Mulyadi: Ada Caleg Demokrat Minta 'Biaya Operasi' ke Petinggi Gerindra
Merdeka.com - Saling serang antar politikus Demokrat Ferdinand Hutahaean dan Politikus Gerindra Mulyadi kian memanas. Pemicu perdebatan awal cuitan Ferdinand yang dianggap kerap menyerang Gerindra dan ketumnya Prabowo Subianto.
Mulyadi minta Demokrat harusnya terima kasih pada Prabowo karena di menit akhir diterima dalam koalisi 02. Ferdinand menjawab, Demokrat sudah total dukung Prabowo-Sandi, sehingga tidak layak minta maaf.
Mulyadi pun membalas, dirinya sebagai kader Gerindra merasa tersinggung dengan sikap nyinyir kader Demokrat terhadap dinamika politik sekarang. Jutaan kader dan pendukung Gerindra suasana kebatinannya terganggu.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Siapa yang ingin diusung oleh PDIP? 'Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya,' Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan.
-
Siapa ajudan Prabowo Subianto? Pada masa kampanye pilpres beberapa waktu lalu nama Mayor Teddy mendadak naik daun. Ia diketahui merupakan abdi negara yang bertugas sebagai ajudan pribadi Prabowo Subianto. Selain Mayor Teddy, sosok Rajif Sutirto juga ikut viral di masa kampanye pilpres beberapa waktu lalu. Laki-laki yang bertugas sebagai Komponen Cadangan (KC) TNI ini juga menjadi ajudan pribadi Prabowo Subianto bersama Mayor Teddy.
-
Apa yang dilakukan PDIP untuk Pilgub Jatim? 'Jadi, kepala daerah incumbent misalnya itu muncul beberapa nama. Kalau dari kalangan menteri misalnya, ada Ibu Risma (Tri Rismaharini), ada Pak Abdullah Azwar Anas, ada Pak Pramono Anung. Pak Pramono ini laris manis, nih. Ada yang mengusulkan di Jakarta, ada yang mengusulkan di Jawa Timur,' ucap Hasto.
"Padahal kader Gerindra tidak pernah melakukan itu kepada Demokrat dan SBY," kata Mulyadi kepada merdeka.com, Jumat (12/7).
Anggota Dewan Pembina Gerindra ini juga menjawab tuduhan Ferdinand yang mengaku tidak tahu apa-apa soal proses politik koalisi antara Gerindra dan Demokrat. Menurut Mulyadi, dalam kontestasi Pilpres 2019 lalu, dirinya diberi tugas khusus untuk melobi Ustaz Abdul Somad oleh Prabowo.
Malam saat pengumuman Prabowo-Sandi di Kertanegara, Mulyadi ada di dalam rumah Prabowo, mengikuti menit per menit proses kesepakatan politik yang terjadi. Hingga akhirnya diumumkan koalisi Gerindra, PKS, PAN dan Berkarya, tanpa Demokrat awalnya.
"Malam itu tanpa Demokrat yang konon tetap ingin kadernya menjadi cawapres, tapi koalisi menolak, besok paginya baru bergabung ke koalisi. Konon setelah koalisi 01 menolak, pagi itu keluarlah kalimat, walau langit runtuh, Demokrat tetap bersama Prabowo-Sandi," tegas Mulyadi yang juga satu dapil dengan Ferdinan Hutahaean di Kabupaten Bogor.
Mulyadi juga menilai wajar apabila Demokrat telah bekerja total untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Sebab, Demokrat juga telah memutuskan untuk berjuang bersama koalisi Prabowo-Sandi.
"Malah aneh kalau sudah ikut satu perahu malah tidur, kemudian bangun tidur setelah ikut numpang sampai pulau 2024, malah semakin tidak beretika dong," jawab Mulyadi.
Mulyadi kemudian menyindir pertarungan di Dapil Jawa Barat V bersama Partai Demokrat. Mulyadi bersama Fadli Zon di Gerindra dan Anton Sukartono Suratto dari Demokrat sukses mendapatkan kursi DPR RI. Sementara Ferdinand, gagal.
Dia mengatakan, Anton sangat terasa perjuangannya di dapil tersebut. Tidak pernah terdengar meminta biaya operasi untuk bertarung di dapil yang juga berisikan Politikus PDIP Adian Napitupulu, Politikus PKB Tommy Kurniawan, serta politikus PAN Primus Yustisio itu.
"Tidak terdengar beliau (Anton) minta bantuan kesiapapun, termasuk ke petinggi partai Gerindra untuk biaya operasi misalnya, karena ada yang mengatasnamakan kader dan caleg Demokrat yang minta bantuan ke petinggi Gerindra," tutur Mulyadi.
Dia menegaskan sekali lagi, tak pernah cari panggung. Dia hanya tersinggung dengan kader Demokrat yang kerap menyindir Prabowo dan Gerindra, baik langsung ataupun melalui media sosial.
"Mohon maaf khusus kepada pengurus dan kader Demokrat yang masih terjaga etikanya jika tidak berkenan," tutup Mulyadi yang juga mantan rekan bisnis Prabowo Subianto itu.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Politisi Gerindra, Dedi Mulyadi blak-blakan, bahwa upayanya membongkar kasus Vina Cirebon bukan sebagai aksi politisasi untuk maju Pilkada Jabar.
Baca SelengkapnyaPAN memastikan jika nama yang ditawarkan tak diinginkan hal itu kembali menjadi keputusan bersama.
Baca SelengkapnyaNama Anies Baswedan sempat menjadi kandidat untuk maju sebagai bakal Calon Gubernur Jakarta.
Baca SelengkapnyaPDIP berharap Anies bisa menjadi komunikator untuk wilayah-wilayah yang memiliki basis masa yang kuat.
Baca Selengkapnya"Kita terbiasa di organisasi PAN samina waatona terhadap kebijakan pimpinan. Jadi saya kira pimpinan pasti sudah memikirkan yang terbaik."
Baca SelengkapnyaMenurut Adian, pihaknya juga tidak peduli apapun pernyataan partai di Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengatakan, tidak masalah jika partai koalisi di tingkat nasional punya koalisi berbeda di tingkat daerah.
Baca SelengkapnyaAlih-alih menanggapi proses tindaklanjut kerja sama dengan Anies, Hasto justru menegaskan PDIP sudah memiliki sejumlah nama yang sudah masuk dalam radarnya.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, hal ini bertolak belakang dengan sikap Prabowo sebelumnya yang pernah bilang tidak akan intervensi Pilkada.
Baca SelengkapnyaGerindra membuka lebar pintu bagi siapapun yang ingin mendukung Prabowo di Pilpres 2024
Baca SelengkapnyaPDIP menyatakan tidak takut dengan keputusan Gerindra mengusung Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi di Pilkada Jateng.
Baca SelengkapnyaDedi Mulyadi mendapat dukung dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Baca Selengkapnya