Timses sebut pendukung Ahok-Djarot merupakan pemilih rasional
Merdeka.com - Mayoritas pemilih Jakarta diyakini sebagai pemilih yang cerdas. Pemilih cerdas ini adalah pemilih rasional yang menjadikan kinerja, rekam jejak dan kemampuan sebagai preference dalam menentukan pilihan dalam pilkada mendatang.
"Saya yakin masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang cerdas. Maka di Jakarta ada politik warga," kata Juru bicara Tim Pemenangan Ahok-Djarot Maruarar Sirait saat menjadi narasumber rilis hasil survei Poltracking di Menteng, Jakarta, Kamis (19/2).
Politik warga ini, jelas Maruarar, terlihat jelas dari partisipasi publik untuk terlibat aktif dalam proses politik pilkada. Maka banyak orang misalnya membeli baju sendiri baju kotak-kotak atau menggelar berbagai event seperti gala dinner untuk menarik dukungan.
-
Siapa yang dipilih di Pilkada? Pilkada adalah proses pemilihan demokratis untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.
-
Siapa yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada adalah proses di mana masyarakat memilih pemimpin lokal, seperti gubernur, bupati, atau wali kota, yang akan memegang kendali atas pemerintahan daerah mereka selama beberapa tahun ke depan.
-
Siapa saja yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada memilih beberapa posisi penting yang mencakup: 1. Gubernur dan Wakil Gubernur, 2. Bupati dan Wakil Bupati, 3. Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
-
Bagaimana cara Pilkada DKI 2017? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Pilkada memilih apa saja? Pilkada adalah proses pemilihan demokratis untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.Dalam hal ini, hak suara masyarakat digunakan untuk memilih Gubernur, wakil gubernur, Bupati, wakil bupati, Wali kota, dan wakil wali kota.
-
Apa yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada itu apa? Pilkada merupakan singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah.
"Saya senang karena hingga saat ini pemilih Ahok-Djarot adalah pemilih yang rasional, bukan pemilih psikologis atau pemilih sosiologis," kata Maruarar.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Poltracking Hanya Yudha mengatakan bahwa pemilih Ahok-Djarot memang didominasi pemilih rasional. Sementara pemilih psikologis karena alasan emosinal seperti misalnya memilih karena ganteng, banyak berada di pasangan Agus-Sylvi. Pemilih Anis-Sandi didominasi pemilih sosiologis.
Survei ini, jelas Hanta, dilaksanakan pada tanggal 9-13 Januari 2017 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 800 orang dengan margin off error kurang lebih 3,46 persen. Sementara tingkat kepercayaan berada di angka 95 persen.
Secara umum, kata Hanta, dari periode November ke Januari ini semua calon mengalami trend kenaikan elektabilitas. Kenaikan Agus-Sylvi sangat lamban dari 27,92 persen ke 30,25 persen. Sementara kenaikan Ahok-Djarot sangat signifikan dari 22 persen menjadi 28,88 persen. Pun demikian dengan Anis-Sandi dari 20,42 persen menjadi 28,63 persen.
"Melihat tren yang ada, belum bisa disimpulkan siapa pemenang Pilkada DKI Jakarta mendatang," katanya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sampai saat ini nama Ahok juga masih menjadi pertimbangan bagi PDIP untuk di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaLitbang Kompas merilis survei terbaru terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jakarta 2024, Selasa (16/7).
Baca SelengkapnyaSohibul Iman mengaku tidak masalah dengan survei tersebut
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan memperoleh suara tertinggi berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas
Baca SelengkapnyaElektabilitas tiga nama besar di Pilkada Jakarta saling berkejaran
Baca SelengkapnyaSelain Jokowi, Ridwan Kamil juga didukung Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaMenurut Jamiludin, masuknya Anies berpotensi mempertebal selisih elektabilitas Pram-Rano dengan RK-Suswono.
Baca SelengkapnyaLebih dari 50 persen anak muda di bawah usia 25 tahun memilih Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Baca SelengkapnyaKedua bakal calob gubernur tersebut memiliki basis dukungan masing-masing.
Baca SelengkapnyaNamun dari hasil temuan di lapangan dan menyikapi aspirasi warga, Hasto klaim banyak yang kehilangan Ahok.
Baca SelengkapnyaCharta Politika menggelar survei peta elektoral Capres dan Cawapres pascaputusan Mahkamah Konstitusi.
Baca SelengkapnyaSurvei Indikator melakukan sejumlah simulasi pasangan calon di Pilkada Jakarta.
Baca Selengkapnya