Cara Menguasai dan Mencegah Diri dari Dorongan untuk Meneriaki Anak
Mencegah emosi meledak dan memarahi anak bisa dilakukan dengan sejumlah cara berikut ini:
Mendidik anak memang penuh tantangan, terlebih ketika menghadapi situasi yang menguji kesabaran. Seringkali, dorongan untuk berteriak muncul sebagai respons cepat terhadap perilaku anak atau tekanan pribadi. Namun, tahukah Anda bahwa berteriak bisa berdampak buruk bagi hubungan emosional Anda dengan anak? Penting bagi orangtua untuk mengenali tanda-tanda, memahami pemicu, dan menemukan strategi untuk mengelola emosi dengan lebih sehat.
Dilansir dari WebMD, langkah pertama untuk menguasai dorongan tersebut adalah memahami kapan Anda mulai kehilangan kendali. Amy Hoyt, PhD, pendiri Mending Trauma, menjelaskan bahwa mengenali perubahan fisik dalam tubuh bisa menjadi alarm untuk segera menenangkan diri. Tanda-tanda tersebut meliputi:
-
Bagaimana cara agar anak bisa mengendalikan emosinya? 'Di mana pun kita memutuskan tempat pengasuhan anak, semua itu bertujuan agar anak tetap dapat mengenal dan nantinya mampu mengendalikan emosi,' ujar Dian dalam dialog pada program Ruang Psikologi di Radio Streaming BKKBN Bengkulu.
-
Bagaimana mengajarkan anak mengendalikan emosi? Mengajarkan anak untuk memahami emosi orang lain merupakan langkah krusial dalam proses pendidikan mereka agar menjadi individu yang bersahabat. Penting bagi mereka untuk belajar mengenali beragam ekspresi wajah, seperti bahagia, sedih, atau bersemangat, serta cara memberikan respon yang positif terhadap emosi tersebut.
-
Bagaimana orang tua bisa bantu anak kendalikan emosi? Dengan pendekatan yang tepat, anak akan mampu mengembangkan keterampilan emosional yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
-
Bagaimana cara orang tua untuk membantu anak mengelola emosi negatifnya? Penting bagi orangtua untuk membantu mengelola dan mengarahkan emosi negatif milik anak agar tidak terlalu berdampak buruk. Penting untuk memastikan emosi tersebut terasalurkan namun dalam cara yang lebih produktif.
-
Bagaimana cara mengajarkan anak untuk mengendalikan perilaku? Hal ini bisa berdampak buruk secara jangka panjang dan membuat anak jadi sering berteriak juga.
-
Bagaimana anak mengelola emosi? Misalnya, ketika mereka merasa marah atau frustrasi, mereka tidak akan langsung meledak atau menangis berlebihan.
Rahang terasa tegang
Dada terasa sesak
Perut terasa tidak nyaman
Detak jantung meningkat
Pola pernapasan berubah
Kulit terasa lebih hangat
Kesadaran akan tanda-tanda ini menjadi langkah awal untuk menerapkan teknik pengelolaan emosi secara efektif.
Strategi untuk Menjaga Emosi
Setelah mengenali tanda-tanda fisik, langkah berikutnya adalah melakukan teknik pengelolaan stres yang cepat. Beberapa teknik yang disarankan meliputi:
Pernapasan Ganda (Double-Inhale Sigh)
Tarik napas dua kali secara berturut-turut melalui hidung, kemudian buang napas perlahan melalui mulut. Ulangi sebanyak satu hingga tiga kali. Teknik ini membantu menenangkan sistem saraf dengan meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh.
Latihan Mindfulness
Fokuskan perhatian pada tiga hal di sekitar Anda, seperti suara, aroma, atau benda yang terlihat. Teknik ini membantu Anda kembali ke momen sekarang dan meredakan kecemasan.
Stimulasi Bilateral
Ketuk kaki atau ibu jari kaki secara bergantian sambil mengucapkan frasa menenangkan seperti, "Saya aman." Teknik ini membantu menstabilkan sistem saraf dan mencegah ledakan emosi.
Devin Sabraw, seorang ayah dari Calgary, Kanada, berbagi bahwa ia mengatasi dorongan untuk berteriak dengan fokus pada pernapasan dan meditasi. “Saat merasa ingin berteriak, saya menghilangkan kemarahan dengan fokus pada napas saya,” katanya.
Mengidentifikasi Pemicu
Pemicu adalah hal-hal yang memicu kemarahan atau frustrasi. Pauline Yeghnazar Peck, PhD, seorang psikolog, menyebutkan bahwa pemicu umum meliputi ruangan yang berantakan, anak yang merengek, tenggat waktu kerja yang mendekat, atau konflik dengan pasangan. Dengan mengenali pemicu, Anda dapat mengantisipasi respons Anda sebelum emosi memuncak.
Memberikan Contoh Ketenangan
Sebagai orangtua, Anda adalah panutan bagi anak-anak. Modelkan emosi yang ingin Anda lihat pada mereka. J. Stuart Ablon, PhD, direktur Think:Kids di Rumah Sakit Umum Massachusetts, mengatakan, “Jika Anda tetap tenang, anak Anda juga akan lebih mungkin tetap tenang.”
Gunakan nada suara lembut atau bahkan berbisik untuk menarik perhatian anak. Hindari meneriaki anak dari ruangan lain, melainkan lakukan kontak mata dengan cara duduk atau berlutut sejajar dengan anak. Hal ini tidak hanya membantu anak memahami pesan Anda, tetapi juga menciptakan momen penuh empati.
Menjadi Detektif Emosi
Mary Wyatt, seorang ibu sekaligus pelatih motivasi, mengungkapkan bahwa refleksi membantunya memahami perilaku anaknya. Dengan bertanya kepada diri sendiri apa yang mungkin sedang dirasakan anak, Wyatt belajar untuk lebih bersikap ingin tahu daripada marah.
Ablon menambahkan, “Jadilah penasaran, bukan marah. Ajukan pertanyaan tanpa terburu-buru menyimpulkan agar Anda memahami apa yang sedang terjadi pada anak Anda.”
Selain itu, mengingat mantra, "Anak-anak akan berperilaku baik jika mereka mampu," dapat membantu Anda menenangkan emosi. Ini mengingatkan bahwa anak-anak, seperti halnya orang dewasa, sedang belajar mengelola emosi dan tantangan dengan kemampuan yang mereka miliki.
Memberi Waktu untuk Diri Sendiri
Kadang, waktu untuk merenung adalah yang Anda butuhkan. Sampaikan kepada anak bahwa Anda memerlukan waktu sejenak untuk menenangkan diri. Beristirahat di ruangan lain, tarik napas dalam-dalam, lalu kembali dengan pikiran yang lebih jernih.
Wyatt mengakui bahwa refleksi menjadi salah satu cara untuk menghentikan pola berteriak. “Memikirkan bagaimana perasaan saya ketika ibu saya berteriak kepada saya membuat saya berkomitmen untuk tidak mengulanginya kepada anak-anak saya,” katanya.
Memanfaatkan Sumber Daya
Jika Anda merasa kesulitan mengubah kebiasaan ini, jangan ragu untuk mencari bantuan. Mengikuti kelas parenting atau berbicara dengan terapis dapat membuka wawasan baru dalam mengelola emosi dan pola asuh. Ini juga membantu mengatasi memori masa kecil yang mungkin memengaruhi cara Anda menghadapi stres saat ini.
Menghentikan dorongan untuk berteriak kepada anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil. Dengan mengenali tanda-tanda fisik, memahami pemicu, dan menggunakan teknik pengelolaan stres yang tepat, Anda dapat menciptakan lingkungan keluarga yang lebih damai dan penuh kasih. Anak-anak belajar dari contoh, dan dengan menunjukkan ketenangan serta empati, Anda membantu mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan penuh rasa hormat.
Seperti yang dikatakan Devin Sabraw, “Saat merasa ingin berteriak, saya menghilangkan kemarahan dengan fokus pada napas saya.” Sebuah langkah kecil, tetapi dampaknya bisa sangat besar bagi Anda dan anak-anak Anda.