Prediksi Peta Politik di Pilkada Banten usai Golkar dan Airin Ditinggal KIM
Keputusan KIM mengusung Andra-Dimyati membuat Golkar dan Gerindra pecah kongsi.
Hubungan Golkar dengan KIM terancam retak di Pilkada Banten. Kondisi ini terjadi usai Golkar ditinggalkan Koalisi Indonesia Maju (KIM) sendirian di Pilkada Banten.
Golkar mulanya berharap Prabowo merestui Airin Rachmi Diany sebagai calon Gubernur Banten.
Namun di perjalanan, Gerindra bersama PKS, PAN, Partai NasDem, PSI, PKB, dan PPP malah mengusung Andra Soni-Dimyati Natakusumah. Paslon itu kini berpotensi berhadapan dengan Airin di Pilkada Banten.
Pengamat Politik dari Untirta, Ikhsan Ahmad mengatakan keputusan KIM mengusung Andra-Dimyati membuat Golkar dan Gerindra pecah kongsi. Hal ini juga berpotensi mengubah peta politik di Banten karena Golkar akan mencari mitra koalisi baru.
"Koalisi partai pengusung Airin bisa dipastikan Golkar, PDI Perjuangan dan PKB. Koalisi ini sama sama memiliki perolehan suara 14 kursi, kendati perolehan suaranya lebih tinggi Golkar dibanding Gerindra," kata Ikhsan saat dihubungi, Rabu (31/7).
Ikhsan memprediksi head to head antara Airin dan Andra tidak bisa terhindarkan. Menurut dia, Golkar kemungkinan akan menggandeng kader PDIP atau mantan Wali Kota Tangsel Arief Rachadiono Wismansyah sebagai Cawagub Airin.
"Sepertinya memang tidak bisa dihindari head to head antara Andra Soni dengan Airin. Kendati Airin di permukaan akan berpasangan dengan Ade Sumardi dari PDIP, namun konstelasi ini nampaknya bukan tidak mungkin untuk berubah, kelihatannya penjajakan bersama arief wismansyah juga dilakukan," ujar Ikhsan.
Saat melawan Andra, kata Ikhsan, Airin punya kelebihan untuk unggul di pertarungan. Airin dinilai punya pemilih akar rumput kuat yang sudah dikelola sejak lama. Pemilih Airin ini terjalin secara kekeluargaan maupun bantuan sosial.
Satu-satunya halangan yang membuat pemilih ragu untuk memilih Airin adalah isu king maker yang menjadikannya Gubernur bayangan, seperti penentuan posisi dan jabatan di pemprov Banten, penentuan proyek-proyek, dan sebagainya.
"Sementara kekhawatiran dari pasangan Andra Soni adalah keberadaan wakil Gubernur yang dinilai kebanyakan masyarakat belum teruji integritas dan profesionalitasnya dalam menjalankan pemerintahan yang bersih, bebas korupsi dan transparan," ujar dia.
"Sejauh mana kemenangan di antara kedua pasangan tersebut akan banyak ditentukan dari seberapa besar uang saweran serangan fajar yang akan ditebar, baru kemudian rasionalitas dan ukuran dari program yang akan diusung ke depan (hal ini yang saat ini belum nampak)," sambung Ikhsan.
Ikhsan melanjutkan, gemuknya koalisi Andra-Soni bukan jaminan terhadap kemenangan Pilkada Banten. Sebab, partai belum teruji akan bekerja maksimal tanpa dukungan logistik politik.
"Satu-satunya pembeda di antara kedua pasangan, yakni Andra dan Airin, kubu Airin telah memiliki pengalaman yang panjang dan dalam untuk mengelola dukungan dan perolehan suara dalam pilkada," tutup Ikhsan.
Andra Soni dan Achmad Dimyati Natakusumah resmi diusung dan didukung sejumlah partai politik untuk maju sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Sementara kandidat lain, seperti mantan Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmy Diany yang didukung Golkar sebagai Cagub Banten, belum mendapat dukungan dari partai lain. Golkar yang hanya mendapatkan 14 kursi di DPRD Banten wajib berkoalisi untuk mendukung mencalonkan gubernur-wakil gubernur.
Airin sendiri mengaku tidak masalah jika lawannya di Pilgub Banten sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah partai politik.
"Enggak apa-apa nanti lihat saja, pokoknya dari 27-29 kita lihat di situ. Karena pengalaman, pengalaman bukan cuma di Banten aja," kata Airin kepada wartawan di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Rabu (10/7) malam.