Depresi Pasca Melahirkan Bisa Terjadi Akibat Penurunan Hormon
Munculnya depresi pasca melahirkan atau post partum blues pada ibu bisa disebabkan karena hormon setelah melahirkan.
Munculnya depresi pasca melahirkan atau post partum blues pada ibu bisa disebabkan karena hormon setelah melahirkan.
-
Kenapa Depresi Pasca Melahirkan terjadi? Penyebab pasti dari depresi pasca melahirkan masih belum diketahui. Namun, kemungkinan penyebabnya meliputi: 1. Gen, 2. Berubahnya kadar hormon setelah kehamilan, 3. Rendahnya kadar hormon tiroid
-
Apa itu Depresi Pasca Melahirkan? Depresi pasca melahirkan (disebut juga PPD) adalah suatu kondisi medis yang dialami banyak wanita setelah melahirkan. Perasaan sedih, cemas (khawatir) dan lelah yang kuat umumnya akan muncul dan berlangsung lama setelah melahirkan.
-
Kenapa depresi bisa muncul setelah melahirkan? Penyebab depresi postpartum yang paling umum adalah perubahan hormon, yaitu ketika hormon estrogen dan progesteron yang tadinya cukup tinggi pada masa kehamilan menurun secara drastis setelah melahirkan.
-
Kapan gejala depresi pasca melahirkan bisa muncul? Menurut peneliti lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, gejala depresi pasca melahirkan bisa muncul tidak begitu saja setelah melahirkan, tetapi bisa terjadi mulai dari satu bulan hingga satu tahun pertama setelah kelahiran.
-
Kapan Depresi Pasca Melahirkan terjadi? Depresi pasca melahirkan bisa terjadi kapan saja setelah melahirkan. Namun seringnya, dimulai dalam 1 hingga 3 minggu setelah melahirkan.
-
Siapa saja yang mengalami Depresi Pasca Melahirkan? Penyakit ini menyerang 1 dari 7 wanita (sekitar 15 persen). Bagi separuh wanita yang didiagnosis menderita depresi pasca melahirkan, umumnya hal tersebut adalah kali pertama mereka mengalaminya.
Depresi Pasca Melahirkan Bisa Terjadi Akibat Penurunan Hormon
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), dr. Cepi Teguh Pramayadi, mengungkapkan bahwa penurunan hormon setelah melahirkan bisa memengaruhi psikologis seorang ibu hingga menyebabkan depresi pasca persalinan yang dikenal sebagai postpartum blues.
"Rupanya memang pengaruh adanya penurunan hormon progesteron menyebabkan beberapa wanita akan mengalami postpartum blues," ujar Cepi beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Menurut penjelasan Cepi, setelah melahirkan, hormon-hormon yang meningkat selama masa kehamilan, seperti hormon progesteron, estrogen, dan beta Human Chorionic Gonadotropin (HCG), mengalami penurunan drastis. Perubahan hormon-hormon ini bisa memengaruhi suasana hati atau mood swing pada ibu pasca melahirkan yang akhirnya menyebabkan terjadinya depresi.
"Rupanya memang pengaruh adanya penurunan hormon progesteron menyebabkan beberapa wanita akan mengalami postpartum blues," ujar Cepi beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
"Pasca melahirkan berlangsung antara enam sampai delapan minggu, jadi bisa selesai sampai masa nifas, normalnya seperti itu apakah berlanjut apa enggak tergantung dari individu tersebut," tambahnya.
Dokter yang tengah melanjutkan pendidikan doktoral di Universitas Indonesia ini juga menekankan pentingnya dukungan dari suami dan keluarga terdekat bagi ibu yang baru melahirkan. Dukungan ini dianggap vital agar proses mengasuh bayi hingga menyusui tidak menjadi sebuah beban berat bagi ibu.
Selain itu, Cepi menyarankan agar ibu yang baru melahirkan tetap mengonsumsi vitamin yang diperlukan selama menyusui untuk menjaga nutrisi tubuh tetap terjaga dan membantu menjaga kekuatan sistem imun.
Di samping penurunan hormon progesteron dan estrogen, penurunan hormon beta HCG setelah melahirkan ternyata dapat meningkatkan hormon lain seperti hormon prolaktin yang membantu produksi ASI dan berperan sebagai "kontrasepsi" alami yang mencegah kehamilan.
Cepi juga menyoroti hormon oksitosin yang tinggi pasca persalinan yang berperan penting dalam proses pelepasan ari-ari, mencegah pendarahan berlebihan, dan membantu rahim untuk kembali pada ukuran semula hingga masa nifas selesai.
"Prolaktin yang tinggi akan menekan sel telur yang baru supaya tidak subur, sehingga ASI eksklusif dianggap sebagai kontrasepsi paling murah," tambahnya.
Lebih lanjut, Cepi menyarankan untuk segera mencari terapi atau berkonsultasi dengan profesional medis jika depresi pasca melahirkan cukup mengganggu keseharian seorang ibu. Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, depresi pasca melahirkan dapat diatasi secara efektif.