Baliho Raksasa eks Kapolda Papua Paulus Waterpauw Mejeng Minta Doa Restu, Siap Maju Pilkada 2024?
Kemunculan baliho raksasa itu menjadi perbincangan masyarakat Kota Jayapura.
Pada baliho juga ada tulisan "Paulus Waterpauw Mengabdi Untuk Negeri dan Mohon Doa Restu"
Baliho Raksasa eks Kapolda Papua Paulus Waterpauw Mejeng Minta Doa Restu, Siap Maju Pilkada 2024?
Pilkada Serentak 2024 akan digelar pada November 2024 mendatang. Nama sejumlah tokoh dan elite parpol mulai bermunculan digadang-gadang sebagai konsestan pilkada.
Salah satu yang menjadi perbincangan warga yakni kemunculan baliho ukuran besar bergambar mantan Kapolda Papua, Paulus Waterpauw di Jalan Irian, Taman Imbi, Kota Jayapura. Pada baliho juga terdapat tulisan:
"Paulus Waterpauw Mengabdi Untuk Negeri dan Mohon Doa Restu"
Kemunculan baliho raksasa itu menjadi perbincangan masyarakat Kota Jayapura.
Apakah berkaitan dengan keikutpesertaan Komjen Pol (Purn) Paulus Waterpauw ini dalam pilkada Papua atau Papua Barat.
Tak hanya lewat baliho, santernya kabar Waterpauw akan maju pilkada juga meramaikan perbincangan di media sosial.
"Kakak Besar Kembali," tulis seseorang sembari menyebar foto baliho ke WAG grup.
Namun hingga kini, Waterpauw belum bisa dikonfirmasi apakah baliho itu menandakan keikutsertaannya sebagai peserta pilkada.
Namun demikian, tokoh Adat Papua, Herman Yoku, menyambut baik muncul dan isu yang berkembang terkait pencalonan Waterpauw. Sebab menurutnya, siapa pun apalagi putra asli Papua, berkesempatan memimpin Bumi Cendrawasih.
“Kita tidak bisa klaim bahwa yang maju gubernur maupun wakil gubernur harus orang asli Tabi-Saireri, tapi siapapun anak Papua yang memiliki kemampuan silakan maju untuk bersaing," kata Herman Yoku, saat dikonfirmasi, Jumat (26/4).
Herman mengutip penjelasan dalam Undang-Undang Otsus tidak merincikan calon yang maju berdasarkan wilayah adat Sehingga siapapun bisa maju menjadi calon gubernur maupun wakil gubernur Papua.
"Nomenklatur di dalam Otsus tertulis calon gubernur dan wakil gubernur harus orang asli Papua. Tidak ada nomenklatur yang menyebutkan wilayah adat. Jadi siapapun dia, terpenting orang asli Papua bisa maju menjadi calon gubernur atau pun wakil gubernur Papua," ujar tokoh adat Papua itu.
Selain itu, kata Herman, didalam lembaga Majelis Rakyat Papua (MRP) juga sudah diisi oleh orang asli Papua dari wilayah adat Animha, Lepago, Meepago. Sehingga tidak boleh ada pembatasan untuk anak-anak Papua yang ingin maju sebagai calon gubernur atau pun wakil gubernur Papua.
“Jadi untuk calon gubernur atau pun wakil gubernur Papua silakan maju. Entah dia anak Papua dari Lapago, Meepago, Animha, Domberai, Bomberai silahkan maju, tidak hanya orang Tabi-Saireri. Kalau nanti ada orang Tabi-Saireri yang protes, maka sebaiknya protes disampaikan ke MRP karena di sana juga diisi oleh orang asli Papua dari wilayah adat lain," ujarnya.
Sosok Paulus Waterpauw
Bagi masyarakat Papua, nama Paulus Waterpauw tak asing lagi. Waterpauw lahir di Kota Pala Fak-fak, 25 Oktober 1965.
Waterpauw memang pernah menjadi Kapolda di daerah Papua. Yakni di Polda Papua Barat dan Polda Papua. Dia juga pernah memimpin Polda Sumut.
Jabatan lainnya, Waterpauw pernah menjadi Analis Kebijakan Utama bidang Sespimti Sespim Lemdiklat Mabes Polri. Terakhir, pada 24 Februari 2021 Waterpauw dilantik Kapolri Jenderal Listyo Sigit sebagai Kabaintelkam Polri. Paulus juga pernah menjabat Pj Gubernur Papua Barat.
Kini sosok Paulus Waterpauw tak lagi aktif sebagai prajurit Bhayangkara, namun jalan hidupnya, dan karier kepolisiannya dapat menjadi panutan bagi regenerasi di Papua.
“Sebagai anak asli Papua, kita harus berpikir yang lebih kreatif. Tunjukan bahwa Tanah Papua berbeda cara pandangnya, loyalitasnya, hubungan humanismenya untuk kemajuan masyarakat," kata Paulus Waterpauw dalam sebuah kesempatan.