Megawati pakaikan jas merah ke Ahok, Golkar marah sebut PDIP egois
Merdeka.com - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memimpin langsung pendaftaran pasangan Basuki T Purnama - Djarot Saiful Hidayat di Pilgub DKI 2017. Bahkan dalam pendaftaran di KPU DKI, Rabu (21/9) kemarin, Megawati memakaikan jas merah kepada Ahok, yang diketahui bukan kader PDIP.
Wasekjen Partai Golkar, Maman Abdurrahman protes momen Megawati memakaikan jas merah kepada Ahok. Menurut dia, Ahok bukan milik PDIP, tapi milik bersama.
"Ahok itu milik Kita semua, milik rakyat Jakarta, milik semua Partai yang mengusung, tapi bukan milik satu partai saja seperti yang diinginkan oleh PDIP menjadi Partai Pengusung Utama dimana partai yang lain hanya pelengkap," kata Maman kepada wartawan, Kamis (22/9).
-
Kenapa keluarga Ahok memilih warna merah untuk batik? Pilihan ini tak hanya sebagai bentuk keterkaitan dengan budaya Indonesia melalui batik, namun juga menonjolkan nuansa khas Natal yang ceria.
-
Siapa yang memimpin Golkar? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendampingi Presiden Joko Widodo yang memimpin jalannya KTT di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (6/9).
-
Apa tanggapan PDIP soal Jokowi di Golkar? 'Dari manuver-manuver ini kan terbaca bahwa series cawe-cawe yang berlangsung selama ini dan kemungkinan ke depan, tidak lebih tidak kurang dari cara bagaimana agar bisa tetap berkuasa baik itu secara langsung maupun tidak langsung,' imbuh dia.
-
Siapa Ketua Umum Partai Golkar? Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Hasta Karya atau pendiri, ormas yang didirikan, dan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin, Minggu (6/8/2023).
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
Maman bahkan menantang PDIP harusnya bisa usung kadernya sendiri di Pilgub DKI 2017, bukan Ahok. Apalagi, PDIP memiliki suara terbanyak di DKI Jakarta, bisa mengusung calon sendiri tanpa koalisi.
"Menurut saya kalau PDIP merasa perolehan kursinya paling tinggi dengan 28 kursi, kan bisa mengusung calon sendiri. Kalau memang PDIP merasa kuat kenapa tidak mengusung calon sendiri? Jangan ciderai semangat kebersamaan semua Partai pendukung yang sudah mendukung sejak awal," kata dia lagi.
Dia menilai PDIP telalu egois karena ingin sepenuhnya menguasai Ahok. Hal ini terlihat dari aksi Megawati yang memakaikan jas merah kepada Ahok.
"Insiden pemaksaan kepada Ahok untuk memakai jaket merah kepada Ahok adalah sebuah bentuk tindakan egois dan arogan dengan mengesampingkan kepentingan yang lebih besar, yaitu kebersamaan dalam koalisi," terang dia.
"Sekali lagi Ahok itu milik publik Jakarta dan dukungan kepada Ahok adalah dukungan murni dan obyektif. Tidak perlu ada klaim-klaim dan monopoli sebagai pengusung utama. Posisi semua partai setara," pungkasnya.
Sebelumnya, Sebelumnya Ketua DPP PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan mengatakan partainya ingin agar ketua tim pemenangan Ahok-Djarot diambil alih dari tangan Golkar. Saat ini, tim pemenangan Ahok berada di bawah kendali kader Golkar Nusron Wahid.
"Kami sepakat tadi malam, teman-teman DPD (DKI Jakarta) yang akan bicarakan dengan Pak Ahok. Tapi sebagai partai pengusung, idealnya yang jadi ketua tim pemenangan adalah PDI Perjuangan. Tapi bagaimana detailnya nanti mereka akan bicara," kata Trimedya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/9).
Pernyataan ini juga diprotes sejumlah partai pendukung Ahok sejak awal. Juru Bicara Tim Pemenangan Ahok dari Partai Hanura, Miryam S Haryani mengatakan, tim pemenangan Ahok yang terdiri dari berbagai elemen pendukung sudah terbentuk sejak dua bulan yang lalu.
Miryam menjelaskan saat itu sudah sepakat bergerak hanya demi memenangkan Ahok di Pilkada DKI. Dalam tim tersebut, kata dia, sudah disepakati pula apabila ada partai yang baru bergabung maka partai tersebut hanya tinggal menyesuaikan dengan tim yang sudah terbentuk.
"Harmoni sudah terbentuk dan ritme sudah terbangun, jangan lagi dirusak hanya karena ingin pengakuan khusus akan superioritas yang dimilikinya," kata Miryam saat dihubungi, Kamis (22/9).
Ketua DPP Partai Hanura ini mengakui dalam politik memang dikenal sangat dinamis, perubahan bisa saja dilakukan kapanpun. Namun, kata dia, politik juga harus mengenal etika walaupun dengan alasan apapun.
"Politik juga mengenal tentang etika sehingga tidak semua hal bisa diganti seenaknya dengan mengatasnamakan dinamisasi," tegasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usai resmi diusung Golkar maju Pilkada Banten hari ini, Selasa (27/8), Airin menegaskan reaksi biasa dalam politik.
Baca SelengkapnyaAhok mengatakan penolakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendukung capres Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaAhok menceritakan hanya Megawati yang mendukungnya sebagai Cagub DKI.
Baca SelengkapnyaMegawati meminta Ahok untuk tidak berkomentar di hadapan media.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri mengumumkan para calon kepala daerah untuk menghadapi Pilkada Serentak 2024 pada Senin (26/8).
Baca SelengkapnyaMegawati menyindir Puan Maharani, putrinya sekaligus ketua PDIP, sebagai sosok yang lebih cengeng.
Baca SelengkapnyaAhok memutuskan untuk mundur dari Komut Pertamina untuk berkampanye memenangkan Ganjar-Mahfud
Baca SelengkapnyaHubungan PDIP dengan Jokowi dikabarkan memanas, usai
Baca SelengkapnyaBeredar foto Anies memakai kemeja merah dengan logo PDIP yakni kepala banteng di sebelah kiri.
Baca SelengkapnyaKetum PDIP Megawati Soekarnoputri berulang kali menyebut Presiden Jokowi sebagai petugas partai.
Baca SelengkapnyaMegawati: Andika Sekarang KTA-nya PDIP Loh, Jangan Mbalelo!
Baca SelengkapnyaPDIP disebutnya sebagai partai yang konsisten dalam memperjuangkan Ideologi Pancasila.
Baca Selengkapnya