Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Narasi Tragedi 1965 dibangun Orba untuk sah kan rezim

Narasi Tragedi 1965 dibangun Orba untuk sah kan rezim Makam korban tragedi Semarang 1965. ©2015 Merdeka.com/parwito

Merdeka.com - Penyelenggaraan kegiatan simposium nasional 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan' mulai memasuki hari kedua. Sebagai pembicara pertama, Kepala Pusat Kajian Asia Tenggara Indonesia, Dr. Yosef Djakababa menjelaskan, terdapat sejumlah pola ingatan di masyarakat Indonesia terkait tragedi 1 Oktober 1965, sejak terjadinya tragedi tersebut hingga hari ini.

Namun dari beberapa pola ingatan tersebut, ujar Yosef, ada satu kecenderungan kompleksitas ingatan yang sama-sama tidak terepresentasi dengan baik, akibat sejumlah kepentingan yang melatar belakanginya.

"Di era rezim Orba, pembangunan narasi mengenai Tragedi '65 adalah cara untuk mengesahkan rezim yang baru muncul. Mereka memang butuh narasi yang mudah ditangkap masyarakat kala itu, untuk menjamin kelangsung hidup rezim Orba tersebut," ujar Yosef dalam pemaparan awalnya di simposium nasional 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan', di Hotel Aryaduta, kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Selasa (19/4).

Yosef menyebut, sebagai satu-satunya pemegang kendali atas narasi Tragedi 1965 selama puluhan tahun, rezim Orde Baru telah begitu massif mengambing hitamkan PKI sebagai pihak tunggal yang bersalah dalam pergolakan politik kala itu.

Bahkan, propaganda yang begitu massif juga dilakukan oleh rezim tersebut, dengan mengimplementasikan kepentingannya dalam sejumlah kebijakan, peringatan resmi, film, politik sensor, bahkan sampai tataran kurikulum sekolah.

"Negara saat itu menjadi satu-satunya penentu bagaimana Tragedi 1 Oktober dijadikan sebagai acuan mereka untuk memahami sejarah '65," ujarnya.

Untuk itu, Yosef berharap agar saat ini seluruh elemen masyarakat Indonesia bisa mempelajari secara menyeluruh mengenai apa yang terjadi dalam pergolakan politik 1965, dan berpikiran terbuka pada kenyataan-kenyataan kelam yang terjadi di sejarah Indonesia.

"Ada kesenyapan sejarah soal tragedi setelah 1 Oktober, dan itu sama sekali tidak pernah diakui oleh negara, apalagi dibahas. Dampaknya, banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui mengenai tragedi tersebut," ujar Yosef.

"Maka menurut saya, saat ini harus ada saling keterbukaan pandangan untuk memahami dan mempelajari secara menyeluruh mengenai kenyataan sejarah Tragedi 1965, dan tidak hanya sebagian saja," pungkasnya.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Pers Diberedel Habis pada Masa Soeharto
Kisah Pers Diberedel Habis pada Masa Soeharto

Sejumlah pers diberedel pada masa Orde Baru karena mengkritik pemerintah.

Baca Selengkapnya
Tujuan Orde Baru, Latar Belakang, Kelebihan, dan Perbedaannya dengan Orde Lama
Tujuan Orde Baru, Latar Belakang, Kelebihan, dan Perbedaannya dengan Orde Lama

Orde Baru dapat didefinisikan sebagai suatu penataan kembali kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia berlandaskan dasar negara indonesia.

Baca Selengkapnya
10 Januari: Peringati Hari Tritura, Tonggak Sejarah Kelahiran Orde Baru
10 Januari: Peringati Hari Tritura, Tonggak Sejarah Kelahiran Orde Baru

Istilah "Tritura" merupakan singkatan dari "Tri Tuntutan Rakyat" (Tiga Tuntutan Rakyat).

Baca Selengkapnya
Mengenang Sejarah Aksi Tritura, Tonggak Utama Lahirnya Masa Orde Baru di Indonesia
Mengenang Sejarah Aksi Tritura, Tonggak Utama Lahirnya Masa Orde Baru di Indonesia

Tritura sendiri merupakan momentum perpindahan dari masa pemerintahan Orde Lama (Soekarno) menuju Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Baca Selengkapnya
Peristiwa 1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Berikut Sejarah dan Para Tokohnya
Peristiwa 1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila, Berikut Sejarah dan Para Tokohnya

Peringatan 1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila dimaksudkan untuk mengenang kembali sejarah dalam mempertahankan ideologi bangsa.

Baca Selengkapnya
Pemahaman Kebangsaan untuk Bentengi Diri dari Narasi Kebencian di 2024
Pemahaman Kebangsaan untuk Bentengi Diri dari Narasi Kebencian di 2024

Masyarakat memiliki ketahanan lebih terhadap narasi kebangkitan khilafah karena lebih percaya organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Baca Selengkapnya
BPIP Harap Masyarakat Tak Mudah Dipecah Belah Perbedaan Budaya dan Agama
BPIP Harap Masyarakat Tak Mudah Dipecah Belah Perbedaan Budaya dan Agama

Romo Benny menyampaikan harapannya agar Indonesia tidak mudah dipecah belah oleh perbedaan kebudayaan atau keagamaan.

Baca Selengkapnya