Waspadai Stroke Berulang, Cara Mengenali Tanda-tanda dan Mencegahnya
Stroke yang terjadi berulang kali merupakan masalah kesehatan serius, namun dapat dihindari melalui perubahan pola hidup dan perawatan medis yang tepat.

Stroke berulang adalah kondisi di mana individu mengalami serangan stroke lebih dari satu kali. Data menunjukkan bahwa lebih dari 20% kasus stroke merupakan kasus stroke berulang, dilansir Merdeka.com dari berbagai sumber pada, Rabu(19/3/2025).
Berbagai faktor dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke berulang. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko utama yang perlu Anda ketahui:
- Hipertensi: Merupakan salah satu faktor risiko yang paling signifikan. Oleh karena itu, pengendalian tekanan darah secara ketat sangat penting untuk mencegah terjadinya stroke.
- Diabetes: Kondisi gula darah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke berulang.
- Merokok: Kebiasaan merokok dapat mempersempit pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko stroke.
- Obesitas: Memiliki berat badan berlebih dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk stroke.
- Kolesterol tinggi: Tingginya kadar kolesterol dapat menyebabkan penumpukan plak di dalam pembuluh darah.
- Kurang aktivitas fisik: Kurangnya kegiatan fisik juga menjadi salah satu faktor risiko yang perlu diperhatikan.
Gejala stroke yang Terjadi Kembali
Gejala stroke yang terjadi kembali dapat memiliki kesamaan dengan stroke yang pertama atau bisa juga berbeda. Beberapa tanda yang harus segera mendapatkan perhatian medis antara lain:
- Mati rasa atau kelemahan mendadak, terutama di satu sisi tubuh.
- Wajah tampak terkulai di salah satu sisi.
- Kebingungan yang muncul secara tiba-tiba.
- Kesulitan dalam berbicara atau memahami ucapan orang lain.
- Sakit kepala yang hebat dan muncul tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
- Pusing atau hilangnya keseimbangan.
- Kesulitan saat menelan.
- Senyum yang tampak tidak simetris.
- Gerakan pada separuh tubuh yang tiba-tiba melemah.
- Bicara menjadi pelo atau bahkan tidak bisa berbicara sama sekali.
- Kebas atau kesemutan yang dirasakan di separuh tubuh.
- Pandangan menjadi kabur pada salah satu mata.
Perlu dipahami bahwa stroke merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Oleh karena itu, penting untuk segera mencari bantuan medis, mengingat adanya periode emas atau golden period selama 4,5 jam setelah gejala muncul. Ini sangat krusial untuk meningkatkan peluang pasien agar dapat pulih tanpa mengalami disabilitas.
Upaya untuk Mencegah Terjadinya Stroke Kembali
Pencegahan terjadinya stroke berulang sangat bergantung pada pengendalian faktor-faktor risiko yang ada. Berikut ini adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya stroke kembali:
- Mengontrol tekanan darah, gula darah, dan kolesterol: Pemantauan serta pengobatan secara rutin sangatlah krusial untuk kesehatan.
- Berhenti merokok: Merokok adalah salah satu faktor risiko utama yang dapat dihindari dengan mudah.
- Mengonsumsi makanan sehat: Sangat dianjurkan untuk menerapkan diet yang rendah garam, lemak jenuh, dan kolesterol tinggi.
- Berolahraga secara teratur: Melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
- Menjaga berat badan ideal: Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.
- Mengonsumsi obat-obatan sesuai resep dokter: Dokter mungkin meresepkan obat seperti pengencer darah untuk mengurangi risiko pembekuan darah.
- Konsultasi dan rehabilitasi medis: Proses rehabilitasi dapat membantu pemulihan fungsi tubuh serta mencegah terjadinya kecacatan.
- Pengetahuan dan pemberdayaan keluarga: Keluarga memiliki peran penting dalam mendukung pasien serta memantau gejala yang muncul.
Proses Pemulihan Setelah Mengalami Stroke Berulang
Pemulihan pasca-stroke yang berulang dapat berbeda-beda, tergantung pada seberapa parah stroke yang dialami dan di mana letak kerusakan pada otak. Ada pasien yang dapat pulih sepenuhnya, tetapi ada juga yang harus menghadapi kecacatan yang bersifat permanen.
Oleh karena itu, rehabilitasi medis menjadi sangat krusial untuk mendukung proses pemulihan. Rehabilitasi ini mencakup berbagai jenis terapi, seperti fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasi, yang semuanya bertujuan untuk memaksimalkan hasil pemulihan pasien.