Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemilu mengarahkan masyarakat untuk moderat

Pemilu mengarahkan masyarakat untuk moderat Siswa SD ikuti simulasi Pemilu 2014. ©2013 Merdeka.com/Arie Basuki

Merdeka.com - Pemilu langsung yang digelar pasca-reformasi memungkinkan masyarakat lebih otonom untuk memberi suaranya. Meski aspek agama ikut memengaruhi pilihan, namun proses elektoral mengarahkan masyarakat untuk bersikap moderat.

Demikian disampaikan Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Vermonte, dalam peluncuran buku 'Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 Sampai Sekarang' karya MC Ricklefs, Indonesianis asal Australia di Jakarta, kemarin.

"Sejak 1999 elektoral kita masih baru. Politik elektoral memungkinkan orang memberikan suara lebih otonom. Kepada siapa suaranya diberikan. Walaupun dia bisa dipengaruhi aspek yang lain, seperti agama, etnis, dan yang lainnya," kata Philips.

Dalam konteks Islamisasi, papar Philips, sejak pemilu 1999 aspek moderasi itu sudah terbuka. Ketakutan pada konservatisme memang ada, namun hal itu bisa diminimalisir dengan pemilu.

"Dengan pemilu ini mengarahkan masyarakat untuk moderat, memberi ruang moderasi, aspek-aspek yang kita sebut konservatisme bisa diminimalisir. Ini buktinya tidak ada partai berbasis agama yang bisa memonopoli suara sejak 1999," papar Philips.

Dalam konteks basis pemilih, Philips mengatakan, sejak pemilu pertama di Indonesia tahun 1955 sebaran pemilih berdasarkan agama berada di kantong-kantong wilayah tertentu. Demikian juga dengan basis pemilih untuk nasionalis dan Islam.

"Ada prevensi orang terhadap tempat akan pemilihan terhadap partai. Ada konsentrasi-konsentrasi suara di tiap kabupaten. Kalau ditotal pada 1999-2004 suara partai Islam, bisa hijau royo-royo. Konsentrasi suara partai islam di Jawa, Aceh," kata Philips.

Philips mengatakan dalam buku Ricklefs disebutkan justru perkembangan Islam di Jawa memunculkan konservatisme. Bahkan riset si profesor menunjukkan konservatisme muncul dari kalangan pendidikan SMA ke atas.

Hal itu, menurut Philips, sejalan dengan survei CSIS pada Februari dan Mei 2013 lalu. Di mana ditemukan makin tingginya tingkat konservatisme masyarakat.

"Dari survei CSIS menemukan, masyarakat kita makin konservatif. Hilangnya kepercayaan sosial. Tidak percaya pada pemimpin yang berbeda agama. Terus 68 persen masyarakat tidak terima ada rumah ibadah lain di lingkungannya. Justru masyarakat kita konservatif dalam hal sosial. Ruang ibadah ini kan ruang sosial," imbuh Philips.

Meski begitu, Philip mengatakan masyarakat Indonesia selalu berubah-ubah, termasuk dalam konservatisme, dan hal itu tidak bisa dilarang. Menurut Philips, mestinya negara lebih memberikan pendidikan yang menekankan pada bidang kewarganegaraan tegas dalam penegakan hukumnya.

"Kita tidak bisa menghalangi orang berpikiran konservatif atau liberal. Tapi ketika berada di ruang publik, prinsip kewarganegaraanlah yang dikedepankan. Kewarganegaraan dijamin, namun di sini tidak ada jaminan itu," ujar Philips. (mdk/ren)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Muhammadiyah Tegaskan Netral, Bantah Klaim Ikut Kawal Suara AMIN di Pilpres 2024
Muhammadiyah Tegaskan Netral, Bantah Klaim Ikut Kawal Suara AMIN di Pilpres 2024

Muhammadiyah tak terlibat timses mana pun di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
Survei Indikator Politik: 42,9 Persen Responden Tak Khawatirkan Politik Dinasti
Survei Indikator Politik: 42,9 Persen Responden Tak Khawatirkan Politik Dinasti

Sebaliknya, persepsi publik yang tak mengkhawatirkan isu politik dinasti terjadi peningkatan. Jika semula 33,7 persen, kini menjadi 42,9 persen.

Baca Selengkapnya
Ketum Tegaskan Muhammadiyah Netral Terkait Hak Angket Kecurangan Pemilu
Ketum Tegaskan Muhammadiyah Netral Terkait Hak Angket Kecurangan Pemilu

Menurut dia, pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi terhadap Indonesia masih sama yaitu netral dan independen dari kekuatan politik.

Baca Selengkapnya
Bahlil Ingatkan Tak Ada Partai Politik yang 10 Tahun Lebih Berkuasa
Bahlil Ingatkan Tak Ada Partai Politik yang 10 Tahun Lebih Berkuasa

Dari pergantian pemimpin itu, partai pengusung yang berkuasa juga berganti.

Baca Selengkapnya
Waspadai Kelompok Tebar Hasutan & Kebohongan saat Ada Demonstrasi di Berbagai Daerah
Waspadai Kelompok Tebar Hasutan & Kebohongan saat Ada Demonstrasi di Berbagai Daerah

Situasi panas yang terjadi di ruang publik berpotensi disusupi agenda politik tertentu

Baca Selengkapnya
Palu MK Selamatkan Demokrasi Indonesia
Palu MK Selamatkan Demokrasi Indonesia

MK dianggap menyelamatkan wajah demokrasi Indonesia dengan menolak permohonan PDIP agar sistem pemilu diubah menjadi proporsional tertutup

Baca Selengkapnya
Pakar Hukum Apresiasi Putusan MK: Cegah Monopoli Calon Kepala Daerah
Pakar Hukum Apresiasi Putusan MK: Cegah Monopoli Calon Kepala Daerah

Pakar hukum menilai putusan MK ini baik bagi demokrasi dan bisa mencegah monopoli pencalonan kepala daerah.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955
Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Mengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.

Baca Selengkapnya
PDIP: Tidak Masuk Akal Putusan MK Dikoreksi Lembaga Lain
PDIP: Tidak Masuk Akal Putusan MK Dikoreksi Lembaga Lain

Chico menegaskan, posisi dari Mahkamah Konstitusi (MK) adalah mengoreksi dari undang-undang yang dihasilkan DPR.

Baca Selengkapnya
Reaksi KPU Usai MK Putuskan Parpol Bisa Usung Cagub Sendiri Meski Tak Punya Kursi di DPRD
Reaksi KPU Usai MK Putuskan Parpol Bisa Usung Cagub Sendiri Meski Tak Punya Kursi di DPRD

MK mengabulkan sebagian gugatan dari Partai Buruh dan Partai Gelora terkait Undang-Undang Pilkada.

Baca Selengkapnya
Jaga Pilkada Serentak 2024, Beri Rakyat Kebebasan Memilih Calon Pemimpinnya
Jaga Pilkada Serentak 2024, Beri Rakyat Kebebasan Memilih Calon Pemimpinnya

Penyelenggaraan Pilkada Serentak tahun ini bisa menjadi tolak ukur praktik demokrasi yang sesuai dengan perundang-undangan.

Baca Selengkapnya
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya
Pemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya

Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.

Baca Selengkapnya