Stunting pada Anak dan Obesitas di Orang Dewasa Beri Beban Ganda Masalah Gizi di Indonesia
Ancaman masalah ganda nutrisi bisa dialami Indonesia akibat stunting di anak dan obesitas di orang dewasa.

Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan masyarakat, yakni beban ganda masalah gizi yang mencakup stunting pada anak-anak dan obesitas pada orang dewasa. Masalah ini tidak hanya membebani individu, tetapi juga memberikan dampak besar pada pembangunan nasional.
Profesor Siswanto Agus Wilopo, seorang ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menegaskan bahwa Indonesia sedang berada di bawah tekanan berat akibat permasalahan gizi ganda ini.
"Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda berupa stunting pada anak dan obesitas pada orang dewasa," ungkap Siswanto dalam sebuah keterangan pers yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Stunting pada anak-anak, meskipun telah menunjukkan tren penurunan, tetap menjadi masalah yang signifikan. Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI 2023) dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI 2022) menunjukkan bahwa prevalensi stunting masih berada pada angka 21,6 persen hingga akhir tahun 2023. Padahal, target pemerintah adalah menurunkan angka tersebut menjadi 14 persen pada akhir 2024. Di sisi lain, obesitas pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) juga masih tinggi, mencapai 21,8 persen, dengan upaya yang terus dilakukan untuk menurunkan angka tersebut.
Stunting sebagai Masalah Multidimensional
Menurut Prof. Siswanto, stunting merupakan masalah yang sangat kompleks dan multidimensional. Penyebabnya tidak hanya satu, tetapi saling terkait antara kemiskinan, akses pangan yang terbatas, pola asuh yang kurang baik, serta pemberian makanan yang tidak memadai pada balita. Stunting tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan otak dan kemampuan kognitifnya, yang pada akhirnya dapat membatasi potensi mereka di masa depan.
Permasalahan stunting sangat erat kaitannya dengan kesehatan ibu dan anak. Siswanto menjelaskan, "Apabila ibu tidak sehat, maka anak juga akan ikut tidak sehat; jika mental ibu tidak sehat, akan memengaruhi peran pengasuhan pada anak." Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan tidak hanya harus fokus pada anak, tetapi juga pada kesehatan dan kesejahteraan ibu.

Obesitas sebagai Tantangan Gaya Hidup Modern
Obesitas pada orang dewasa merupakan masalah yang muncul dari gaya hidup modern yang kurang sehat. Faktor-faktor seperti kurangnya aktivitas fisik, rendahnya konsumsi buah dan sayur, serta tingginya konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) menjadi penyebab utama obesitas. Kondisi ini bukan hanya masalah estetika, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Meskipun tantangan ini besar, obesitas sebenarnya bisa dicegah. Upaya promotif dan preventif, seperti pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas), sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Masyarakat perlu didorong untuk menerapkan pola hidup sehat, yang mencakup aktivitas fisik yang teratur dan pola makan yang seimbang.
Strategi dan Inovasi untuk Mengatasi Beban Ganda
Menghadapi beban ganda stunting dan obesitas memerlukan strategi dan inovasi yang holistik dan berkelanjutan. Sebagaimana disampaikan oleh Plt. Kepala Perwakilan BKKBN DIY, M. Iqbal Apriansyah, penanganan masalah stunting harus fokus pada seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) yang dimulai sejak pembuahan hingga anak berusia dua tahun.
“Fokus untuk menyelesaikan masalah stunting pada masa 1000 HPK sampai anak berusia 2 tahun, memerlukan strategi baru dan inovasi. Termasuk bagaimana promosi serta informasi yang masif dan berkelanjutan di semua lini,” ujar Iqbal.
Selain itu, kebijakan pembangunan keluarga yang dilakukan oleh BKKBN juga sangat penting dalam konteks ini. Melalui peningkatan kualitas anak dengan memberikan akses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan tentang perawatan serta pengasuhan anak, diharapkan dapat menurunkan angka stunting secara signifikan. Langkah-langkah ini juga harus dibarengi dengan kebijakan yang mendukung perbaikan asupan gizi dan kesehatan ibu selama masa kehamilan, termasuk pemberian tablet tambah darah.

Peran Penting Pemeriksaan dan Edukasi
Dalam acara yang sama, dokter kandungan Muhammad Nurhadi Rahman menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan dan persiapan yang matang sebelum kehamilan, termasuk pemenuhan gizi yang memadai.
“Mempersiapkan pernikahan menjadi hal yang penting dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemenuhan gizi 90 hari sebelum pernikahan untuk mempersiapkan kehamilan,” jelas Nurhadi. Selain itu, kebersihan diri dan organ reproduksi juga harus dijaga dengan baik untuk mencegah penyakit di kemudian hari.
Kondisi gizi masyarakat Indonesia saat ini memang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Dengan strategi yang tepat, inovasi dalam penanganan, serta edukasi yang berkelanjutan, diharapkan masalah stunting dan obesitas dapat diatasi, sehingga beban ganda ini tidak lagi menjadi ancaman bagi masa depan bangsa.