Pesan Prabowo ke Kuasa Hukum jika Ada yang Coba Pecah Belah Hubungannya dengan Jokowi
Menurut Otto, Prabowo sedikit berpesan bahwa jangan harap ada yang dapat memecah belah hubungannya dengan Jokowi.
Soal langkah hukum, sejauh ini masih belum ada pembahasan lebih lanjut.
Pesan Prabowo ke Kuasa Hukum jika Ada yang Coba Pecah Belah Hubungannya dengan Jokowi
Wakil Tim Pembela Prabowo-Gibran, Otto Hasibuan merespons kabar adanya pihak-pihak yang disebut berniat mengadu domba Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan calon presiden Prabowo Subianto. Soal langkah hukum, sejauh ini masih belum ada pembahasan lebih lanjut.
“Kalau dari Pak Jokowi maupun dari Pak Prabowo sama sekali tidak ada pesan terkait hal itu (langkah hukum),” tutur Otto di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Menurut Otto, Prabowo sedikit berpesan bahwa jangan harap ada yang dapat memecah belah hubungannya dengan Jokowi.
“Pak prabowo itu hanya dengan tegas menyatakan jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang bermimpi memecah belah, mengadu domba Pak Prabowo dengan Pak Jokowi. Itu yg disampaikan,” jelas dia.
“Jadi kalau umpamanya apakah nanti ada upaya-upaya hukum dan sebagainya saya pikir itu tidak pernah dibicarakan ya,” sambungnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terus menunjukkan sikap kenegarawanan. Hasto menyatakan sikap kenegarawanan Megawati ditunjukkan dengan memilih bertemu pengurus anak ranting partai terlebih dahulu pada momen lebaran 2024.
Hal itu disampaikan Hasto saat ditanya soal pernyataan Ketua Umum Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer alias Noel yang menyebut Hasto sebagai penghambat pertemuan Megawati dengan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto.
"Ya Bung Noel kan enggak tahu, bagaimana Ibu Mega memiliki sikap kenegarawanan, dan apakah perlu saya bacakan komentar dari ranting-ranting?" kata Sekjen PDIP di Markas Front Penyelemat Demokrasi dan Reformasi (F-PDR) di Jalan Diponegoro 72, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2024).
Hasto lantas menegaskan bahwa para pengurus ranting partai merupakan benteng bagi Megawati. Apalagi, dengan sistem kepartaian di PDIP saat ini menghasilkan figur-figur mumpuni yang berlatar belakang rakyat biasa.
"PDI Perjuangan mengadakan sekolah partai, sehingga muncullah Eri Cahyadi, yang merintis karier dari ASN, menjadi Wali Kota di Surabaya. Muncul Bu Ita menjadi wali Kota Semarang. Pak Abdullah Azwar Anas jadi bupati dua periode di Banyuwangi. Itu dari kalangan rakyat biasa," tuturnya.
"Rano Karno dari kalangan artis, tapi punya suatu keberpihakan terhadap budaya bangsa, bisa menjadi gubernur. Pak Djarot Saiful Hidayat seorang dosen, bisa jadi wali kota Blitar dua periode. Begitu banyak dari kalangan rakyat biasa yang bisa jadi kepala daerah," sambungnya.
Termasuk juga, kata dia, sosok Joko Widodo alias Jokowi yang dilahirkan oleh PDIP, dan kini menjadi presiden dua periode. Namun sifatnya berubah usai haus kekuasaan dan menyalahgunakannya untuk melanggengkan dinasti politik.
"Nanti yang jadi pimpinan adalah mereka yang punya uang, mereka yang punya akses terhadap hukum, sehingga hukum bisa dilanjutkan menjadi alat intimidasi. Apakah itu yang kita inginkan? Maka ini adalah sisi gelap demokrasi kita yang harus kita selamatkan," kata Hasto Kristiyanto.
"Maka, mengapa Ibu Mega sampai menjadi amicus curiae, sebagai warga negara Indonesia dan kemudian menulis dengan perasan pikiran agar habis gelap benar benar terbitlah terang," imbuhnya.
Terakhir, Hasto menegaskan, jika bertemu anak-anak ranting partai merupakan sebuah kehormatan bagi Megawati. Menurutnya, hal itu yang tak diketahui oleh Noel.
"Lho, bansos saja dibagi dengan terang-terangan, jadi bertemu anak ranting itu kehormatan. Noel enggak tahu. Bertemu anak ranting PDI Perjuangan itu sumber kekuasaan, dari yang namanya ketua umum DPP PDI Perjuangan itu berasal dari anak ranting. Itu suatu kehormatan. Noel yang tidak tahu," tegas Hasto.