Apa Itu Sindrom Tourette? Pahami dari Gejala hingga Proses Diagnosanya
Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai tics. Kenali pengertian dan langkah diagnostik untuk penanganan yang tepat!
Sindrom Tourette adalah gangguan neurologis yang ditandai oleh munculnya tics, yaitu gerakan atau suara yang tidak dapat dikendalikan. Tics ini bisa berupa gerakan fisik seperti kedutan atau suara, seperti berteriak atau mengeluarkan kata-kata secara tiba-tiba. Meskipun sindrom ini biasanya muncul pada masa kanak-kanak, banyak orang belum sepenuhnya memahami karakteristik dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari para penderitanya.
Proses diagnosis sindrom Tourette tidak selalu mudah, karena tidak ada tes khusus untuk menentukannya. Dokter umumnya akan melakukan evaluasi berdasarkan riwayat medis, pengamatan gejala, dan penilaian terhadap faktor-faktor lain yang mungkin menyebabkan tics. Penting untuk membedakan sindrom Tourette dari gangguan lain yang juga dapat menyebabkan tics, agar diagnosis yang tepat dapat membantu penderita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
-
Apa saja tanda gangguan kesehatan mental? Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala yang bisa menjadi indikasi bahwa kita perlu memeriksakan kesehatan mental kita: Perubahan suasana hati yang ekstrem atau tidak stabil. Misalnya, merasa sangat sedih, marah, cemas, takut, atau bahagia tanpa alasan yang jelas. Perubahan perilaku yang signifikan atau tidak biasa. Misalnya, menjadi penyendiri, agresif, impulsif, atau tidak peduli dengan orang lain. Perubahan pola tidur atau nafsu makan yang drastis. Misalnya, sulit tidur atau tidur terlalu banyak; tidak nafsu makan atau makan terlalu banyak. Perubahan kinerja atau produktivitas di sekolah atau tempat kerja. Misalnya, sulit berkonsentrasi, sering lupa, kurang motivasi, atau sering absen. Perubahan minat atau kesenangan terhadap aktivitas yang biasa dilakukan. Misalnya, tidak lagi menikmati hobi, olahraga, atau bersosialisasi dengan teman. Perasaan tidak berharga, bersalah, putus asa, atau ingin bunuh diri. Mengalami halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada) atau delusi (percaya pada sesuatu yang tidak nyata). Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan secara berlebihan untuk mengatasi masalah. Mengalami gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Misalnya, sakit kepala, nyeri dada, mual, atau sesak napas.
-
Kenapa penting mengetahui tanda gangguan mental? Penting untuk mengenali tanda-tanda gangguan mental sejak awal agar penanganan yang tepat dapat dilakukan.
-
Apa yang dimaksud dengan gangguan mental? Gangguan mental adalah suatu kondisi yang dapat memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku individu.
-
Bagaimana cara mengenali gejala Bipolar? Bipolar adalah gangguan mental yang memengaruhi suasana hati seseorang secara ekstrem. Orang dengan bipolar biasanya mengalami perubahan suasana hati yang tiba-tiba, dari bahagia menjadi sangat sedih, atau sebaliknya.
-
Bagaimana penanganan untuk gangguan mental? Penanganan yang tepat dan cepat dapat mencegah kondisi semakin memburuk dan membantu individu untuk kembali menjalani kehidupan yang normal.
-
Apa saja tanda gangguan kesehatan mental pada anak? Jika kesehatan mental anak terganggu, emosinya menjadi tidak stabil, sering merasa lelah, jenuh, pusing, dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik.
Dengan meningkatnya pemahaman tentang sindrom Tourette, diharapkan kesadaran masyarakat mengenai kondisi ini juga meningkat. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting bagi penderita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang pengertian, proses diagnosis, serta tantangan yang dihadapi individu dengan sindrom Tourette.
Gejala Sindrom Tourette
Dilansir dari NHS, tics adalah gejala utama dari sindrom Tourette. Gejala ini biasanya muncul pada anak-anak berusia antara 2 hingga 14 tahun, dengan rata-rata usia sekitar 6 tahun. Tics dapat dibedakan menjadi dua jenis: tics fisik dan tics vokal.
Contoh tics fisik meliputi:
- Kedipan mata
- Menggulung mata
- Mengerutkan dahi
- Mengangkat bahu
- Menggerakkan kepala atau anggota tubuh secara tiba-tiba
- Melompat
- Memutar
- Menyentuh benda dan orang lain
Contoh tics vokal antara lain:
- Menggeram
- Membersihkan tenggorokan
- Melolong
- Batuk
- Mengklik lidah
- Mengeluarkan suara hewan
- Mengucapkan kata atau frasa acak
- Mengulangi suara, kata, atau frasa
- Mengucapkan kata-kata kasar (ini jarang terjadi dan hanya mempengaruhi sekitar 1 dari 10 orang dengan sindrom Tourette)
Meskipun tics umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan secara keseluruhan, tics fisik, seperti gerakan kepala yang tiba-tiba, dapat menyebabkan rasa sakit. Tics bisa berfluktuasi, menjadi lebih parah pada hari-hari tertentu, terutama saat mengalami stres, kecemasan, atau kelelahan. Selain itu, individu dengan sindrom Tourette mungkin juga menghadapi masalah suasana hati dan perilaku, seperti ADHD, OCD, serta depresi atau kecemasan. Anak-anak dengan sindrom ini juga memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi korban bullying karena tics yang mereka alami.
Penyebab Sindrom Tourette
Dilansir dari WebMD, penyebab pasti sindrom Tourette masih belum diketahui. Namun, gangguan ini telah dikaitkan dengan berbagai bagian otak, seperti ganglia basalis, lobus frontal, dan korteks. Ganglia basalis berfungsi dalam mengontrol gerakan tubuh, lobus frontal mengatur kontrol otot, dan korteks terlibat dalam komunikasi antar bagian otak. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan dalam jaringan otak ini dapat memicu sindrom Tourette.
Kemungkinan penyebab lain yang belum terbukti mencakup komplikasi saat kehamilan, berat badan lahir rendah, cedera kepala, keracunan karbon monoksida, dan ensefalitis. Selain itu, ada kemungkinan bahwa sindrom Tourette memiliki komponen genetik, di mana seseorang yang mengalaminya memiliki peluang 50% untuk mewariskannya kepada anak. Meskipun terdapat keluarga dengan beberapa anggota yang mengalami sindrom ini, sekitar 1 dari 20 anak dengan sindrom Tourette tidak memiliki riwayat keluarga yang sama.
Diagnosa Sindrom Tourette
Menurut WebMD, sindrom Tourette umumnya didiagnosis pada anak-anak, tetapi juga dapat terdeteksi pada orang dewasa. Tidak ada tes khusus untuk sindrom ini; diagnosis biasanya berdasarkan informasi dari pasien dan pengamatan dokter. Dokter mungkin perlu mengecualikan masalah lain yang bisa menyebabkan tics. Misalnya, kedipan mata yang berlebihan mungkin disebabkan oleh masalah penglihatan, sementara hidung yang sering mencium bisa disebabkan oleh alergi.
Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk memahami gejala yang dialami, seperti kapan gejala mulai muncul, apakah ada riwayat keluarga dengan gejala serupa, serta faktor-faktor yang dapat memperburuk atau memperbaiki gejala tersebut. Kriteria tertentu, seperti adanya tics motorik dan vokal yang berlangsung setidaknya selama satu tahun, juga akan diperiksa.
Pengobatan Sindrom Tourette
Dilansir dari NHS, hingga saat ini, belum ada obat untuk sindrom Tourette, dan sebagian besar anak dengan tics tidak memerlukan perawatan. Namun, terkadang perawatan disarankan untuk membantu mengontrol tics. Perawatan ini biasanya tersedia melalui layanan kesehatan dan dapat mencakup:
- Terapi perilaku: Terapi ini umumnya dilakukan oleh psikolog atau terapis terlatih. Dua jenis terapi perilaku yang terbukti efektif dalam mengurangi tics adalah:
- Habit reversal training: Pendekatan ini melibatkan identifikasi perasaan yang memicu tics dan menemukan cara alternatif yang lebih tidak mencolok untuk mengatasi dorongan tersebut.
- Exposure with response prevention (ERP): Metode ini melatih individu untuk lebih baik dalam mengontrol dorongan tics dengan teknik yang memungkinkan mereka mentolerir perasaan tersebut tanpa melakukan tics.
- Obat-obatan: Beberapa individu mungkin mendapatkan manfaat dari obat, tetapi biasanya hanya direkomendasikan jika tics cukup parah atau memengaruhi aktivitas sehari-hari. Obat untuk sindrom Tourette bisa memiliki efek samping dan tidak selalu efektif untuk semua orang.
Pengobatan sindrom Tourette berfokus pada pengelolaan gejala, karena tidak ada obat yang dapat menyembuhkan kondisi ini. Meskipun sebagian besar anak dengan tics tidak memerlukan perawatan, terapi perilaku seperti habit reversal training dan exposure with response prevention dapat memberikan bantuan signifikan bagi mereka yang terdampak lebih berat. Selain itu, penggunaan obat-obatan dapat dipertimbangkan jika tics mengganggu aktivitas sehari-hari, meskipun efektivitas dan efek sampingnya bervariasi antara individu. Oleh karena itu, penting bagi penderita dan keluarga untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan guna menentukan pendekatan terbaik sesuai kebutuhan masing-masing.