Hindari Menggunakan Sendok yang Sudah Dipakai untuk Mengambil Lauk yang Dimakan Bersama
Meskipun sangat menggugah selera, penting untuk memperhatikan kebersihan alat makan, termasuk sendok, saat berbuka puasa bersama.

Buka puasa merupakan momen yang sangat identik dengan kebersamaan. Seringkali, berbagai hidangan disajikan di atas meja dan dinikmati secara bersama-sama oleh keluarga atau teman. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan buka puasa bersama, salah satunya adalah kebersihan alat makan yang digunakan. Menurut Kristina Joy Herlambang, seorang dokter spesialis gizi klinik di RS EMC Tangerang, penting untuk tidak menggunakan sendok yang sudah dipakai untuk mengambil lauk pauk yang berbeda.
Peringatan ini bukan tanpa alasan, karena dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada lauk pauk. Air liur dapat menempel pada sendok, dan saat sendok tersebut digunakan untuk mengambil lauk, bakteri dari air liur itu bisa berpindah. Jika lauk pauk yang tersisa disimpan untuk sahur atau untuk hari berikutnya, maka bakteri tersebut dapat berkembang biak dan berpotensi menyebabkan keracunan saat disantap kembali. "Bakteri itu bukan cuma bakterinya, tapi toksin bakterinya juga bisa bikin keracunan. Jadi menjaga makanan itu penting, jangan kena bekas liur kita, jangan ngambil pakai sendok yang udah dipakai," ungkap dokter Joy saat berbincang dengan Health Liputan6.com di kantor KLY Jakarta Pusat pada hari Senin, 24 Februari 2025.
Bolehkah Memanaskan Makanan?
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi, disarankan agar Anda hanya mengambil sebagian makanan yang akan dikonsumsi pada saat itu, sementara sisanya bisa disimpan dengan baik di dalam lemari es. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua jenis makanan cocok untuk disimpan dan kemudian dipanaskan kembali, seperti halnya sayur-sayuran.
Joy menjelaskan, "Kalau memanaskan, kalau protein sebetulnya tidak terlalu terpengaruh. Yang terpengaruh dengan panas biasanya vitamin, sayuran, makanya kalau sayuran biasanya harus habis. Kecuali kalau fermentasi ya (contoh kimchi), dia kan diawetin dan bakterinya udah lain lagi tuh emang untuk disimpan." Dia juga menambahkan bahwa setiap jenis makanan memiliki cara, teknik, dan durasi penyimpanan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara penyimpanan yang tepat agar kualitas makanan tetap terjaga.
Sahur dengan Mi Instan
Joy juga mengangkat topik mengenai buka puasa dan sahur dengan mi instan. Ia mengakui bahwa banyak orang yang memilih untuk berbuka atau sahur menggunakan mi instan. Selain karena rasanya yang enak, mi instan juga dianggap praktis untuk disiapkan. Namun, muncul pertanyaan mengenai apakah mengonsumsi mi instan saat berbuka atau sahur itu baik untuk kesehatan. Joy menjelaskan bahwa mi instan terbuat dari tepung yang telah melalui banyak proses pembuatan (highly processed) dan hanya mengandung karbohidrat.
“Mi instan enggak bagusnya karena tepungnya udah pasti yang highly processed jadi tepungnya itu bukan tepung yang kandungan nutrisinya bagus-bagus banget. Terus, mi instan itu kan benar-benar cuman karbo, bahan makanan sumber karbohidrat, artinya proteinnya rendah,” ungkap Joy. Ia menambahkan bahwa saat sahur, tubuh memerlukan protein dan serat agar dapat bertahan dari rasa lapar lebih lama. “Jadi, bisa aja, misalnya bikin mi instan tapi dikasih sayurannya lebih banyak, dikasih telur, dikasih irisan ayam atau ikan, terus bumbunya dikurangin karena bumbunya itu natriumnya tinggi banget dan jangan keseringan,” jelas Joy.
Pentingnya Batasi Konsumsi Mi Instan
Konsumsi mi instan sebaiknya dibatasi karena banyak orang yang sudah mengonsumsi makanan lain yang kurang sehat setiap harinya, ujar Joy. "Orang itu suka nanyanya makan berapa kali (dalam sebulan). Sebetulnya lebih ke frekuensi sama perbandingannya. Kalau kita sehari-hari makannya donat, bolu, martabak, mau mi instannya cuman sekali sebulan, tetap saja makanan-makanan yang lainnya kan enggak sehat," tegasnya.
Joy mengakui bahwa dulunya ia mengonsumsi mi instan seminggu sekali. "Tapi karena sekarang melihat komposisinya kok serem banget ya dikurangin jadi sekali sebulan, tapi sekali sebulan itu kan saya masih makan yang lain-lain, pizza, fast food, ayam goreng, itu kan juga enggak sehat," jelas Joy. Dengan demikian, mi instan termasuk dalam kategori makanan tidak sehat yang jika ditotal dengan makanan tidak sehat lainnya, seharusnya tidak lebih dari 30 persen dari total konsumsi. Sementara itu, 70 persen dari asupan makanan haruslah terdiri dari makanan yang sehat.