Surya Paloh Akhirnya 'Turun Gunung' Langsung Kampanye di Lombok: Jaga Aturan Main, Agar Pemilu Damai
Karena, kata Paloh, dalam politik musuh yang selama ini wajib diingat bukan sesama kader, bukan pula partai politik lain.
Paloh mengharapkan Pemilu 2024 berjalan bersih dan bebas dari berbagai politik kebencian
Surya Paloh Akhirnya 'Turun Gunung' Langsung Kampanye di Lombok: Jaga Aturan Main, Agar Pemilu Damai
Ketum Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh akhirnya turun gunung untuk kali perdananya ikut kampanye nasional Partai NasDem di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (22/1).
Dalam pidatonya, Surya dihadapan para kader turun mengingatkan agar Pemilihan Umum (Pemilu) harus berlangsung jujur adil, bermartabat dan riang gembira. Dengan hasil bagi rakyat, mendapatkan pemimpin secara adil (fairness).
“Di sini kita mengingatkan pemilu yang dilaksanakan untuk kesekian kali di alam demokrasi jelas memerintahkan kepada penyelenggara pemilu dan pemerintah yang ada agar pemilu berjalan jurdil, bebas dan bermartabat,” kata Paloh.
Oleh sebab itu, Paloh mengharapkan Pemilu 2024 berjalan bersih dan bebas dari berbagai politik kebencian yang berujung pada perpecahan bangsa.
“Kita mau perdamaian di antara kita sesama anak bangsa tidak ada arti pemilu jika kita pecah. Tugas kita semua ikuti pemilu, jaga aturan main,” tutur Pendiri FKPPI ini.
Lebih lanjut, Paloh mengingatkan kader serta para caleg di Lombok, selain ikhtiar dan usaha. Dia pun memanjatkan doa di depan seluruh kader yang hadir.
“Setelah daya dan upaya, yang terakhir kita memohon kepada sang pencipta: Ya Allah berikanlah ridho dan kemenangan kepada calon kami, niat kami meneruskan perjalanan kehidupan kebangsaan ini cara yang baik dan memungkinkan mengangkat harkat martabat di tengah cobaan,” tandas Paloh.
Karena, kata Paloh, dalam politik musuh yang selama ini wajib diingat bukan sesama kader, bukan pula partai politik lain. Namun rasa picik yang menghinggap dalam diri seseorang, akhirnya berujung kerusakan.
“Idealisme kita menyatakan musuh utama kita di negeri ini adalah kepicikan cara berpikir, kebodohan, kemiskinan dan rasa ketidakadilan. Itulah musuh kita,” kata Paloh.