Masjid Madegan Sampang, Jejak Sejarah Islam di Madura dan Tradisi Sumpah Pocong
Mari menelisik Masjid Madegan Sampang, jejak sejarah Islam dan kepercayaan tradisi sumpah pocong di Madura!

Pulau Madura tidak hanya dikenal dengan tradisi karapan sapi dan kuliner khasnya, tetapi juga dengan warisan sejarah Islam yang kaya. Salah satu peninggalan bersejarah yang masih berdiri kokoh adalah Masjid Madegan Sampang, yang terletak di Jl. Mangkubumi, Polagan, Kec. Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan panjang penyebaran Islam di Madura.
Masjid Madegan memiliki arsitektur khas Majapahit atau Jawa Kuno, mencerminkan perpaduan antara budaya Hindu-Buddha dan Islam. Bangunan ini diyakini didirikan oleh raja yang berkuasa di Sampang pada masa lampau, menjadikannya sebagai salah satu pusat penyebaran Islam pertama di Pulau Madura. Selain nilai sejarahnya, masjid ini juga dikenal karena fenomena unik yang masih terjadi hingga kini, yaitu praktik sumpah pocong yang dipercaya masyarakat sebagai cara menentukan kebenaran dalam perselisihan.
Dengan segala keunikan dan sejarah yang melekat, Masjid Madegan Sampang menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi peziarah maupun wisatawan yang ingin melihat dari dekat jejak peradaban Islam di Madura. Berikut beberapa fakta menarik tentang masjid ini yang menjadikannya begitu istimewa.
1. Dibangun oleh Raja Majapahit Terakhir
Masjid Madegan diyakini didirikan oleh Ario Langgar, cucu Lembupetang, seorang pemimpin yang berkuasa di Sampang. Lembupetang sendiri adalah putra Raja Majapahit terakhir yang menikahi seorang putri dari Campa, salah satu provinsi di Kamboja. Setelah mempelajari Islam di bawah bimbingan Sunan Ampel di Surabaya, ia menyebarkan ajaran Islam di Madura, yang akhirnya mengarah pada pembangunan masjid ini.
Namun, terdapat sumber lain yang menyebutkan bahwa masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Cakradiningrat IV, keturunan dari Ratu Ebu di Bangkalan, yang merupakan putri Sunan Giri. Meskipun asal-usulnya masih diperdebatkan, bukti sejarah menunjukkan bahwa masjid ini memang dibangun oleh penguasa Sampang, sebagaimana terlihat dari sisa gapura kuno yang masih berdiri kokoh di samping masjid.
Selain itu, keberadaan pesarean (kompleks makam) para raja di sekitar masjid semakin memperkuat keyakinan bahwa Masjid Madegan merupakan bagian dari peninggalan sejarah Kerajaan Sampang. Di antaranya terdapat makam Ario Langgar, yang diyakini sebagai pendiri masjid, serta tokoh-tokoh lain seperti Raden Baharuddin dan Moh. Noer, mantan Gubernur Jawa Timur.
2. Masjid Madegan dan Tradisi Sumpah Pocong

Salah satu hal yang membuat Masjid Madegan begitu terkenal adalah praktik sumpah pocong, yang dalam bahasa Madura disebut “Sompa Madekan”. Tradisi ini dilakukan sebagai upaya terakhir dalam menyelesaikan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan melalui jalur hukum atau musyawarah.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, sumpah ini sangat sakral dan dipercaya memiliki kekuatan gaib. Orang yang bersumpah akan dibungkus kain kafan seperti pocong dan bersumpah di dalam masjid. Jika ia berbohong, dalam waktu 40 hari ia akan menerima akibatnya, mulai dari jatuh sakit hingga meninggal dunia.
Namun, asal-usul praktik ini tidak diketahui secara pasti. Abdul Halim, seorang penyumpah yang telah menjalankan tugas ini selama lebih dari 15 tahun, mengakui bahwa pekerjaan ini diwarisi dari ayahnya. Ia juga mengatakan bahwa kepercayaan terhadap sumpah pocong muncul karena banyaknya kasus di mana orang yang bersalah langsung mendapat balasan setelah bersumpah.
3. Peran Pemerintah dalam Mengurangi Praktik Sumpah Pocong

Karena semakin banyaknya masyarakat yang ingin melakukan sumpah pocong, Pemerintah Daerah (Pemda) Sampang mengambil langkah-langkah untuk mengurangi praktik ini. Salah satu upayanya adalah dengan memberikan nasihat kepada mereka yang bersengketa agar mencari jalan damai.
Selain itu, pemerintah juga memberlakukan biaya sumpah yang cukup tinggi, mencapai lebih dari satu juta rupiah. Kebijakan ini bertujuan agar masyarakat lebih mempertimbangkan penyelesaian perselisihan melalui jalur lain. Sayangnya, meskipun sudah dikenakan biaya mahal, tetap ada beberapa orang yang bersikeras melakukan sumpah pocong karena keyakinan kuat akan kebenaran tradisi ini.
4. Lokasi yang Unik: Masjid di Tengah Pemakaman

Keunikan lain dari Masjid Madegan adalah lokasinya yang berada di tengah pemakaman. Saat memasuki halaman masjid, suasana terasa mistis karena dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan makam para tokoh penting Sampang.
Pada hari Kamis sore, banyak peziarah yang datang untuk membaca Al-Qur’an dan berdoa. Selain itu, karena merupakan peninggalan kerajaan, masjid ini juga sering dikunjungi oleh turis mancanegara yang tertarik dengan sejarah Islam di Pulau Madura.

Masjid Madegan Sampang bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga merupakan bagian dari sejarah panjang penyebaran Islam di Madura. Dibangun oleh penguasa Sampang, masjid ini menyimpan banyak cerita, mulai dari jejak raja-raja Majapahit, keberadaan makam para penguasa, hingga tradisi sumpah pocong yang masih bertahan hingga kini.
Dengan arsitektur khas Jawa Kuno, lokasinya yang berada di tengah kompleks pemakaman, serta sejarahnya yang panjang, Masjid Madegan tetap menjadi salah satu ikon penting di Madura. Bagi wisatawan dan sejarawan, mengunjungi masjid ini bukan hanya sekadar melihat bangunan bersejarah, tetapi juga menyelami tradisi dan kepercayaan masyarakat Madura yang telah berlangsung selama berabad-abad.