Terjebak dalam Mood Pasca-Liburan? Temukan Penyebab Psikologis yang Memburukkannya!
Banyak orang mengalami sakit atau motivasi yang menurun usai liburan. Kondisi ini bisa terjadi akibat faktor psikologis yang terjadi.
Banyak orang mengalami sakit atau motivasi yang menurun usai liburan. Kondisi ini bisa terjadi akibat faktor psikologis yang terjadi.
-
Kenapa post holiday blues terjadi? Ini adalah fenomena yang biasanya terjadi ketika seseorang menghadapi kenyataan yang berbeda setelah masa liburan yang menyenangkan dan santai.
-
Apa yang dirasakan saat post holiday blues? Post holiday blues adalah perasaan sedih, cemas, atau rendahnya semangat yang dialami seseorang setelah kembali dari liburan.
-
Bagaimana cara mengatasi post holiday blues? Ada beberapa cara mengatasi post holiday blues, antara lain: 1. Membuat Rencana PemulihanSetelah liburan, buat rencana untuk kembali ke rutinitas. Jadwalkan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat untuk membantu Anda beradaptasi secara bertahap.
-
Kapan post holiday blues terjadi? Ini sering kali ditandai dengan perasaan sedih, kecewa, atau stres setelah kembali ke rutinitas sehari-hari dari masa liburan yang santai dan menyenangkan.
-
Apa penyebab sakit setelah liburan? Perjalanan dengan menggunakan pesawat bisa jadi penyebab kamu mengalami sakit ketika usai bepergian. Biasanya hal ini meyebabkan pilek karena kelembapan udara yang rendah selama penerbangan.
-
Mengapa rasa malas sering muncul setelah liburan? Istirahat yang terlalu nyaman, keasyikan menikmati waktu luang, atau pola tidur yang berubah bisa membuat semangat kita menurun saat harus kembali beraktivitas.
Ketahui Apa Itu "Post Holiday Blues" yang Bisa Terjadi Setelah Libur Panjang
Post holiday blues adalah fenomena psikologis yang sering dialami oleh banyak orang setelah mengikuti musim libur panjang seperti Lebaran. Seorang psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Kasandra Putranto, menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan perubahan mood yang terjadi sebagai akibat dari transisi dari masa liburan kembali ke kondisi rutin.
“Post holiday blues adalah kondisi perubahan mood (suasana hati) sebagai akibat dari transisi antara masa liburan kepada kondisi rutin yang harus dihadapi kembali,” kata Kasandra dilansir dari Antara.
Kasandra menyatakan bahwa selama mengalami proses transisi tersebut, tidak mudah bagi seseorang untuk beradaptasi kembali terhadap kehidupan yang biasanya, misalkan kembali bekerja atau sekolah.
Faktor-faktor yang menyebabkan post holiday blues bisa berasal dari dalam diri individu. Kasandra menjelaskan bahwa adanya sifat malas bergerak dan berpikir dapat membuat ritme aktivitas menjadi lebih lambat.
Hal ini disebabkan oleh dorongan kuat untuk memutar waktu kembali ke masa liburan dibandingkan dengan niat untuk memulai rutinitas kembali. Selain itu, pengalaman sakit selama liburan juga dapat memperburuk kondisi, baik itu akibat pola makan yang tidak teratur, kurangnya istirahat, atau interaksi yang berlebihan dengan orang lain.
Tidak hanya faktor internal individu, tetapi juga masalah-masalah teknis lain dapat meningkatkan tekanan post holiday blues.
"Misalnya jika support system di rumah belum kembali seperti semula, ada langganan sayur belum kembali dari kampung, langganan ojek juga masih libur atau asisten di rumah belum kembali, atau sarana prasarana macet karena rusak, seperti mobil, motor, mesin cuci dan lain lain," jelas Kasandra.
Meskipun pada umumnya kondisi post holiday blues akan kembali normal, Kasandra menekankan bahwa jika gejala tersebut berlangsung lebih dari dua minggu, individu tersebut perlu mendapatkan penanganan dari pihak medis.
Untuk mencegah hal ini terjadi, Kasandra menyarankan agar masyarakat mulai mempersiapkan diri untuk kembali ke aktivitas rutin sebelum masa liburan berakhir. Ini termasuk kembali bangun lebih pagi, menyelesaikan tugas yang tertunda, dan menghindari aktivitas yang minim gerak seperti berlama-lama di media sosial atau tidur terlalu banyak di rumah.
Kasandra menegaskan bahwa orang yang memiliki stamina mental yang baik dan terbiasa aktif selama liburan akan lebih mudah mengatasi perubahan mood dan mendapatkan manfaat maksimal dari liburan. Namun, bagi yang kurang terbiasa aktif atau memiliki masalah dalam stamina mental, diperlukan upaya lebih keras untuk mengatasi perubahan mood tersebut.
"Sebaliknya mereka yang memiliki masalah dalam stamina mental dan tidak terbiasa aktif selama liburan tentu memerlukan pecutan usaha diri yang lebih keras untuk mengatasi perubahan mood mereka," ujar Kasandra.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang post holiday blues, individu dapat lebih siap menghadapi perubahan suasana hati dan meminimalisir dampak negatifnya.