Tingkat Kematian Ibu Pascapersalinan Masih Tinggi, Begini Cara untuk Tekan Risikonya
Pada saat ini persalinan di Indonesia masih mengancam dengan tingkat kematian yang tinggi.
Angka kematian ibu pascapersalinan di Indonesia masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2020 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), terdapat 189 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menempatkan Indonesia pada posisi kedua tertinggi di Asia Tenggara, menunjukkan betapa urgennya masalah ini untuk segera diatasi.
Salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu adalah perdarahan pascapersalinan, atau perdarahan postpartum, yang sering kali dipicu oleh anemia atau kekurangan darah. Menurut Dr. Detty Siti Nurdiati, seorang spesialis obstetri dan ginekologi dari Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), “Setiap persalinan dapat menyebabkan perdarahan.
-
Siapa yang bisa membantu ibu pasca melahirkan? Dukungan ini dianggap vital agar proses mengasuh bayi hingga menyusui tidak menjadi sebuah beban berat bagi ibu.
-
Kenapa perawatan pasca melahirkan penting untuk cegah stunting? Perawatan yang tidak memadai usai melahirkan dapat meningkatkan risiko kelelahan kronis, sindrom baby blues, dan depresi pasca melahirkan pada ibu.
-
Kenapa perdarahan setelah melahirkan berbahaya? Salah satu komplikasi yang paling serius adalah perdarahan postpartum (PPH), yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan bayi.
-
Apa penyebab utama pendarahan setelah melahirkan? Pendarahan setelah melahirkan, atau perdarahan postpartum (PPH), dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut adalah penjelasan tentang penyebab utama pendarahan postpartum:1. Atonia UteriAtonia uteri terjadi ketika rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah melahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat karena rahim tidak dapat menekan pembuluh darah di dinding rahim yang bekas melekatnya plasenta.
-
Bagaimana cara mencegah komplikasi? Komplikasi merupakan penyakit yang bisa dicegah sedini mungkin dengan rutin mengatur pola hidup sehat.
-
Bagaimana cara ibu hamil kembar mencegah risiko? Untuk mengurangi risiko-risiko tersebut, Dr. Damar menyarankan agar ibu hamil kembar memperbanyak asupan makanan sehat yang kaya akan protein hewani, karbohidrat, dan mineral.
Oleh sebab itu, setiap bidan yang siap menangani persalinan, harus siap juga menangani perdarahan pascapersalinan.” Pernyataan ini menegaskan betapa pentingnya kesiapan tenaga medis dalam menangani risiko yang mengancam nyawa ini.
Pentingnya Tindakan Preventif
Perdarahan pascapersalinan bukanlah masalah yang bisa dianggap enteng. Langkah pertama yang harus diambil untuk mencegah kematian ibu akibat perdarahan adalah melakukan tindakan preventif, seperti skrining faktor risiko. Peneliti dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menekankan bahwa pencegahan dan penegakan diagnosis dini adalah kunci untuk mengurangi risiko kematian ibu.
Upaya pencegahan ini tidak hanya melibatkan tenaga medis, tetapi juga membutuhkan keterlibatan berbagai pihak untuk bersama-sama menurunkan angka kematian ibu di Indonesia. Dalam hal ini, peran bidan sangat penting sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan ibu dan anak.
Optimalisasi Peran Bidan
Bidan adalah garda terdepan yang sering kali menjadi satu-satunya tenaga kesehatan yang dapat diakses oleh perempuan, terutama di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu, pemberdayaan dan peningkatan kapasitas bidan menjadi krusial. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, bidan dapat mencegah komplikasi kehamilan, termasuk perdarahan hebat setelah melahirkan.
Untuk mendukung peran penting ini, United Nations Population Fund (UNFPA) bekerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan didukung oleh Danone Indonesia menginisiasi rangkaian kegiatan edukasi bagi bidan. Kegiatan ini mengusung tema “Bidan Sebagai Aktor Utama Pencegahan dan Tatalaksana Perdarahan Pascapersalinan” dan bertujuan memperkuat kapasitas para bidan dalam menangani masalah kesehatan ibu.
Program ini juga menyoroti pentingnya penanganan masalah anemia defisiensi besi (ADB) yang masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi remaja perempuan dan ibu hamil di Indonesia. Anemia adalah faktor risiko signifikan yang berkontribusi terhadap tingginya angka perdarahan pascapersalinan. Dengan memberikan edukasi dan dukungan yang tepat, bidan diharapkan mampu menurunkan risiko ini secara signifikan.
Kolaborasi Multi-Sektoral
Mengatasi tingginya angka kematian ibu memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Penurunan angka kematian ibu adalah tugas bersama yang harus melibatkan lima komponen penting, yaitu pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media. Kolaborasi pentaheliks ini, seperti yang diinisiasi oleh UNFPA bersama IBI dan Danone, diharapkan mampu menjadi solusi kreatif dalam mengatasi masalah kesehatan ibu yang mendesak.
Investasi pada bidan merupakan langkah strategis dalam transformasi sistem kesehatan menuju ketahanan yang inklusif. Dengan memperkuat peran bidan, Indonesia dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Sebagai garda terdepan dalam kesehatan ibu dan anak, bidan harus terus diberdayakan dan dilengkapi dengan pengetahuan serta keterampilan yang memadai.