Pemilu mengarahkan masyarakat untuk moderat
Merdeka.com - Pemilu langsung yang digelar pasca-reformasi memungkinkan masyarakat lebih otonom untuk memberi suaranya. Meski aspek agama ikut memengaruhi pilihan, namun proses elektoral mengarahkan masyarakat untuk bersikap moderat.
Demikian disampaikan Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Vermonte, dalam peluncuran buku 'Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 Sampai Sekarang' karya MC Ricklefs, Indonesianis asal Australia di Jakarta, kemarin.
"Sejak 1999 elektoral kita masih baru. Politik elektoral memungkinkan orang memberikan suara lebih otonom. Kepada siapa suaranya diberikan. Walaupun dia bisa dipengaruhi aspek yang lain, seperti agama, etnis, dan yang lainnya," kata Philips.
-
Apa partai pemenang pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Partai apa yang menang Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Bagaimana PPS Pilkada 2024 menjamin suara pemilih? Melalui tugas-tugas ini, PPS berperan penting dalam menjamin transparansi dan integritas hasil pemilihan, serta memastikan setiap suara pemilih dihitung dengan adil.
-
Siapa yang menang Pilpres 2014? Hasil pilpres 2014 menunjukkan bahwa Joko Widodo dari PDIP memenangkan pemilu mengalahkan lawannya Prabowo Subianto.
-
Apa itu Pilkada Inklusif? Pilkada yang inklusif adalah hak setiap warga negara, termasuk difabel. Ia menjelaskan bahwa difabel adalah bagian dari masyarakat yang memiliki hak yang sama.
-
Suara PPP berapa? Di Pemilu 2024, berdasarkan hasil rekapitulasi KPU RI, PPP hanya meraih 5.878.777 suara atau 3,87 persen.
Dalam konteks Islamisasi, papar Philips, sejak pemilu 1999 aspek moderasi itu sudah terbuka. Ketakutan pada konservatisme memang ada, namun hal itu bisa diminimalisir dengan pemilu.
"Dengan pemilu ini mengarahkan masyarakat untuk moderat, memberi ruang moderasi, aspek-aspek yang kita sebut konservatisme bisa diminimalisir. Ini buktinya tidak ada partai berbasis agama yang bisa memonopoli suara sejak 1999," papar Philips.
Dalam konteks basis pemilih, Philips mengatakan, sejak pemilu pertama di Indonesia tahun 1955 sebaran pemilih berdasarkan agama berada di kantong-kantong wilayah tertentu. Demikian juga dengan basis pemilih untuk nasionalis dan Islam.
"Ada prevensi orang terhadap tempat akan pemilihan terhadap partai. Ada konsentrasi-konsentrasi suara di tiap kabupaten. Kalau ditotal pada 1999-2004 suara partai Islam, bisa hijau royo-royo. Konsentrasi suara partai islam di Jawa, Aceh," kata Philips.
Philips mengatakan dalam buku Ricklefs disebutkan justru perkembangan Islam di Jawa memunculkan konservatisme. Bahkan riset si profesor menunjukkan konservatisme muncul dari kalangan pendidikan SMA ke atas.
Hal itu, menurut Philips, sejalan dengan survei CSIS pada Februari dan Mei 2013 lalu. Di mana ditemukan makin tingginya tingkat konservatisme masyarakat.
"Dari survei CSIS menemukan, masyarakat kita makin konservatif. Hilangnya kepercayaan sosial. Tidak percaya pada pemimpin yang berbeda agama. Terus 68 persen masyarakat tidak terima ada rumah ibadah lain di lingkungannya. Justru masyarakat kita konservatif dalam hal sosial. Ruang ibadah ini kan ruang sosial," imbuh Philips.
Meski begitu, Philip mengatakan masyarakat Indonesia selalu berubah-ubah, termasuk dalam konservatisme, dan hal itu tidak bisa dilarang. Menurut Philips, mestinya negara lebih memberikan pendidikan yang menekankan pada bidang kewarganegaraan tegas dalam penegakan hukumnya.
"Kita tidak bisa menghalangi orang berpikiran konservatif atau liberal. Tapi ketika berada di ruang publik, prinsip kewarganegaraanlah yang dikedepankan. Kewarganegaraan dijamin, namun di sini tidak ada jaminan itu," ujar Philips. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Muhammadiyah tak terlibat timses mana pun di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSebaliknya, persepsi publik yang tak mengkhawatirkan isu politik dinasti terjadi peningkatan. Jika semula 33,7 persen, kini menjadi 42,9 persen.
Baca SelengkapnyaMenurut dia, pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi terhadap Indonesia masih sama yaitu netral dan independen dari kekuatan politik.
Baca SelengkapnyaDari pergantian pemimpin itu, partai pengusung yang berkuasa juga berganti.
Baca SelengkapnyaSituasi panas yang terjadi di ruang publik berpotensi disusupi agenda politik tertentu
Baca SelengkapnyaMK dianggap menyelamatkan wajah demokrasi Indonesia dengan menolak permohonan PDIP agar sistem pemilu diubah menjadi proporsional tertutup
Baca SelengkapnyaPakar hukum menilai putusan MK ini baik bagi demokrasi dan bisa mencegah monopoli pencalonan kepala daerah.
Baca SelengkapnyaMengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.
Baca SelengkapnyaChico menegaskan, posisi dari Mahkamah Konstitusi (MK) adalah mengoreksi dari undang-undang yang dihasilkan DPR.
Baca SelengkapnyaMK mengabulkan sebagian gugatan dari Partai Buruh dan Partai Gelora terkait Undang-Undang Pilkada.
Baca SelengkapnyaPenyelenggaraan Pilkada Serentak tahun ini bisa menjadi tolak ukur praktik demokrasi yang sesuai dengan perundang-undangan.
Baca SelengkapnyaPemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca Selengkapnya