Mengenal Anosmia Akibat Terpapar Covid-19 dan Cara Penyembuhannya
Merdeka.com - Salah satu gejala yang muncul efek dari terpapar Covid-19 adalah anosmia. Anosmia merupakan keadaan di mana tubuh Anda mengelami hilang daya penciuman dan pengecap.
Anosmia sendiri bisa muncul tak hanya karena terpapar Covid-19. Hilangnya daya penciuman juga dapat disebabkan flu, cidera kepala, rinosinusistis, rhinitis, alergi, serta gangguan lain yang berhubungan dengan saraf penciuman. Akan tetapi, penderita Covid-19 biasanya mengalami anosmia dengan kondisi pemulihan yang cukup lama.
Penelitian dari Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut jika anosmia sebagai salah satu gejala inti (the key marker) pada kasus paparan Covid-19. Meski, untuk memastikannya, Anda harus tetap melakukan test swab ataupun PCR.
-
Apa yang ditemukan dalam penelitian terbaru tentang orang yang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang kekebalan Covid-19? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang menyebabkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Dimana kasus Covid-19 pertama di Indonesia ditemukan? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Bagaimana peneliti menemukan alasan orang aman dari Covid-19? Untuk mengatasi hambatan ini, para peneliti melakukan uji tantangan, yang melibatkan infeksi secara sengaja terhadap 36 relawan sehat berusia 18 hingga 30 tahun dengan strain pra-Alpha SARS-CoV-2 di bawah kondisi laboratorium yang ketat.
-
Mengapa beberapa orang lebih kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
Anosmia pada pasien COVID-19 dapat timbul karena rusaknya sel-sel penyangga saraf penciuman, serta sel-sel saraf itu sendiri.
Seiring dengan sembuhnya pasien dari paparan virus Corona, indera penciuman juga akan berangsur membaik dalam kurun 10 sampai 14 hari. Ini pun sangat terkait dengan respons tubuh masing-masing pasien.
Beberapa ciri-ciri anosmia pada pasien COVID-19
1. Gejala lebih khas dibanding batuk, demam, nyeri kepala, dan diare.
2. Waktu penyembuhan antara tujuh hingga delapan hari. Namun, pada kondisi Persisten Anosmia, diperkirakan sembuh dalam 30 hari (durasi lebih lama pada penderita usia dewasa 20 hingga 39).
3. Regresi Epitel Olkaftorius berkisar antara enam hingga delapan minggu.
Masalah yang mungkin ditimbulkan akibat persisten anosmia
Persisten Anosmia (Anosmia yang lebih lama > satu bulan) seringkali menimbulkan ketakutan bagi penderitanya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal:
1. Kesulitan saat memasak atau mencicipi makanan (terutama pada kondisi yang disertai hilangnya gangguan pengecapan).
2. Menurunnya nafsu makan. Ini bisa menyebabkan gangguan gizi.
3. Masalah psikologis dan emosi.
Sebab, tidak bisa melakukan kegiatan, profesi, dan fungsi sosial seperti sebelumnya. Seperti mereka yang berkerja di bagian makan dan minuman, pramugari yang harus peka dengan kondisi penumpang dan area kabin pesawat, peracik parfum, barista, dan lainnya yang terkait langsung dengan indera penciuman dan pengecap.
4. Merasa tidak aman dan kesepian. Sebab, penciuman berperan dalam perlindungan diri dari bahasa asap atau api, gas atau bahan kimia berbahaya lainnya.
Cara memulihkan diri dari anosmia
1. Penyembuhan COVID-19
Serangan virus Corona melumpuhkan dan melemahkan saraf-saraf dalam tubuh. Saat virus teratasi, anosmia juga berangsur pulih.
2. Latihan Fungsi Penciuman (Olfactory Functional Training)
Bisa menggunakan bahan alami seperti lemon (citronellal), cengkeh (eugenol), mawar (phenyl ethyl alcohol), dan Eucalyptus (eucalyptol).
Langkah-langkahnya:
- Hirup masing-masing selama 20 detik
- Bayangkan bentuk objek tersebut atau kaitkan dengan memori
- Beri nilai satu sampai 10
- Lakukan selama 12 hingga 56 minggu
- Dapat dilakukan dengan mengganti jenis odoran
- Dapat menggunakan minyak esensial atau sumber odoran (pewangi) asli
Latihan ini sangat dianjurkan pada gangguan penciuman yang persisten. Tidak memiliki efek samping, mudah dilakukan dan efektif. Namun, pasien harus konsisten dan menyediakan waktu.
3. Pemberian INCS (Intra Nasal Corticosteroid)
INCS telah lama digunakan sebagai terapi gangguan penciuman terkait dengan hidung dan sinus paranasal. Ini dapat meningkatkan fungsi penciuman dengan menghambat inflamasi di celah olfactory.
Pemberian INCS tidak memberikan perbedaan efek terapi yang signifikan dibandingkan dengan latihan penciuman saja. INCS terutama diberikan bila masih terdapat gejala pada hidung seperti hidung tersumbat, bersin, maupun pilek.
4. Cuci Hidung
Cuci hidung adalah suatu metode yang sederhana dan murah dengan cara membilas rongga hidung menggunakan larutan garam.
Larutan garam yang digunakan umumnya larutan isotonis seperti NaCl0 9 persen.
Cuci hidung dapat memerbaiki fungsi pelindung mukosa dengan meningkatkan kemampuan mukosa hidung untuk melawan efek agen infeksius, mediator inflamasi, dan iritan.
Tidak ada risiko yang ditimbulkan dari cuci hidung. Belum ada penelitian yang menyebutkan cuci hidung memperburuk kondisi infeksi saluran nafas bawah.
Namun, beberapa jenis senyawa (zinc gluconate and sinus surfactant) bila digunakan dalam larutan pencuci hidung terbukti dapat memperburuk anosmia.
Proses pemulihan yang berbeda-beda tiap kasus
Contoh Perbedaan Kondisi dari Dua Sample Penderita COVID-19
Contoh Pasien 1
Gino Andrias, 40 tahun berprofesi sebagai pegawai swasta. Berawal dari hilangnya kemampuan penghidu mendorong Gino untuk melakukan swab test. Dia dinyatakan positif COVID-19 pada tanggal 8 Agustus 2021 lalu.
Saat ini dia sedang menjalani isolasi mandiri. Kondisi indra pengecapnya dalam kondisi baik, dia masih bisa merasakan berbagai jenis rasa makanan. Setiap hari Gino aktif melatih indra penciumannya dengan menghirup aroma kopi, minyak kayu putih.
Contoh Pasien 2
Ibu Putu, seorang tenaga kesehatan berusia sekitar empat puluhan. Hasil swab test menyatakan dirinya positif COVID-19 pada awal Juli 2021. Berawal dari hilangnya kemampuan indra pengecap yang kemudian mendorongnnya melakukan swab test.
Anosmia baru dialaminya sekitar tiga atau empat hari setelah dinyatakan positif. Selama masa isoman, Ibu Putu kerap melatih indra penciumannya dengan menggunakan minyak kayu putih, minyak peppermint, rebusan rempah yang terdiri dari sereh, jahe, kunyit (yang beraroma kuat).
Ini dilakukannya untuk merangsang indra penciuman sekaligus pengecapnya. Kondisi indra penghidunya berangsur membaik dua minggu setelah dinyatakan positif. Namun, indra pengecap masih belum pulih seutuhnya. Meskipun sudah hamper dua minggu berlalu sejak dinyatakan negatif melalui swab test pada akhir Juli 2021.
Dari dua contoh tersebut membuktikan bahwa kondisi Anosmia tiap pasien COVID-19 berbeda-beda. Tergantung pada seberapa berat dampak virus menyerang sel saraf mereka.
Melaksanakan Hygiene THT (Tangan, Hidung, Tidur) sebagai upaya promotif menjaga kesehatan diri dan meningkatkan sistem imun serta sebagai upaya preventif mencegah infeksi yang dapat memicu munculnya anosmia. Selain itu, patuhi protokol kesehatan agar Anda dan orang terkasih di sekitar Anda bisa terbebas dari paparan Covid-19.
Sumber: Liputan6.comReporter: Mina Megawati (mdk/dzm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anosmia adalah kondisi dimana seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium bau.
Baca SelengkapnyaImbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penyakit autoimun dan alergi kerap menimbulkan gejala yang sama dan perlu dibedakan untuk membantu pengendaliannya.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaGejala alergi pada anak bisa bervariasi, tergantung pada jenis alergen dan cara tubuh meresponsnya.
Baca SelengkapnyaPenyakit menular disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang dapat menyebar dari satu orang ke lainnya, termasuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaImunodefisiensi adalah kondisi di mana sistem imun seseorang melemah atau tidak dapat berfungsi dengan baik dalam melawan infeksi.
Baca SelengkapnyaYogyakarta menjadi provinsi dengan tingkat hidup paling tinggi. Dibuktinya dengan banyaknya lansia yang masih hidup bahagia di provinsi ini.
Baca Selengkapnya