Pentingnya Pengetahuan dan Penanganan yang Tepat untuk Cegah Kematian Ibu dan Bayi
Penurunan angka kematian ibu dan bayi merupakan hal penting untuk menyongsong Indonesia Emas.
Kematian ibu dan bayi masih merupakan salah satu momok dalam dunia kesehatan. Pengetahuan yang tepat bisa menjadi kunci dalam menemukan tindakan yang tepat dan menyelamatkan nyawa.
Dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-96 dan HUT ke-70 Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI), IIDI cabang Malang mengadakan sebuah acara bertema “Merekat Kasih 70 Tahun IIDI Bersama Masyarakat”. Acara ini dilangsungkan di Hall Hotel Regent's Park Kota Malang, Selasa (10/12), dan berfokus pada talkshow bertajuk “Kolaborasi Peran Perempuan dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi”.
-
Bagaimana Hari Ibu Internasional dirayakan? Mothering Sunday, semula hari libur Kristen, evolusi menjadi perayaan yang lebih sekuler di mana anak-anak memberikan bunga dan hadiah kepada ibu mereka.
-
Kenapa ucapan Hari Ibu untuk ibu yang meninggal penting? Meskipun ibu fisiknya mungkin sudah meninggal, tetapi kenangan, pengaruh, dan cinta yang diberikannya masih tetap hidup dalam hati dan kenangan kita.
-
Apa yang dirayakan pada Hari Ibu Internasional? International Mother's Day atau Hari Ibu Internasional diperingati pada hari Minggu, 14 Mei.
-
Apa tujuan dari peringatan Hari Bidan Internasional? Tujuan peringatan Hari Bidan Internasional adalah untuk memberikan apresiasi kepada bidan, membela hak perempuan, dan meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat.
-
Apa makna Hari Ibu di Indonesia? Hari Ibu di Indonesia lebih dari sekadar peringatan bagi para ibu; ini juga momen kebangkitan kaum perempuan,' tulis sumber sejarah.
-
Kapan Hari Ibu dirayakan? Setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu.
Talkshow ini merupakan hasil kolaborasi IIDI dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), kader Posyandu Kota Malang, serta sejumlah pihak lainnya. Ketua panitia, Dra. Titin Bachtiar, mengungkapkan bahwa acara ini bukan hanya peringatan seremonial semata.
“Selain acara seremonial peringatan Hari Ibu dan Hari Jadi IIDI, diadakan juga talkshow untuk memberikan wawasan yang mendalam tentang pentingnya penanganan kesehatan ibu dan bayi,” ujar Titin.
Ketua IIDI cabang Malang, Ny. Dyah Himawati Santosa, S.E., dalam sambutannya menyampaikan urgensi topik ini. “Masih tingginya angka kematian ibu dan bayi saat dilahirkan menjadi perhatian kita bersama. Hal ini sangat penting untuk tujuan Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Sambutan serupa juga disampaikan oleh Ketua Humas IDI Cabang Malang Raya, Dr. dr. Nanik Setyawati, M.Kes., yang mengapresiasi upaya IIDI dalam menyelenggarakan acara ini. “Tugas ibu-ibu IIDI ini sangat berat, karena mereka tidak hanya mendampingi para dokter, tetapi juga mengambil peran besar dalam edukasi masyarakat,” katanya.
Kondisi Kesehatan Ibu dan Bayi di Indonesia
Pemateri dalam takshow ini, Lucia Reyne Fieke Ngantung, S.Tr. Keb., memaparkan situasi terkini terkait kesehatan ibu dan bayi di Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa target Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2030 mengharapkan penurunan angka kematian ibu hingga 70 per 100 ribu kelahiran dan kematian bayi hingga 12 per 100 ribu kelahiran. Namun, pencapaian target ini membutuhkan usaha kolaboratif.
Salah satu langkah konkret yang direkomendasikan adalah pemeriksaan kehamilan sebanyak enam kali, meningkat dari sebelumnya empat kali. Pemeriksaan ini terdiri dari dua kali di trimester pertama, satu kali di trimester kedua, dan tiga kali di trimester ketiga.
“Pada trimester pertama, ibu hamil wajib melakukan sejumlah pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi awal kehamilannya,” ungkap Lucia.
Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), kelas ibu hamil, posyandu, dana desa, PKK, dan audit kematian ibu sebagai langkah pemberdayaan masyarakat. Selain itu, ibu hamil wajib menerima pelayanan minimal yang sesuai standar, termasuk layanan 10T (sepuluh tindakan pelayanan wajib), seperti pemeriksaan tekanan darah, pemberian tablet tambah darah, serta pemeriksaan laboratorium dasar.
Faktor Risiko dan Penanganan
Lucia menjelaskan bahwa ada empat faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kematian ibu, yaitu kehamilan terlalu muda, terlalu sering, terlalu dekat, dan terlalu tua (4T). Selain itu, terdapat pula 3T yang menjadi kendala dalam proses persalinan, yaitu terlambat memutuskan, terlambat transportasi, dan terlambat mendapatkan pelayanan medis.
“Banyak kematian terjadi karena ibu hamil tidak memahami kebutuhan gizi selama kehamilan,” kata Lucia. Ia menambahkan bahwa konsumsi tablet tambah darah pada anak remaja, terutama saat haid, juga penting untuk mencegah anemia yang dapat memengaruhi kehamilan di masa depan.
Lucia juga mengingatkan bahwa tekanan darah tinggi yang tidak terdeteksi dapat berakibat fatal. “Jika tekanan darah ibu hamil mencapai di atas 160 mmHg, persalinan harus dilakukan di fasilitas medis dengan dokter spesialis, bukan di bidan,” tegasnya.
Pentingnya Kolaborasi dan Edukasi
Dalam talkshow tersebut, Lucia menyoroti pentingnya kolaborasi antar perempuan, khususnya dalam edukasi kesehatan ibu hamil. “Pelayanan kesehatan jiwa juga perlu diperhatikan, dengan melakukan skrining gangguan kesehatan jiwa pada ibu hamil,” imbuhnya. Langkah ini bertujuan untuk memastikan kesejahteraan mental ibu hamil yang juga memengaruhi kesehatan bayi.
Kota Malang menjadi salah satu wilayah dengan cakupan imunisasi bayi yang masih rendah di Indonesia. Oleh karena itu, penanganan intensif untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) juga menjadi agenda penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi.
Talkshow ini juga diawali dengan sesi yoga untuk ibu hamil yang dilakukan di kursi. Aktivitas ini menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental selama masa kehamilan.
Dengan kolaborasi yang solid antara berbagai pihak, harapan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia bukanlah mimpi belaka. Edukasi, pelayanan kesehatan berkualitas, serta pemberdayaan masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.