Ridwan Kamil Akui Jokowi Kalah di Jawa Barat
Merdeka.com - Raihan suara Capres Joko Widodo (Jokowi) di Jawa Barat dalam Pilpres 2019 masih belum bisa menggeser Prabowo Subianto. Hal tersebut dianggap sebagai salah satu dinamika politik, bahwa kerja petahana selama satu periode tidak berbanding lurus dengan elektabilitas.
Pendapat itu disampaikan Ridwan Kamil selaku Dewan Pengarah Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf Amin Jabar saat ditemui di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (18/4).
Pria yang akrab disapa Emil ini menganalisa, bahwa pertarungan politik di Pilpres 2019 tidak jauh berbeda dengan Pilpres 2014. Jokowi yang kembali bertarung dengan Prabowo Subianto tetap memiliki basis suara di daerah tertentu.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Kenapa Prabowo kokoh di Pilpres 2024? Posisinya sebagai ketua umum partai, membuat Prabowo kokoh dibanding calon lainnya.
-
Suara apa yang diraih Prabowo-Gibran di Sulawesi Utara? Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengesahkan suara pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul di wilayah Sulawesi Utara. Prabowo-Gibran meraup 1.229.069 suara. Hal ini berdasarkan hasil rapat rekapitulasi wilayah Sulawesi Utara yang digelar di kantor KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/3).
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
"Analisa saya secara pribadi bahwa Pilpres 2014 dengan 2019 kelihatannya gak beda. Jokowi tetap kalah di barat-barat. Sumatera Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat. (Jokowi) Kuat di Jawa Tengah, Jawa Timur, menang di Jakarta, kalah di Banten," katanya.
Namun, yang menjadi pembeda adalah persentase suara yang diraih. Emil pun mengaku belum bisa mengungkapkan berapa raihan suara Jokowi di Jabar maupun secara nasional. Alasannya, proses penghitungan masih berjalan.
Pria yang saat ini menjabat sebagai Gubernu Jawa Barat ini menilai wajar dinamika yang terjadi. Politik, menurutnya bukan matematika yang bisa dihitung secara pasti.
"Kalau disebut (Jokowi) kalah (di Jawa Barat) ya kalah. Tapi, apakah (hasilnya) sama, menipis atau menguat (dibanding Pilpres 2014), saya belum bisa ambil kesimpulan," terangnya.
Sebagai bagian dari tim sukses Jokowi, Ridwan Kamil mengaku tidak menemukan kendala saat berkampanye atau menghimpun dukungan. Bahkan, ia mengklaim sudah bekerja maksimal bersama seluruh tim pemenangan yang dibentuk.
"Kalau persentasenya sama (Jokowi kalah dari Prabowo) menandakan kerja keras empat tahun pun tidak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas," terangnya.
"Karena yang namanya demokrasi itu kesukaan. Kesukaan orang itu kadang tidak bisa diteorikan. Keukeuh tidak suka walaupun sudah ada benefit. Itulah uniknya dinamika politik one man one vote, reasoning-nya itu tidak bisa selalu diilmiahkan antara pemilih rasional dan emosional. Boleh didefinisikan, tapi kan dihitungnya sama. Ada yang mencoblos penuh pertimbangan atau dengan alasan sesaat," jelasnya.
Ditanya soal pengaruh informasi hoaks yang menyerang Jokowi terhadap elektabilitas, Emil mengaku belum melakukan analisa. Namun, berdasarkan pengamatan dan data dari Jabar Saber Hoaks mencatat 70 persen laporan tentang Pemilu.
Menurutnya, data itu menandakan berita bohong dan meresahkan volumenya terbilang tinggi. Maka ia mengimbau setelah masa pencoblosan sampai pleno, masyarakat kembali bekerja dan fokus pada aktivitas masing-masing.
"Hindari diskusi politik yang eksesif. Dunia terlalu indah untuk dilihat dari sudut politik saja," terangnya.
Emil pun menyatakan belum menghubungi Jokowi secara pribadi untuk menginformasikan atau membahas mengenai raihan suara di Jabar. Baginya saat ini upaya itu belum memiliki urgensi.
"Enggak belum ada urgensinya. Apa yang perlu disampaikan kan perlu dihitung, menunggu hasilnya saja," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Habiburokhman menyebut sosok Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep memenuhi syarat maju Pilkada.
Baca SelengkapnyaGerindra merespons soal elektabilitas Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jakarta masih kalah dari Anies
Baca SelengkapnyaGolkar belum bisa memastikan Ridwan Kamil bakal ke Jakarta atau tetap di Jawa Barat
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil (RK) mengaku tidak ingin membicarakan terkait dengan elektabilitas atau survei.
Baca SelengkapnyaJika RK ingin menang maka peluang paling rasional adalah maju di Pilkada Jawa Barat
Baca SelengkapnyaMeksi begitu, ia menilai maju di Pilkada manapun dinilainya sama saja. Karena, sama-sama melayani masyarakat.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Ridwan Kamil 44,5% dan Dedi Mulyadi 33,2%
Baca SelengkapnyaKejutan hasil survei Litbang Kompas membuat Pilpres 2024 semakin seru, sehari jelang debat perdana pada 12 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaMantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dijagokan partai koalisi Indonesia Maju di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaRasa optimis RK itu disampaikan dalam sebuah diskusi yang dihadiri bersama para anak muda di M Blok Space, Jakarta Selatan, pada (20/8).
Baca SelengkapnyaGubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku bersyukur dirinya disebut memiliki elektabilitas tinggi sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil tak mau menanggapi hasil survei berlebihan karena menurutnya angka dalam survei selalu bergerak, bisa naik dan turun.
Baca Selengkapnya