Narsistik atau Sekadar Percaya Diri? Ini Cara Membedakan Keduanya!
Percaya diri berlebih bisa dibilang narsis? Jangan sampai salah, simak ciri-ciri narsistik di artikel berikut!
Narsisme adalah salah satu gangguan kepribadian yang menarik perhatian banyak peneliti dan psikolog. Gangguan ini dikenal dengan istilah lengkapnya, yaitu Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik.
Menurut kutipan dari artikel yang dipublikasikan oleh Mayo Clinic, gangguan kepribadian narsistik adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana orang memiliki rasa kepentingan diri yang terlalu tinggi. Mereka membutuhkan perhatian yang banyak dan ingin dikagumi oleh orang lain. Orang yang mempunyai kecenderungan narsistik memiliki kemampuan yang kurang baik dalam memahami perasaan orang lain. Namun di balik topeng kepercayaan diri yang ekstrem ini, mereka memiliki ego yang rapuh dan mudah marah jika dikritik sekecil apa pun.
-
Apa itu Gangguan Kepribadian Narsistik? Dilansir dari Cleveland Clinic, Gangguan Kepribadian Narsistik adalah kondisi kesehatan mental yang mempengaruhi cara seseorang melihat dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Individu dengan NPD seringkali memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk mendapatkan pujian dan merasa penting, yang dapat menyebabkan perilaku yang merugikan diri mereka sendiri maupun orang lain.
-
Apa ciri utama dari narsistik terselubung? Ciri utama seseorang dengan narsistik terselubung di antaranya, introvert, hipersensitif, self-absorbed, mementingkan diri sendiri, anxious, defensif, insecure secara sosial, tidak punya kegembiraan, kerap merasa sedih atau bahkan tertekan.
-
Siapa yang menunjukkan tanda narsistik? Individu dengan NPD seringkali memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk mendapatkan pujian dan merasa penting, yang dapat menyebabkan perilaku yang merugikan diri mereka sendiri maupun orang lain.
-
Bagaimana narsistik terselubung bisa terlihat? Seseorang dengan narsistik terselubung biasanya terlihat suportif, baik dan rendah hati di muka umum. Padahal, dalam hati atau secara personal dirinya mungkin meremehkan dan merasa lebih unggul.
-
Bagaimana cara menghadapi individu narsistik? Dilansir dari WebMD, berikut beberapa strategi yang bisa membantu saat berinteraksi dengan individu narsistik:Membuat Batasan: Menetapkan batasan yang jelas sangat penting untuk menghindari manipulasi.Berbicara dengan Jelas: Saat menyampaikan kebutuhan, gunakan pernyataan yang langsung dan jelas.Tetap Tenang: Usahakan untuk tidak bereaksi terhadap provokasi yang mungkin muncul.Dukungan Sistem: Memiliki jaringan dukungan dapat membantu dalam menghadapi tantangan emosional.
-
Kenapa perilaku narsistik perlu bantuan profesional? Jika tanda-tanda tersebut mulai mengganggu kehidupan sehari-hari atau hubungan seseorang, sangat penting untuk mencari bantuan profesional. Keterampilan sosial dan emosional yang sehat bisa terganggu, yang mengakibatkan hubungan menjadi tidak sehat, baik di tempat kerja maupun dalam hubungan pribadi.
Gangguan kepribadian narsistik lebih banyak dimiliki oleh laki-laki dibandingkan perempuan, dan sering kali dimulai pada usia remaja atau awal masa dewasa. Orang yang memiliki perilaku narsistik seringkali memanipulasi dan mengeksploitasi orang lain. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli telah menggambarkan karakteristik dan tanda-tanda perilaku narsistik, baik dari segi psikologis maupun perilaku sosial.
Definisi Narsisme
Secara umum, narsisme adalah kelainan kepribadian di mana seseorang memiliki kepercayaan diri yang terlalu tinggi dan kurangnya empati terhadap orang lain. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, gangguan kepribadian narsistik ini ditandai dengan rasa kepentingan diri yang berlebihan, kebutuhan untuk dipuja, serta kurangnya empati terhadap orang lain.
Studi yang dilakukan oleh ahli psikologi Jean M. Twenge dan W. Keith Campbell (2009) dalam bukunya The Narcissism Epidemic menyatakan bahwa perilaku narsistik menjadi semakin umum di kalangan masyarakat modern terutama di era gempuran media sosial. Namun, penting untuk membedakan antara narsisme yang normal (sebagai bagian dari perkembangan manusia) dan narsisme patologis yang bisa merusak hubungan sosial serta kehidupan pribadi seseorang.
Tanda-Tanda Utama Perilaku Narsistik
Berdasarkan penelitian psikologi dan klinis, ada beberapa tanda perilaku yang umum terlihat pada orang dengan kepribadian narsistik. Dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), ditemukan bahwa tanda-tanda perilaku narsistik ditandai oleh pola perilaku grandiositas (perasaan keagungan), kebutuhan untuk dipuja, dan kurangnya empati terhadap orang lain. Tanda-tanda ini bisa dilihat dari cara mereka berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri. Berikut adalah beberapa ciri utama yang sering ditemukan:
Perasaan Superioritas dan Keagungan Diri (Grandiosity)
Menurut studi yang dilakukan oleh Campbell, Foster, dan Brunell (2004), individu yang memiliki kecenderungan narsistik akan menunjukkan grandiositas, atau perasaan lebih unggul dibandingkan orang lain. Mereka hanya akan berteman dengan orang-orang yang mereka anggap “setara”. Pengidap NPD akan memanipulasi situasi sosial untuk mempertahankan ilusi kehebatan diri.Studi ini juga menunjukkan bahwa perilaku grandiositas dapat melibatkan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan atau kecerdasan. Orang narsistik cenderung hidup dalam bayangan atau kepercayaan bahwa mereka ditakdirkan untuk menjadi yang terbaik.
Kebutuhan untuk Dikagumi
Salah satu tanda perilaku narsistik yang paling menonjol adalah kebutuhan akan pujian dan pengakuan atau validasi dari orang lain. Studi oleh Morf dan Rhodewalt (2001) menyoroti bahwa individu narsistik memiliki rasa percaya diri yang tidak stabil dan sangat bergantung pada pujian eksternal untuk menjaga citra diri yang positif. Kebutuhan ini menyebabkan mereka sering mencari perhatian atau pujian, dan akan merasa hancur ketika tidak menerima validasi yang mereka inginkan.
Penelitian oleh Wallace dan Baumeister (2002) juga menemukan bahwa narsisisme mempunyai korelasi dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan validasi sosial, terutama dalam penampilan fisik atau pencapaian. Ini membuat individu narsistik terus-menerus mengejar status sosial yang tinggi, bahkan dengan mengorbankan orang lain.
Kurangnya Empati
Ciri lain dari perilaku narsistik adalah kurangnya empati, atau ketidakmampuan untuk memahami perasaan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Wai dan Tiliopoulos (2012) menemukan bahwa orang dengan kecenderungan narsistik memiliki kemampuan yang kurang dalam empati emosional, meskipun mereka mungkin mampu mengenali perasaan orang lain secara kognitif. Dengan kata lain, mereka mungkin memahami bahwa orang lain merasa sedih atau marah, tetapi mereka tidak bisa merasakan atau peduli dengan emosi tersebut.
Kurangnya empati ini membuat individu narsistik sering mengeksploitasi orang lain tanpa merasa bersalah atau bertanggung jawab. Mereka akan memanfaatkan orang lain untuk keuntungan pribadi, tanpa mempertimbangkan bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain.
Sikap Arogan dan Meremehkan Orang Lain
Sikap arogan atau merasa diri lebih tinggi daripada orang lain adalah ciri khas perilaku narsistik. Penelitian oleh Campbell et al. (2002) menunjukkan bahwa orang narsistik sering meremehkan orang di sekitar mereka dan menunjukkan sikap superioritas dalam interaksi sehari-hari. Sikap ini sering kali terlihat dalam lingkungan kerja, pertemanan, atau hubungan romantis, di mana individu narsistik menganggap diri mereka lebih penting dan tinggi dibandingkan orang lain.
Studi ini juga menemukan bahwa sikap sombong dan meremehkan ini sering kali dipicu oleh kebutuhan untuk mempertahankan citra superior mereka, meskipun pada dasarnya mereka mungkin memiliki rasa percaya diri yang rendah.
Sensitif Terhadap Kritik
Meski tampak sangat percaya diri, pengidap narsistik sangat sensitif terhadap kritik atau penolakan. Penelitian oleh Bushman dan Baumeister (1998) menunjukkan bahwa narsisme mempunyai kaitan erat dengan narcissistic rage atau kemarahan narsistik, di mana individu akan merespons kritik dengan reaksi emosional yang berlebihan, seperti kemarahan atau permusuhan. Mereka sering kali meremehkan atau menyerang balik orang yang memberikan kritik, karena mereka melihat hal tersebut sebagai ancaman terhadap citra diri mereka yang superior.
Reaksi yang berlebihan ini muncul karena, meskipun tampak percaya diri, individu narsistik sebenarnya memiliki harga diri yang rapuh dan sangat bergantung pada validasi eksternal. Kritik atau penolakan dianggap sebagai ancaman terhadap rasa superioritas mereka, yang menyebabkan reaksi yang defensif dan agresif.
Perilaku narsistik adalah salah satu aspek dari kepribadian yang dapat berdampak buruk pada hubungan sosial dan kesejahteraan pribadi. Berdasarkan penelitian para ahli, tanda-tanda narsisme meliputi perasaan superioritas, kebutuhan akan pengakuan, kurangnya empati, serta sikap arogan dan manipulatif. Meskipun orang narsistik sering kali tampak percaya diri, mereka sebenarnya memiliki harga diri yang rapuh dan sangat sensitif terhadap kritik. Penting untuk memahami perilaku ini dalam konteks yang lebih luas agar kita dapat mengenali tanda-tandanya.