Profil
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Indraswari dikenal sebagai seorang sastrawan yang telah melahirkan lebih dari 400 karya sastra yang dengan semangat juangnya berusaha melawan segala keterbatasan yang ia miliki. Dengan kemampuan fisik yang nyaris tidak berfungsi, ia telah melahirkan ratusan karya sastra secara produktif sejak masih berusia muda hingga akhir hayatnya.
Kondisi fisiknya mulai bermasalah sejak usia 13 tahun ketika ia mengalami penyakit rachitis (radang tulang) yang mengakibatkan kedua kaki dan tangannya tidak berfungsi secara normal. Dalam menciptakan karyanya, ia selalu mendiktekan kepada para asistennya untuk mengetik dan kemudian merevisinya. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dan merupakan pemimpin yang benar-benar disegani.
Dibalik kursi rodanya, ia menciptakan berbagai karakter dalam cerpen dan novelnya yang pada umumnya mengisahkan perjuangan perempuan dalam menghadapi proses subordinasi yang sedang dialami. Bakat menulisnya didapat dari eyang buyutnya yang merupakan seorang narator cerita di daerah Minang.
Karya dari Ratna Indraswari antara lain : berupa kumpulan cerpen yang di muat dalam antologi Kado Istimewa (1992), Pelajaran Mengarang (1993), Lampor (1994), Laki-Laki yang Kawin dengan Peri (1995), Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997), Lakon Di Kota Senja (2002) dan Waktu Nayla (2003). Di samping aktivitasnya sebagai penulis, Ratna Indraswari juga aktif sebagai ketua Yayasan Bhakti Nurani Malang sejak 1977 dan Direktur I LSM Entropic Malang pada tahun 1991.
Ratna dikenal sebagai pribadi yang tegas, sama sekali bertolak belakang dengan kondisi difabel seluruh anggota badannya, tangan dan kaki. Dibalik kursi rodanya, Ratna secara faktual bertindak sebagai pemimpin dan benar-benar disegani.
Dari aktivitas sosialnya ini, ia mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai seminar internasional, misalnya Disable People International di Sydney, Australia, (1993), Kongres Internasional Perempuan di Beijing, RRC (1995), Leadership Training MIUSA di Eugene Oregon, Amerika Serikat (1997), Kongres Perempuan Sedunia di Washington DC, Amerika Serikat (1997), serta pernah mendapat predikat Wanita Berprestasi dari Pemerintah RI (1994). Pada tahun 2001, ia membentuk Forum Kajian Ilmiah Pelangi yang bermarkas di rumahnya, Jl. Diponegoro 3A Malang, Jawa Timur.
Riset dan analisa oleh Pilar Asa Susila
Riset dan analisa oleh Pilar Asa Susila