3 Penyakit Menular yang Diketahui Sudah Berusia Ribuan Tahun Berdasar Temuan Arkeolog
Sejumlah temuan arkeolog menunjukkan bahwa beberapa penyakit menular ternyata sudah ada sejak masa lalu.
Sejumlah penyakit menular diketahui sudah memiliki usia ribuan tahun dan terjadi dari masa lalu.
3 Penyakit Menular yang Diketahui Sudah Berusia Ribuan Tahun Berdasar Temuan Arkeolog
Pandemi merupakan salah satu kondisi kesehatan yang disebabkan oleh penyakit menular. Sejumlah penyakit menular ini ternyata memiliki sejarah sangat panjang dan hal ini diketahui melalui hasil temuan arkeologi.
Sejumlah bukti mengungkap bahwa pandemi bukanlah hal baru dalam kondisi manusia dan telah terjadi berkali-kali sepanjang sejarah. Pada berbagai kitab, prasasti, serta bukti arkeologi, pandemi penyakit menular ini telah tercatat.Sayangnya, penyakit menular yang umum seperti pilek biasa, flu, atau cacar, sulit untuk dipelajari dalam catatan arkeologi. Pasalnya, penyakit ini tidak meninggalkan tanda-tanda infeksi yang terlihat pada sisa-sisa kerangka. Mereka yang terinfeksi penyakit biasanya akan sembuh atau meninggal sebelum penyakit tersebut memiliki kesempatan untuk memengaruhi tulang mereka.
Walau begitu, terdapat sejumlah penyakit menular yang meninggalkan jejak di tubuh dan ditemukan oleh arkeolog sebagai sebuah kejadian di masa lalu. Dilansir dari Ember Archeology, sejumlah penyakit seperti tuberkulosis, kusta, dan sifilis telah meninggalkan jejak yang dapat diidentifikasi dalam catatan arkeologi.
Sifilis
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pallidum, ternyata sudah ada sejak zaman kuno. Bukti dari catatan arkeologi mengungkapkan bahwa sifilis telah menjadi ancaman bagi kesehatan manusia selama ribuan tahun.
Penyakit ini dapat menyerang berbagai tahap, dengan gejala awal biasanya muncul dalam beberapa bulan setelah terinfeksi. Bakteri ini dapat menyebabkan lesi kulit dan ruam pada tahap awal infeksi. Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan luka besar yang dapat merusak tulang tengkorak.Temuan ini menunjukkan bahwa infeksi menular seksual (IMS) terutama berupa sifilis merupakan masalah yang sudah lama terjadi dalam kehidupan manusia. Hingga saat ini, penyakit ini juga masih mengancam dalam penularannya.
Kusta atau Lepra
Kusta atau lepras yang dalam bahasa Yunani berarti 'kulit bersisik', telah ada dalam catatan sejarah manusia selama ribuan tahun. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae atau Mycobacterium lepromatosis.
Kusta dapat merusak saraf di seluruh tubuh, menyebabkan hilangnya kemampuan merasakan rasa sakit pada orang yang terinfeksi. Gejala awal kusta termasuk ruam kulit pucat atau merah, rambut rontok, dan mati rasa. Penyakit ini dapat menyebabkan infeksi sekunder yang pada akhirnya mengakibatkan deformitas pada tangan, kaki, dan wajah.Penularan kusta masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini bahwa penularannya melalui saluran pernapasan dan kontak dekat dengan individu yang terinfeksi. Karena dampak yang cukup berat, hasil temuan arkeolog berupa tulang-belulang bisa menunjukkan perubahan pada individu yang menderita penyakit ini.
Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, telah ada sejak zaman kuno. Meskipun dikenal dengan sebutan "phthisis" di Yunani kuno dan "consumption" dalam bahasa Inggris, TB memiliki efek yang mematikan. TB dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh dan menyebabkan kerusakan pada tulang.
Tuberkulosis awalnya diduga berasal dari sapi dan dapat ditularkan melalui kontak dengan hewan atau konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi. Bakteri ini juga dapat ditularkan antara manusia melalui aerosol pernapasan. TB dapat mempengaruhi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu, dan tanpa pengobatan yang tepat, bisa berakibat fatal.Meskipun vaksin untuk TB sudah ada, pengobatan penyakit ini memerlukan antibiotik yang panjang dan intensif. Sayangnya, banyak orang masih tidak memiliki akses terhadap pengobatan ini. Bahkan dengan adanya pengobatan, bakteri TB telah berkembang menjadi jenis yang tahan obat, meningkatkan kesulitan dalam penanganan penyakit ini.