Ketersediaan Air Minum Bersih dan Sanitasi Jadi Kunci untuk Cegah Stunting
Pencegahan stunting bisa tergantung dari sejumlah faktor krusial seperti kestersediaan air minum serta sanitasi bersih.
Ketersediaan air minum bersih dan sanitasi yang layak menjadi faktor krusial dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia. Stunting, yang merupakan kondisi anak tumbuh lebih pendek dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis, tidak hanya disebabkan oleh asupan makanan yang kurang bergizi, tetapi juga erat kaitannya dengan lingkungan hidup yang tidak sehat.
Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) dalam kajian ilmiah terbarunya mengungkapkan bahwa sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang terbatas meningkatkan risiko stunting hingga 1,5 kali lebih besar. Kajian bertajuk “Memahami Stunting dari Inti” menyebutkan bahwa daerah dengan keterbatasan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan daerah dengan akses sanitasi yang baik.
-
Bagaimana cara Kemenkes mencegah stunting? 'Apabila ditemukan suatu faktor resiko, jadi bisa dilakukan pencegahan,' tutur Laila.
-
Bagaimana cara pencegahan stunting? Melalui pelatihan ini, kami berharap para bidan dapat melatih kader Posyandu sebagai garda terdepan dalam memberikan pendampingan yang tepat kepada ibu hamil, sehingga dapat mencegah terjadinya BBLR dan stunting di Manggarai Barat,' jelasnya.
-
Bagaimana cara mencegah stunting? Hasto mengatakan, cegah stunting penting di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPH). Sejak terjadinya konsepsi sampai usia bayi dua tahun. 'Dalam masa tersebut pola asuh dan asupan yang berkualitas seperti ikan perlu diberikan kepada anak. Sebab 80 persen kecerdasan anak terbentuk di 1.000 HPK. Ini sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya,' kata Hasto.
-
Kenapa pencegahan stunting penting? Pembahasan dari pelatihan ini melibatkan penelitian yang menunjukkan bahwa BBLR adalah salah satu faktor risiko utama yang berkontribusi pada stunting, sehingga pencegahan sejak masa kehamilan sangat penting.
-
Bagaimana mencegah stunting? Penting untuk memantau perkembangan anak secara berkala. Pastikan mereka mendapatkan asupan gizi yang seimbang, imunisasi yang lengkap, serta lingkungan yang bersih agar tumbuh kembangnya optimal.
Melalui analisis data dari keluarga berisiko stunting yang dikumpulkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), FKI menunjukkan pentingnya penanganan sanitasi dan ketersediaan air bersih dalam upaya pencegahan stunting yang lebih efektif.
Dampak Kualitas Air dan Sanitasi terhadap Stunting
Menurut Profesor Nila F. Moeloek, Direktur Eksekutif FKI, temuan ini menegaskan bahwa upaya pencegahan stunting tidak cukup hanya fokus pada intervensi gizi.
"Pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata, tetapi untuk jangka panjang, agar pencegahan stunting optimal maka sanitasi lingkungan dan akses air bersih juga harus mendapat fokus lebih,” ungkapnya.
Sanitasi yang buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terkena infeksi, seperti diare, yang berdampak buruk pada penyerapan nutrisi dalam tubuh mereka. Anak-anak yang sering mengalami infeksi seperti diare lebih mudah mengalami malnutrisi, yang kemudian memperburuk kondisi mereka dan meningkatkan risiko stunting.
"Itu sebabnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan terbebas dari stunting," lanjut Nila, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019.
Tiga Faktor Kunci dalam Pencegahan Stunting
Kajian FKI juga mengidentifikasi tiga faktor utama yang harus menjadi prioritas untuk menurunkan prevalensi stunting secara signifikan di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah:
Menurunkan anemia melalui skrining rutin, intervensi tablet tambah darah, serta pemberian nutrisi yang kaya zat besi.
Meningkatkan akses dan kualitas sanitasi serta air bersih agar masyarakat tidak hanya mendapatkan air minum yang aman, tetapi juga memiliki lingkungan yang mendukung kesehatan.
Peningkatan kualitas pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) untuk memastikan ibu hamil mendapatkan perawatan yang memadai sejak awal kehamilan.
Menurut dr. Ray Wagiu Basrowi, salah satu peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang terlibat dalam kajian ini, anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko stunting hingga 2,3 kali lebih besar. Oleh karena itu, skrining anemia di tingkat komunitas, posyandu, dan layanan kesehatan primer menjadi langkah penting dalam mencegah stunting secara berkelanjutan.
"Intervensi skrining anemia di komunitas, posyandu dan layanan primer, mengoptimalkan intake zat besi, baik itu tablet tambah darah maupun asupan nutrisi sumber protein dan zat besi harus jadi intervensi prioritas pada ibu hamil agar stunting bisa dicegah secara berkelanjutan,” papar Ray.
Dampak Stunting Bagi Masa Depan Indonesia
Stunting merupakan salah satu isu kesehatan yang paling serius di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 21,6 persen anak di bawah usia lima tahun di Indonesia masih mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak, prestasi pendidikan, serta produktivitas ekonomi di masa depan.
Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi keterbatasan dalam aspek akademis dan sosial, yang pada gilirannya mengurangi peluang mereka untuk berkontribusi optimal bagi masyarakat dan perekonomian negara. Oleh karena itu, Nila Moeloek menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia, termasuk di daerah terpencil, mendapatkan akses yang memadai terhadap air bersih dan sanitasi yang layak.
“Kami menyerukan kolaborasi lintas sektor yang lebih kuat, terutama di daerah-daerah terpencil, untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang layak,” ujarnya.
Aksi Nyata untuk Perbaikan Sanitasi
Nila berharap hasil kajian ini dapat menjadi pemicu bagi pemerintah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta untuk mempercepat implementasi kebijakan serta program yang memperbaiki kondisi sanitasi di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, upaya pencegahan stunting dapat lebih efektif dan berkelanjutan.
Selain itu, upaya peningkatan skrining anemia dan pencegahan malnutrisi pada ibu hamil harus dioptimalkan melalui intervensi nutrisi yang tepat.
"Upaya terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan hasil nyata dalam menurunkan prevalensi stunting dan menciptakan generasi mendatang yang lebih sehat dan produktif,” tutup Nila.
Dengan fokus yang lebih besar pada perbaikan sanitasi dan akses air bersih, Indonesia dapat lebih efektif dalam melawan stunting dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.