Daging Beku Merupakan Praktik Gastronomi Berkelanjutan dan Bantu Kurangi Pemborosan Makanan
Pembekuan daging bisa menjadi cara untuk memperoleh makanan bergizi yang ramah terhadap lingkungan.
Gastronomi berkelanjutan merupakan pendekatan dalam seni memasak yang tidak hanya memperhatikan aspek kuliner, tetapi juga kelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan ekonomi. Salah satu praktik yang termasuk dalam kategori ini adalah membekukan daging, baik daging ayam, sapi, maupun ikan.
Menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, Sekretaris Jenderal Indonesian Gastronomy Community (IGC), membekukan daging dapat dianggap sebagai bagian dari praktik gastronomi berkelanjutan, tergantung pada tujuan dan konteksnya.
-
Bagaimana cara menjaga kualitas daging beku? 'Asal rantai beku dipertahankan hingga saat dimasak,' tambahnya. Hal ini berarti, daging yang dibekukan harus disimpan dan diproses dengan baik agar kualitasnya tetap terjaga.
-
Dimana daging beku sebaiknya disimpan? Durasi Pembekuan yang Dianjurkan Tan Shot Yen bersama Remanlay Institute telah memberikan panduan mengenai berapa lama daging dapat disimpan dalam lemari es berdasarkan jenisnya.
-
Apa manfaat pembekuan daging? Menurut dokter ahli gizi komunitas, Tan Shot Yen, pembekuan daging justru menjadi cara yang paling efektif untuk mempertahankan kandungan nutrisi dalam daging.'Nggak (memengaruhi kandungan daging). Justru ini cara terbaik mempertahankan kebaikan daging,' ujar Tan Shot Yen.
-
Kapan daging sapi sebaiknya dibekukan? Daging potongan: Dapat bertahan 3-5 hari dalam pendingin dan 6-12 bulan dalam pembeku.
-
Gimana caranya menyimpan makanan beku agar tetap segar? Menurut Junaedi untuk menjaga makanan beku tetap segar, perlu dilakukan pembekuan dengan metode yang benar sebagai salah satu cara pengawetan yang efektif. Dengan cara ini, produk dapat bertahan lebih lama jika pengawet yang digunakan sesuai dengan regulasi yang ditetapkan oleh Badan POM RI.
-
Kenapa daging beku direndam dalam larutan? Rendaman daging dilakukan dengan durasi 7-10 menit sembari sesekali dibolak-balik, kira-kira setiap dua atau tiga menit sekali.
"Tentunya kebiasaan atau perilaku untuk membekukan daging ayam dan daging sapi dapat dianggap sebagai bagian dari praktik gastronomi berkelanjutan, tapi harus tergantung pada konteks dan tujuannya," kata Dr. Ray kepada Health Liputan6.com.
Salah satu tujuannya adalah untuk mengawetkan makanan sehingga tidak ada yang terbuang. Dalam hal ini, membekukan daging menjadi cara yang efektif untuk mengurangi pemborosan makanan, salah satu prinsip utama dalam gastronomi berkelanjutan.
Mengurangi Pemborosan Makanan
Pembekuan daging dapat memperpanjang umur simpan daging secara signifikan. Ini sangat bermanfaat, terutama ketika daging tersedia dalam jumlah lebih dan tidak dapat segera diolah atau dikonsumsi dalam waktu dekat. Misalnya, daging giling hanya bertahan 1-2 hari di pendingin (chiller) tetapi bisa disimpan selama 3-4 bulan dalam pembeku (freezer). Daging potongan bahkan bisa bertahan hingga 6-12 bulan dalam freezer.
"Ini adalah prinsip dasar gastronomi berkelanjutan yang dianjurkan pada tingkat rumah tangga," ucap Dr. Ray. Dengan begitu, keluarga dapat mengurangi pemborosan makanan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal.
Strategi Pengelolaan Pangan (Food Planning)
Pembekuan juga menjadi strategi penting dalam pengelolaan pangan atau food planning. Ketika daging tersedia dalam jumlah besar, pembekuan memungkinkan konsumen menyimpan daging tersebut untuk digunakan di kemudian hari. Hal ini mengurangi tekanan pada sistem produksi makanan, terutama dalam konteks kebutuhan pangan yang fluktuatif.
"Ini juga prinsip positive piling-up strategy dalam konteks gastronomi berkelanjutan," kata Dr. Ray, yang menekankan pentingnya strategi penyimpanan yang efisien untuk mendukung keberlanjutan.
Mengurangi Konsumsi Energi dalam Distribusi
Selain manfaat pada rumah tangga, pembekuan daging juga dapat mengurangi konsumsi energi dalam distribusi pangan. Dengan membekukan daging, distribusi bisa dilakukan dalam jumlah besar dan disimpan lebih lama, sehingga frekuensi pengiriman dapat dikurangi. Hal ini secara tidak langsung mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan distribusi.
"Polusi kendaraan untuk pengantaran daging juga berkurang, jadi jejak karbon menjadi lebih rendah," ujar Dr. Ray.
Namun, Dr. Ray juga mengingatkan bahwa proses pembekuan itu sendiri memerlukan energi, terutama dalam konsumsi listrik untuk kulkas atau freezer. Oleh karena itu, penting untuk menggabungkan pembekuan dengan praktik berkelanjutan lainnya, seperti penggunaan energi terbarukan dalam penyimpanan, serta mengurangi limbah pada tahap produksi hingga konsumsi.
"Oleh karena itu, pembekuan daging harus dikombinasikan dengan praktik-praktik lain yang mendukung keberlanjutan, seperti penggunaan energi terbarukan dalam penyimpanan dan pengurangan limbah di tahap produksi hingga konsumsi," tambahnya.
Pembekuan Daging dan Kandungan Nutrisinya
Meski banyak manfaat, terdapat kesalahpahaman umum bahwa membekukan daging dapat menyebabkan penurunan kualitas atau kandungan nutrisinya. Beberapa orang beranggapan bahwa daging sapi atau ayam yang dibekukan akan kehilangan gizi pentingnya. Namun, dokter ahli gizi komunitas, Tan Shot Yen, menegaskan bahwa pembekuan tidak memengaruhi kandungan nutrisi daging. Justru, pembekuan dinilai sebagai cara terbaik untuk mempertahankan kualitas nutrisi dalam daging.
"Nggak (memengaruhi kandungan daging). Justru ini cara terbaik mempertahankan kebaikan daging," ujar Tan.
Namun, Tan juga mengingatkan bahwa penting untuk menjaga rantai beku (cold chain) agar kualitas daging tetap terjaga hingga saat dimasak. "Asal rantai beku dipertahankan hingga saat dimasak," tambahnya. Dengan demikian, pembekuan daging tidak hanya efektif dalam menjaga kualitas makanan, tetapi juga mendukung pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan.