TPN Ganjar-Mahfud Duga Ada Makelar Jual Beli Suara Pemilu di Malaysia, Ini Praktik dan Motifnya
Masinton Pasaribu mengungkap adanya temuan kecurangan pemilu 2024 di dapil Malaysia.
Masinton menerima informasi jualan suara di Malaysia sudah banyak tersebar, baik di internet maupun informasi internal.
TPN Ganjar-Mahfud Duga Ada Makelar Jual Beli Suara Pemilu di Malaysia, Ini Praktik dan Motifnya
Juru Bicara TPN Ganjar Pranowo-Mahfud Md, Masinton Pasaribu mengungkap adanya temuan kecurangan pemilu 2024, khususnya untuk daerah pemilihan (dapil) luar negeri di Malaysia.
Menurutnya, praktik kecurangan dalam proses pemilu di Negeri Jiran itu terjadi karena adanya dugaan makelar jual beli suara.
“Jadi di Malaysia itu dugaan motifnya bukan politik, tapi motifnya itu jual beli suara yang dilakukan para makelar jual beli suara. Mencuri suara yang dilakukan dengan banyak oknum,” kata Masinton kepada awak media di Jakarta Selatan, Minggu (11/2).
Masinton juga mengungkap kecurangan itu dilakukan para makelar dengan menperdagangkan surat suara baik ke Timses Paslon, maupun Caleg dari berbagai partai politik.
“Itu rata ditawarkan angkanya 30 hingga 50 ringgit. Kalau dikonversi ke rupiah 1 ringgit itu Rp3.400 sekian,” ungkap dia.
Calon Anggota Legislatif DPR RI dari PDI Perjuangan Dapil 2 Jakarta menerima informasi jualan suara di Malaysia sudah banyak tersebar, baik di internet maupun informasi internal.
"Itu sudah banyak, baik di sosmed. Saya juga memiliki baik simpul-simpul di Nalaysia. Kemudian juga dari tim-tim caleg lainnya. Bahkan juga dari seluruh kontestan capres merasakan yang sama," ujar dia."Maka itu saya katakan berangkat dari pengalaman yang sama. khususnya 2019 lalu, Ini lebih brutal dari pemilu yang lalu. Khususnya surat suara dari pihak pos dan kotak surat suara keliling itu dikuasai makelar dan itu jumlahnya signifikan sampai ratusan ribu," tambahnya.
Masinton mendesak KPU, Bawaslu dan stakeholder lainnya dapat mengevaluasi pemungutan suara di Malaysia. Sebab, kecurangan muncul dalam proses surat suara dari pos maupun kotak suara keliling.
“Itu dibawa ke salah satu tempat. Dicoblos sendiri, dan tidak diberikan surat suara tiap pos itu maupun kotak suara keliling yang tidak diberikan ke suara yang memilih. Jadi DPT disana hantu,” kata dia.
Bahkan, Masinton menduga kecurangan dengan praktik itu dilakukan secara struktur, sistematis dan masif. Kecurangan diduga melibatkan para oknum dari penyelenggara. Sehingga, lanjut Masinton, para makelar jualan suara ini bisa bereaksi dengan mudah memanipulasi suara.
“Dan itu sudah tidak murni dikuasai orang yang memilih. Jadi itu mending dievaluasi, dan dibatalkan seperti pemilu lalu,” tambah Politikus PDIP tersebut.
merdeka.com
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI akan mengirim tim untuk menelusuri surat suara yang sudah tercoblos lebih dulu di Malaysia.
"Kami akan mengirim tim untuk melakukan pendalaman terhadap semua informasi berkenaan dengan pelaksanaan pemungutan suara di Malaysia, baik pemungutan suara pos maupun Kotak Suara Keliling (KSK)," kata anggota KPU RI Idham Holik, Rabu (7/2).
Namun, kata Idham, KPU belum dapat mengonfirmasi kebenaran soal kecurangan surat suara. Oleh karena itu, KPU akan mengecek terkait keaslian surat suara itu.