Self Diagnose pada Kesehatan Mental Bisa Berbahaya, Ini Dampaknya
Self diagnose yang dilakukan seseorang bisa menyebabkan kondisi mental tidak terdiagnosis dengan tepat dan malah semakin parah.
Mencari gejala masalah kesehatan mental sesuai dengan kondisi Anda bisa berujung bahaya.
Self Diagnose pada Kesehatan Mental Bisa Berbahaya, Ini Dampaknya
Pada saat ini, banyak orang yang mulai terbuka terhadap masalah mental yang mereka alami. Sayangnya, keterbukaan ini kerap tidak disertai dengan pengetahuan dan diagnosis yang tepat.
-
Apa dampak kesehatan mental yang buruk terhadap tubuh? Gangguan kesehatan mental yang tidak diobati atau dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko penyakit fisik yang membahayakan diri seseorang seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan gangguan tidur atau insomnia.
-
Apa saja tanda kesehatan mental yang buruk? Kenali Tanda-tanda Kesehatan Mental yang Buruk
-
Apa saja tanda gangguan kesehatan mental? Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala yang bisa menjadi indikasi bahwa kita perlu memeriksakan kesehatan mental kita: Perubahan suasana hati yang ekstrem atau tidak stabil. Misalnya, merasa sangat sedih, marah, cemas, takut, atau bahagia tanpa alasan yang jelas. Perubahan perilaku yang signifikan atau tidak biasa. Misalnya, menjadi penyendiri, agresif, impulsif, atau tidak peduli dengan orang lain. Perubahan pola tidur atau nafsu makan yang drastis. Misalnya, sulit tidur atau tidur terlalu banyak; tidak nafsu makan atau makan terlalu banyak. Perubahan kinerja atau produktivitas di sekolah atau tempat kerja. Misalnya, sulit berkonsentrasi, sering lupa, kurang motivasi, atau sering absen. Perubahan minat atau kesenangan terhadap aktivitas yang biasa dilakukan. Misalnya, tidak lagi menikmati hobi, olahraga, atau bersosialisasi dengan teman. Perasaan tidak berharga, bersalah, putus asa, atau ingin bunuh diri. Mengalami halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada) atau delusi (percaya pada sesuatu yang tidak nyata). Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan secara berlebihan untuk mengatasi masalah. Mengalami gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Misalnya, sakit kepala, nyeri dada, mual, atau sesak napas.
-
Apa masalah kesehatan mental di Indonesia? Masalah kesehatan mental merupakan salah satu momok yang bisa sangat menakutkan.
-
Apa itu mental health? Mental health adalah kondisi kesehatan yang mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Hal ini mencakup bagaimana seseorang merasakan, berpikir, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
-
Dampak apa yang ditimbulkan overthinking terhadap kesehatan mental? Overthinking seringkali terkait dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan umum (GAD) atau gangguan kecemasan sosial. Hal ini dapat menyebabkan gejala-gejala seperti ketegangan, stres berlebihan, rasa cemas yang persisten, dan kekhawatiran kronis.
Singkatnya, banyak orang saat ini melakukan self diagnose terhadap kondisi mental mereka sendiri. Hasilnya, ketika seseorang sedang sedih, dia menganggap bahwa sedang mengalami depresi.
Self-diagnose pada kondisi mental merujuk pada upaya seseorang untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi sendiri adanya gangguan mental atau masalah kesehatan mental tertentu tanpa konsultasi atau evaluasi dari profesional kesehatan mental yang berkualifikasi.Ini terjadi ketika seseorang mencoba menghubungkan gejala yang mereka alami dengan gangguan mental yang telah mereka pelajari atau temukan secara mandiri melalui internet, buku, atau sumber lainnya. Dilansir dari Yankes Kemenkes, Self diagnosis adalah bagaimana kita mendiagnosis diri sendiri terkena suatu penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi di internet yang berkaitan dengan keluhan tersebut. Padahal informasi yang tersedia di internet seringkali tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak evidence-based medicine.
Padahal, diagnosis yang akurat membantu mengarahkan pemilihan pengobatan yang tepat. Setiap gangguan mental memiliki karakteristik dan gejala yang berbeda, dan pengobatan yang efektif juga dapat bervariasi.
Penting untuk diingat bahwa diagnosis kesehatan mental harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang terlatih dan berpengalaman. Diagnosis masalah kesehatan mental juga biasanya baru akan muncul setelah sejumlah tes dan sesi konseling sesuai dengan pedoman.
Meskipun mencari pemahaman tentang kesehatan mental dan memperoleh pengetahuan tentang gangguan tertentu dapat menjadi langkah yang baik untuk meningkatkan kesadaran diri, self-diagnose pada kondisi mental memiliki beberapa risiko dan keterbatasan.
Beberapa risiko termasuk:
Kesalahan Diagnosis
Mengidentifikasi dan mendiagnosis kondisi mental sendiri berdasarkan gejala yang dirasakan dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Gejala yang tampak serupa pada berbagai gangguan mental, dan hanya seorang profesional kesehatan mental yang dapat melakukan evaluasi menyeluruh untuk membuat diagnosis yang akurat.
Masalah yang Tidak Dianggap Serius Orang Lain
Jika seseorang mencoba mendiagnosis diri sendiri dengan kondisi mental yang serius, seperti gangguan depresi berat atau gangguan kecemasan, mereka mungkin merasa bahwa masalah mereka tidak dianggap serius oleh orang lain. Ini dapat menghambat pencarian bantuan profesional yang diperlukan dan memperburuk kondisi mental.
Perburukan Gejala dan Penundaan Perawatan
Jika seseorang mengandalkan self-diagnose tanpa konsultasi dengan profesional kesehatan mental, mereka mungkin tidak mendapatkan perawatan yang tepat atau memperlakukan gejala mereka dengan cara yang salah. Ini dapat menyebabkan perburukan gejala dan penundaan dalam mendapatkan bantuan yang diperlukan.
Ketakutan yang Tidak Masuk Akal
Membaca informasi yang tidak valid atau tidak terpercaya tentang kondisi mental secara online atau melalui sumber yang tidak terverifikasi dapat menyebabkan ketakutan yang tidak masuk akal atau khawatir berlebihan tentang kondisi yang sebenarnya tidak ada. Ini dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang tidak perlu.
Mengabaikan Penyebab yang Mendasari
Self-diagnose sering kali hanya berfokus pada gejala secara terpisah dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor penyebab yang mendasari, seperti riwayat keluarga, lingkungan, dan pengalaman hidup. Hal ini dapat mengabaikan pentingnya evaluasi menyeluruh dan pemahaman yang lebih dalam tentang penyebab sebenarnya dari masalah kesehatan mental.