Tak Selamanya Sehat, Ketahui 5 Dampak Buruk Minum Air Hangat saat Perut Kosong
Minum air hangat dianggap sebagai salah satu kebiasaan sehat. Padahal, salah konsumsi bisa berdampak buruk.
Penyakit telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman purba. Dalam banyak kasus, penyakit-penyakit ini telah ada jauh sebelum manusia memiliki pemahaman tentang penyebab atau cara pengobatannya.
Sejumlah penyakit dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama karena mereka memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan dan inang mereka. Sebagian besar penyakit ini disebabkan oleh patogen seperti virus, bakteri, atau parasit yang mampu berevolusi dengan cepat, mengembangkan resistensi terhadap obat-obatan, dan menemukan cara untuk menghindari respons imun inang. Misalnya, bakteri penyebab tuberkulosis telah ada selama ribuan tahun dan mampu bertahan hingga kini karena mutasi genetik yang membuatnya resisten terhadap antibiotik, sehingga sulit untuk diberantas sepenuhnya.
-
Kenapa kopi dan minuman dingin berbahaya saat perut kosong? 'Minum kopi sama minum es jangan perut kosong mentang-mentang di sana panas, nanti bisa maag di sana,' ujarnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Kenapa air hangat buruk untuk lambung? Minum air hangat saat perut kosong dapat memperburuk masalah asam lambung. Asam lambung yang mengalir kembali ke esofagus dapat menyebabkan rasa terbakar, nyeri dada, dan gejala tidak nyaman lainnya. Gejala ini bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup Anda.
-
Mengapa makanan gosong bisa berisiko menyebabkan kanker? Penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senyawa ini dapat merusak DNA dalam sel tubuh, yang dapat menyebabkan mutasi dan berpotensi mengarah pada perkembangan kanker.
-
Mengapa minum kopi saat perut kosong dapat membahayakan ginjal? Minum kopi saat perut kosong bisa menyebabkan iritasi pada lambung dan usus, yang bisa memicu produksi asam lambung berlebih, nyeri ulu hati, mual, dan diare.
-
Kapan air dingin tidak baik untuk kesehatan? Air dingin harus dihindari saat tenggorokan sakit serta sakit kepala.
-
Kenapa kopi tidak baik untuk perut kosong? Minum kopi saat perut kosong dapat memiliki efek negatif pada sistem pencernaan. Kafein dalam kopi merangsang produksi asam lambung, yang dapat menyebabkan iritasi pada dinding lambung. Jika Anda memiliki masalah pencernaan seperti tukak lambung atau refluks asam, sebaiknya hindari minum kopi saat perut kosong. Lebih baik makan terlebih dahulu sebelum menikmati secangkir kopi.
Selain itu, penyakit yang bertahan lama sering kali memiliki mekanisme penyebaran yang efektif, baik melalui kontak antar manusia, hewan, maupun lingkungan. Penyakit seperti malaria, yang telah ada selama ribuan tahun, terus bertahan karena siklus hidup parasitnya yang melibatkan nyamuk sebagai vektor, membuatnya sulit untuk dikendalikan di banyak wilayah dunia.
Faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan juga berperan dalam mempertahankan keberadaan penyakit-penyakit ini, terutama di daerah dengan akses terbatas terhadap perawatan kesehatan dan pencegahan yang memadai. Kombinasi antara kemampuan adaptasi patogen dan kondisi lingkungan yang mendukung menjadi alasan utama mengapa sejumlah penyakit dapat bertahan dalam jangka waktu sangat lama.
Dilansir dari Mental Floss, berikut ini adalah enam penyakit tertua di dunia yang telah menghantui umat manusia selama ribuan, bahkan jutaan tahun, dan hingga kini masih menjadi ancaman bagi kesehatan kita.
1. Kanker (1,7 Juta Tahun)
Kanker mungkin merupakan salah satu penyakit paling kuno yang dikenal manusia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kanker telah ada selama jutaan tahun, jauh sebelum peradaban manusia mulai berkembang.
Pada tahun 2016, sebuah studi yang diterbitkan dalam South African Journal of Science melaporkan penemuan tumor ganas pada tulang jari kaki hominin yang berusia 1,7 juta tahun di Gua Swartkrans, Afrika Selatan. Tumor tersebut diidentifikasi sebagai osteosarkoma, sejenis kanker yang menyerang sel-sel pembentuk tulang baru. Temuan ini memperlihatkan betapa jauhnya sejarah kanker dalam perjalanan evolusi manusia.
Lebih baru lagi, sebuah mumi Mesir berusia 2250 tahun yang dikenal sebagai M1 didiagnosis menderita kanker prostat melalui pemindaian CT. Pada tulang belakang dan panggulnya ditemukan lesi yang menunjukkan bahwa kanker tersebut telah menyebar ke tulangnya. Untungnya, saat ini ada banyak pilihan pengobatan untuk kanker prostat dalam berbagai tahapannya, yang memberikan harapan bagi penderita penyakit ini.
2. Tuberkulosis (70.000 Tahun)
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit paling mematikan dalam sejarah manusia. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru dan ditularkan melalui udara oleh tetesan kecil yang dilepaskan ketika seseorang yang terinfeksi berbicara, bersin, atau bernapas. TB telah ada selama puluhan ribu tahun, dengan bukti menunjukkan keberadaannya di antara manusia Paleolitik di Afrika sekitar 70.000 tahun yang lalu.
Saat manusia mulai bermigrasi ke seluruh dunia, TB ikut menyebar bersama mereka. Pada abad ke-17 dan ke-18, TB dikenal dengan berbagai nama seperti konsumsi, wabah putih, atau phthisis. Ketika bakteri penyebab TB, Mycobacterium tuberculosis, ditemukan oleh dokter Jerman Robert Koch pada tahun 1882, TB telah membunuh satu dari setiap tujuh orang di Amerika Serikat dan Eropa. Meskipun saat ini TB dapat disembuhkan dengan antibiotik, penyakit ini masih membunuh 1,3 juta orang pada tahun 2022, menjadikannya penyakit infeksi mematikan kedua di dunia setelah COVID-19.
3. Karies Gigi (15.000 Tahun)
Karies gigi atau gigi berlubang adalah penyakit yang sangat umum di seluruh dunia, dan manusia telah menderita akibatnya selama ribuan tahun. Sebuah studi pada tahun 2014 menemukan bukti karies gigi pada sisa-sisa manusia dari masyarakat pemburu-pengumpul di Maroko yang hidup sekitar 15.000 tahun yang lalu. Penemuan ini mengubah pemahaman kita sebelumnya bahwa karies gigi baru muncul ketika manusia mulai bertani dan mengonsumsi makanan kaya karbohidrat.
Pada masyarakat pemburu-pengumpul ini, makanan seperti biji-bijian dan kacang-kacangan yang mereka konsumsi mengandung karbohidrat yang mudah difermentasi, yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan gigi. Karies gigi dapat menyebabkan lubang, rasa sakit, dan kehilangan gigi, namun dengan perawatan gigi yang baik, penyakit ini sebenarnya dapat dicegah—sesuatu yang sayangnya tidak tersedia bagi masyarakat purba ini.
4. Malaria (5.500 Tahun)
Malaria adalah penyakit kuno yang telah menghantui umat manusia selama ribuan tahun. Penyakit ini disebabkan oleh parasit darah dalam genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Gejala awal malaria meliputi demam, menggigil, dan kelemahan, namun jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
Pada tahun 2024, sebuah studi di jurnal Nature menemukan bukti keberadaan malaria pada sisa-sisa manusia yang berusia 5500 tahun. Para peneliti percaya bahwa penyakit ini mungkin lebih tua lagi. Malaria tetap menjadi penyebab utama penyakit dan kematian di Afrika Sub-Sahara, di mana nyamuk Anopheles menjadi vektor utama penyebaran penyakit ini.
5. Penyakit Lyme (5.300 Tahun)
Penyakit Lyme, yang baru pertama kali didefinisikan pada tahun 1975, ternyata memiliki sejarah yang jauh lebih tua. Bukti DNA mitokondria dari bakteri penyebab penyakit Lyme, Borrelia burgdorferi, ditemukan pada tulang Ötzi the Iceman, mumi Eropa tertua yang diketahui, yang meninggal sekitar tahun 3300 SM. Ini menunjukkan bahwa penyakit Lyme telah ada selama setidaknya 5300 tahun.
Gejala penyakit Lyme meliputi demam, menggigil, nyeri otot, dan kelelahan, yang kemudian berkembang menjadi gejala mirip artritis, palpitasi jantung, dan ruam kulit merah yang khas. Jika didiagnosis lebih awal, penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik, memberikan peluang pemulihan yang lebih baik bagi penderita.
6. Leishmaniasis (4.000 Tahun)
Leishmaniasis adalah penyakit yang ditularkan oleh gigitan lalat pasir betina yang telah ada selama ribuan tahun. Sebuah studi pada tahun 2006 menemukan DNA mitokondria Leishmania pada empat mumi Mesir dan Nubia yang berasal dari periode Kerajaan Tengah (2050–1650 SM), membuat Leishmaniasis setidaknya berusia 4000 tahun.
Leishmaniasis tetap menjadi ancaman kesehatan global, terutama di daerah tropis dan subtropis, dengan gejala yang bervariasi tergantung pada jenis parasit yang menginfeksi. Untungnya, ada beberapa pilihan pengobatan yang tersedia untuk penyakit ini, meskipun dampaknya masih dirasakan di banyak bagian dunia.
Penyakit-penyakit ini adalah saksi bisu dari sejarah panjang manusia, menunjukkan bahwa meskipun ilmu kedokteran telah berkembang pesat, kita masih menghadapi ancaman kesehatan yang sama seperti nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu.