar TNI dapat segera menggunakan alutsista muda, berteknologi terkini dan mumpuni," kata Fahmi kepada merdeka.com, Jumat (11/2).
-
Di mana Indonesia berada dalam daftar negara dengan anggaran riset terbesar? Menurut data dari Research and Development World (R&D World) 2022, negeri ini menempati peringkat ke-34 dari 40 negara.
-
Negara apa yang terbesar di dunia? Rusia, dengan wilayah seluas 17,098 juta kilometer persegi, adalah negara terbesar di dunia, dan ini bukanlah suatu kejutan.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Kenapa anggaran riset negara di dunia meningkat? Jumlah ini merupakan peningkatan 5,43 persen dari sebelumnya, di mana pada tahun 2021 biaya yang dikeluarkan untuk keperluan riset hanya sebesar 2,348 triliun USD.
-
Apa peringkat negara terkaya di Asia Tenggara? Diketahui, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara terkaya di Asia Tenggara dengan pendapatan kotor per kapita sekitar Rp 59,29 juta. Sementara, peringkat pertama dimiliki oleh Singapura yang memiliki pendapatan kotor per kapita sebesar Rp935,37 juta.
Ikuti berita Prabowo Subianto di Liputan6.com
Walau, lanjut Fahmi, kebijakan itu sangat dilematis karena harus menggelontorkan anggaran yang tak sedikit. Namun kebutuhan pertahanan dan ancaman kedaulatan negara harus tetap menjadi prioritas, di samping pembangunan kesejahteraan.
"Perang, bagaimanapun harus selalu diposisikan mungkin hadir dan terjadi. Karena itu, pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan merupakan salah satu cara untuk memperkecil ancaman terjadinya perang," terangnya.
Terlebih, Fahmi menyampaikan, Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan dan ancaman yang tidak kecil baik dari dalam maupun dari luar negeri terhadap kedaulatannya. Termasuk pola biaya anggaran belanja negara lain yang terus meningkat.
Mengutip data SIPRI (Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm), catat Fahmi, ada lima negara terbesar yakni Amerika Serikat, Tiongkok, India, Rusia dan Inggris terus menaikkan belanja pertahanannya mencapai 62 persen anggaran belanja militer global.
"Bila tidak memiliki pertahanan yang kuat, Indonesia tidak memiliki posisi tawar dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis," tuturnya.
Sementara, Fahmi juga mengatakan langkah pembelian untuk enam unit pertama adalah pilihan wajar. Mengingat kondisi keuangan negara, saat ini walaupun kebutuhan alutsista tetap diperlukan.
"Jika tidak maka bukan hanya enam yang akan dibeli saat ini, tapi bisa lebih dari itu mengingat kondisi alutsista udara kita yang penuh keterbatasan," ujarnya.
Tepatkah Pilih Pesawat Prancis
Di sisi lain, Fahmi mengulas jika pembelian pesawat Rafale adalah pilihan yang tepat dengan keterbatasan anggaran bisa mendapatkan alutsista dengan spesifikasi tinggi untuk berbagai misi (multi-mission), ketimbang produk lainnya.
Karena, dengan memboyong pesawat tempur pabrikan Prancis tersebut bisa membuka ruang daftar negara baru yang bekerjasama sama dengan Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan alutsista.
"Kita sudah punya kerjasama dengan Amerika, Rusia, Inggris bahkan Korea untuk alutsista udara. Melengkapinya dengan kehadiran teknologi Prancis tentu akan memperkaya pengalaman dan kemampuan kita," tuturnya
"Apalagi kerjasama ini juga dibarengi dengan banyak rencana kerjasama lain yang terkait dengan transfer teknologi, kolaborasi riset maupun pengembangan alutsista dan pembangunan fasilitas MRO. Kalau ini terwujud tentu akan meningkatkan efisiensi dan menjadi nilai tambah yang signifikan," tambahnya.
Pada kesempatan terpisah, Pengamat militer dari Peneliti Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi) Beni Sukadis menjabarkan bahwa pembelian 42 pesawat tempur Rafale telah menjadi kekuatan daya gentar (deterrent) bagi Indonesia.
"Dengan situasi geopolitik saat ini langkah ini tepat karena secara teknologi dan juga strategis, Perancis merupakan mitra yg tepat dalam upaya pengadaan alutsista kita," terang Beni.
Terlebih, Beni memandang jika Perancis kini telah dikenal sebagai negara yang memiliki kemandirian dalam hal produksi alutsista. Hal ini tentu akan membawa dampak positif bagi perkembangan alutsista Indonesia, hingga kepentingan global.
"Dan mereka mau bekerja sama dlm skema offset (timbal balik dagang dlm pembuatan spare part pesawat atau kerjasama lainnya). Dan yg lebih penting lagi Perancis walaupun negara NATO, tapi polugri lebih netral dalam isu-isu sensitif seperti. Menolak invasi AS di Irak dan lainnya," terangnya.
Prabowo Teken Pembelian Pesawat Rafale
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah meneken pembelian 42 pesawat tempur buatan Prancis, Dassault Rafale generasi 4,5. Usai menerima kunjungan kehormatan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis Florence Parly di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (10/2).
"Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk 6 pesawat," kata Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus ini mengungkapkan akan disusul dalam waktu dekat dengan kontrak untuk 36 pesawat lagi dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan.
"Dassault bekerja sama dengan PT DI untuk 'maintenance', 'repair', dan 'overhaul' pesawat-pesawat Prancis di Indonesia. Seperti Rafale, Helikopter Caracal, dan lainnya," ujar Prabowo.
Informasi yang dihimpun, harga satu unit pesawat tempur Dassault Rafale diperkirakan mencapai USD 115 juta atau Rp 1,64 triliun dengan kurs USD 1 = Rp 14.333.
Sementara untuk ongkos terbang per unit dalam hitungan per jam senilai USD 16.500 atau sekitar Rp 236,5 juta dengan kurs yang sama.
Jika Kemhan akan mendatangkan 42 unit pesawat tempur Dassault Rafale, maka perkiraan dana yang harus dikeluarkan Indonesia senilai Rp 68,8 triliun.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo resmi melakukan kontrak ketiga jet tempur Rafale dari Prancis sebanyak 18 unit.
Baca SelengkapnyaAwalnya, target minimum essential force (MEF) ditargetkan mencapai 100 persen pada 2024, namun direvisi menjadi 70 persen.
Baca SelengkapnyaJet tempur andalan Prancis itu singgah di Indonesia setelah menyelesaikan misi proyeksi kekuatan jarak jauh di zona Indo-Pasifik (Misi Pegase 2023).
Baca SelengkapnyaKedunya membahas soal kerja sama Indonesia-Prancis Ekonomi Forum hingga pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Baca SelengkapnyaIndonesia memastikan membeli Rafale dan Mirage 2000-5
Baca Selengkapnya42 unit pesawat Rafale yang telah dipesan nantinya akan ditempatkan di skadron 12 dan skadron 16.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Masih menjadi negara digdaya dengan kekuatan militer di peringkat pertama.
Baca SelengkapnyaIndonesia diperkirakan harus menunggu 3-5 tahun ke depan untuk bisa memiliki pesawat buatan Prancis ini.
Baca SelengkapnyaNilai belanja militer itu naik 6,8 persen dari 2022 dan mencatat lompatan paling tajam sejak 2009, demikian disebutkan dalam laporan tersebut.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyebut RUU tersebut menjadi penting sebab negara-negara tersebut memiliki peran dan teknologi yang cukup baik dalam bidang pertahanan.
Baca SelengkapnyaPesawat tempur F-15EX merupakan versi paling muktahir dari pesawat F-15 yang pernah dibuat oleh Boeing.
Baca SelengkapnyaDikutip dari Global Fire Power, kekuatan TNI menduduki peringkat ke-13 di dunia dengan nilai Power Indeks mencapai 0,2221.
Baca Selengkapnya