Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Darmawan: Tabloid Obor Rakyat mulai digarap April 2014

Darmawan: Tabloid Obor Rakyat mulai digarap April 2014 Obor Rakyat di Kediri. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Darmawan Sepriyossa akhirnya memenuhi panggilan Badan Reserse Kriminal Polri di Jakarta, Rabu siang 2 Juli 2014. Setelah menjalani pemeriksaan sebagai saksi Darmawan memberikan keterangan kepada wartawan yang sudah menunggunya. Wartawan kompas.com menulis alasan Darmawan tentang kenapa berita di Obor Rakyat begitu provokatif.

"Ini kan media baru, harus bersaing dengan yang sudah lama," ujar Darmawan.

Darmawan mengaku memegang teguh ucapan raja media Rupert Murdoch yang mengatakan bahwa koran harus provokatif. Oleh karena itu, imbuhnya, Obor Rakyat kerap memberitakan sesuatu yang kontroversial seperti isu SARA.

Orang lain juga bertanya?

"Soal SARA itu kan ada sesuatu yang harus dipahami. Perbedaan itu wajar aja, real ada. Jadi, bicarakan SARA menurut saya hal biasa saja," kata Darmawan.

Darmawan kemudian mengungkit rezim Orde Baru ketika isu SARA begitu tabu untuk diungkit. Ia menambahkan, saat ini kebebasan pengungkapan fakta telah dijunjung tinggi.

"Tabu SARA itu kan peninggalan Orde Baru. Kita boleh bicarakan SARA asal kontekstual dan proporsional," pungkas Darmawan.

Kepada Tribunnews.com Darmawan mengakui bersama-sama dengan Setyardi menulis tabloid itu sejak April 2014. Selain itu Darmawan yang hingga saat ini masih menjadi redaktur pelaksana inilah.com mengatakan bahwa bos inilah.com, atasan Darmawan sama sekali tidak tahu soal Obor Rakyat. Darmawan mengaku bahwa dengan bosnya selama ini, memiliki dua hubungan yaitu sebagai teman dan sebagai bawahan.

"Hubungan saya dengan Muklis sebatas persahabatan dan hirarkis karena sebagai pemilik perusahaan," ungkap Darmawan.

Sengaja Darmawan tidak mencantumkan namanya di tabloid Obor supaya dirinya tidak diketahui bermain dua kaki.

"Mengapa saya tidak menggunakan nama saya karena saya takut ketahuan oleh perusahaan saya sendiri," ungkapnya.

Setyardi yang siang itu ikut mendampingi wartawan ikut membantah bila pembuatan Obor Rakyat berhubungan dengan Mukhlis, pemilik inilah.com. Dikatakan dia, dirinya sebagai Pimred tentu dirinya pula yang menggerakan Darmawan dan menggajinya.

"Saya Pimrednya, saya yang membayar Darmawan," ujarnya. Setiyardi adalah deputi staf khusus Istana Velix Wangai untul bidang Pembangunan Otonomi Daerah.

Pembelaan Darmawan dan Setyardi terhadap Muchlis Hasyim tentu memancing kecurigaan mengingat penelusuran harian Media Indonesia (2/7/2014) menyebutkan bahwa PT Mulia Kencana Semesta juga dipanggil oleh Polri untuk diperiksa. Perusahaan pencetak koran Inilah Koran di Bandung ini yang mencetak tabloid Obor Rakyat. Percetakan ini adalah perusahaan yang sahamnya juga dimiliki oleh pemilih media inilah.com.

Seperti diberitakan, penerbitan tabloid Obor Rakyat yang mendiskreditkan calon presiden (capres) Joko Widodo ( Jokowi ) awalnya untuk menaikkan popularitas Hatta Rajasa saat mantan Menteri Perekonomian itu masih duduk di kabinet. Demikian laporan investigasi harian Media Indonesia, Senin 30 Juni 2014.

Menurut sumber Media Indonesia, tabloid itu sepenuhnya didanai pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid. Tidak hanya membiayai Obor Rakyat, Riza yang di Singapura dikenal dengan sebutan Gasoline Godfather juga membiayai tim sukses calon wakil presiden (cawapres) nomor urut satu itu. Kedekatannya dengan Hatta semakin mengental ketika Menteri Perekonomian itu duduk di kabinet.

"Riza jugalah yang menggelontorkan puluhan miliar rupiah untuk membeli Rumah Polonia di Jalan Cipinang Cempedak I Nomor 29, Otista, Jakarta Timur. Rumah itu kini menjadi markas tim pemenangan pasangan capres-cawapres Prabowo - Hatta," kata tim sukses Hatta di Jakarta, Jumat malam 27 Juni 2014.(skj) (mdk/cza)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
SARA Kepanjangan dari Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan, Begini Penjelasan Lengkapnya
SARA Kepanjangan dari Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan, Begini Penjelasan Lengkapnya

Keberagaman suku, ras, dan agama menjadi isu sensitif semenjak praktik politik identitas mulai digunakan oleh para elit politik dalam kampanye-kampanyenya.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jubir Istana Klarifikasi Usai Viral Sebut “Rakyat Jelata” dalam Kasus Gus Miftah
VIDEO: Jubir Istana Klarifikasi Usai Viral Sebut “Rakyat Jelata” dalam Kasus Gus Miftah

Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Adita Irawati meminta maaf usai menyebut istilah "rakyat jelata" saat merespons polemik dengan Gus Miftah

Baca Selengkapnya