Puan Maharani Sebut Nilai Sejarah Indonesia-Serbia Dapat Perkuat Hubungan Bilateral
Ketua DPR RI Puan Maharani melakukan kunjungan kerja ke Serbia, salah satu negara pecahan Yugoslavia yang berada di Eropa Tengah.
Ketua DPR RI Puan Maharani melakukan kunjungan kerja ke Serbia, salah satu negara pecahan Yugoslavia yang berada di Eropa Tengah. Dalam kunjungannya Puan menjelaskan hubungan Indonesia dan Serbia yang memiliki nilai sejarah tinggi menjadi pendukung kokoh kerja sama kedua negara di berbagai bidang saat ini.
Puan didampingi oleh Wakil Ketua BKSAP Gilang Dhiela Fararez, dan anggota DPR Komisi X Vanda Sarundajang, melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Majelis Nasional Serbia, Ana Brnabic, yang diselenggarakan di Gedung Parlemen Serbia, Senin (26/8).
“Serbia merupakan salah satu mitra penting bagi Indonesia di kawasan Balkan, dan juga karena hubungan kedua negara memiliki nilai sejarah yang tinggi. Saya meyakini, pertemuan kita hari ini dapat berkontribusi untuk memperkuat kerja sama Indonesia dan Serbia," tutur Puan.
Puan menjelaskan, hubungan diplomatik RI-Serbia dimulai tahun 1954, dimana tahun ini Indonesia dan Serbia memperingati 70 tahun hubungan bilateral. Puan juga bercerita, Sukarno telah berkunjung ke Belgrade sebanyak 6 kali dan selalu mendapat sambutan meriah.
"Hal ini karena hubungan erat antara Presiden pertama Indonesia Ir. Sukarno dengan Presiden Josip Broz Tito. Hubungan eratnya di masa lalu dapat menjadi pendorong bagi kita untuk menjaga persahabatan kedua negara," ujar cucu Bung Karno itu.
Puan menuturkan, Indonesia dan Serbia (sebelumnya Yugoslavia) diketahui merupakan 2 dari 5 negara pendiri Gerakan Non Blok (GNB) yang diawali melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955.
"Hubungan erat antara Presiden Josip Broz Tito dan Presiden Sukarno di masa lalu dapat menjadi pendorong bagi kita untuk menjaga persahabatan kedua negara," ujar cucu Bung Karno itu.
Puan melihat prinsip Dasa Sila Bandung 1955, yang juga menginspirasi pembentukan GNB masih tetap relevan saat ini. "Saya mengapresiasi dukungan Serbia atas ditetapkannya Pidato Presiden Sukarno yang berjudul 'To Build the World A New', pada Pertemuan Pertama GNB, sebagai Memory of the World, UNESCO pada Mei 2023,” papar Puan.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya menggarisbawahi pentingnya hubungan antar masyarakat (people-to-people contact). Puan juga memandang kedua negara perlu memperkuat kerja sama sebagai fondasi bagi kokohnya hubungan kedua negara.
”Dalam bidang pendidikan, ekonomi, olahraga, riset, hubungan politik, serta pariwisata dan pertukaran budaya,” sebut Puan.
Pada pertemuan tersebut, Ana Brnabic mengapresiasi dukungan DPR dalam kemitraan Indonesia dengan Serbia selama ini dan dukungan Indonesia untuk perdamaian di kawasan Balkan. Parlemen Serbia berharap bisa menjadi delegasi atau negara peninjau dalam ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) atau sidang/pertemuan parlemen negara-negara ASEAN.
“Kami sudah membentuk grup kerjasama Parlemen Asia Tenggara di mana Indonesia menjadi negara kunci,” kata Ana Brnabic.
Dari Gedung Parlemen, Puan berkeliling Istana Serbia yang pernah dikunjungi Presiden Sukarno pada tahun 1961 saat Serbia masih menjadi bagian dari Yugoslavia. Puan lalu diminta Parlemen Serbia untuk menuliskan pesan. Berikut pesan yang dituliskan Puan:
“Saya menyampaikan salam hangat dari Indonesia. Semoga kunjungan saya ini akan memperkuat hubungan persahabatan antara Indonesia dan Serbia yang sudah berlangsung lama dan dapat membawa manfaat bagi rakyat kedua negara.”
Disambut direktur museum, Puan ditunjukkan setumpuk surat-surat korespondensi antara Presiden Sukarno dan Presiden Tito, yang berisi saling bertanya kabar serta diskusi kedua pemimpin negara tentang berbagai hal. Berdasarkan informasi, terdapat 1.200 surat Sukarno ke Tito yang memuat banyak komunikasi pribadi dan tema kenegaraan.
Pemerintah Serbia diketahui berinisiatif menggali warisan komunikasi persahabatan Bung Karno dan Tito untuk membangkitkan memori mengenai negara Yugoslavia. Saat ini Yayasan Bung Karno disebut sudah berhasil menyimpan sekitar 300-an surat yang telah diserahkan oleh Serbia.
Tak hanya melihat surat tulisan tangan Sukarno, Puan juga sempat melihat pohon yang ditanam sang kakek, Bung Karno, pada tahun 1961 di Serbia. Pohon itu berada di Park of friendship atau taman perdamaian di Belgrade.
Reporter: Melia Cholilah