8 Pemain Raih Medali Juara Premier League Meski Minim Kontribusi
Mendapatkan gelar juara Premier League adalah cita-cita setiap pemain, namun tidak semua memiliki kontribusi signifikan dalam pencapaian itu.
Menjadi juara Premier League adalah cita-cita setiap pemain, namun tidak semua dari mereka memiliki peran yang signifikan dalam meraih trofi tersebut. Ada kalanya, beberapa pemain hanya mendapatkan medali berkat keberuntungan karena berada di tim yang tepat.
Contohnya, Steven Gerrard dan Luis Suarez, yang dikenal sebagai bintang tetapi gagal meraih trofi Premier League. Di sisi lain, terdapat pemain lain yang meskipun kontribusinya minim, tetap tercatat sebagai pemenang.
Premier League menerapkan aturan mengenai pemberian medali kepada pemain yang berpartisipasi dalam sejumlah pertandingan tertentu. Aturan ini kadang-kadang menghasilkan "pemenang teknis" yang namanya diabadikan dalam sejarah liga.
Beberapa pemain dalam kategori ini memiliki reputasi besar, namun peran mereka dalam musim kemenangan hampir tidak terlihat. Mereka tetap dikenang sebagai bagian dari tim juara meskipun tidak memberikan dampak yang berarti.
Kisah-kisah mereka memperlihatkan sisi unik dari dunia sepak bola, di mana terkadang, keberuntungan dapat membawa seseorang masuk ke dalam daftar para juara. Berikut ini adalah delapan pemain hebat yang berhasil meraih medali juara Premier League meskipun kontribusi mereka sangat terbatas.
Dion Dublin di MU
Dion Dublin menghadapi tantangan besar saat menjalani musim pertamanya di Premier League 1992/1993 bersama Manchester United. Cedera patah kaki yang dialaminya membuatnya terpaksa berperan sebagai pemain cadangan di musim ketika Sir Alex Ferguson berhasil meraih gelar liga. Meskipun Dublin berhasil mencetak gol di awal musim setelah bergabung dari Cambridge United dengan biaya transfer sebesar £1 juta, cedera tersebut mengakibatkan ia harus absen selama enam bulan, sehingga posisinya diambil alih oleh Eric Cantona. Ia hanya mampu tampil sebanyak tujuh kali dengan total waktu bermain 319 menit, dan pada awalnya tidak menerima medali juara.
Setelah meninggalkan Manchester United, Dublin membuktikan kemampuannya sebagai penyerang handal. Ia berhasil mencetak lebih dari 100 gol di Premier League dan meraih penghargaan Golden Boot pada musim 1997/1998. Keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa meskipun mengalami kesulitan di awal kariernya di United, ia mampu bangkit dan menjadi salah satu penyerang terkemuka di liga. Dengan perjalanan karier yang penuh liku, Dublin menjadi contoh bahwa ketekunan dan kerja keras dapat membuahkan hasil yang memuaskan.
Alan Smith di MU
Alan Smith berperan penting dalam perjalanan Leeds United yang berhasil meraih puncak klasemen Premier League pada awal tahun 2002. Namun, dua setengah tahun kemudian, Leeds mengalami masalah keuangan yang serius dan terpaksa terdegradasi, sehingga Smith dijual kepada rival berat mereka, Manchester United.
Di Old Trafford, Smith menghadapi tantangan yang cukup berat. Ia mengalami cedera dan usaha untuk mengisi posisi Roy Keane di lini tengah tidak berhasil. Setelah penjualan Van Nistelrooy, ia kembali ke posisi semula sebagai penyerang, tetapi kontribusinya sangat terbatas. Pada musim 2006/2007, Smith hanya tampil dalam sembilan pertandingan, menghabiskan 480 menit di lapangan tanpa mencetak gol. Meskipun tidak memenuhi syarat untuk jumlah pertandingan yang diperlukan, ia tetap menerima medali juara melalui dispensasi khusus.
Gerard Pique di MU
Lulusan La Masia ini diakui sebagai salah satu bek tengah paling sukses dalam sejarah sepak bola. Meskipun demikian, kontribusinya terhadap gelar Premier League 2007/2008 yang diraih oleh Manchester United tidak terlalu signifikan, karena saat itu ia masih dalam proses perkembangan sebagai pemain muda.
Pique hanya tampil sembilan kali di liga pada musim tersebut, dengan total waktu bermain mencapai 480 menit. Walaupun bukan merupakan pemain kunci, pengalaman yang didapatnya di Old Trafford memberikan pelajaran berharga yang akan diingatnya sepanjang hidupnya. Di akhir musim, Barcelona memutuskan untuk menebus klausul buy-back sebesar £5 juta. Selebihnya adalah sejarah, di mana Pique berhasil berkembang menjadi salah satu pemain terbaik di dunia.
Juliano Belletti di Chelsea
Juliano Belletti merupakan salah satu sosok yang mungkin terlupakan dari tim Chelsea yang meraih gelar Premier League pada musim 2009/2010 di bawah asuhan Carlo Ancelotti. Meskipun bukan pemain yang berperan penting, ia tetap memberikan kontribusi dengan 11 kali penampilan, di mana hanya empat di antaranya sebagai pemain inti. Pemain asal Brasil ini terkenal berkat golnya yang menentukan bagi Barcelona di final Liga Champions tahun 2006. Namun, selama musim tersebut, kehadirannya hampir tidak terasa, terutama pada momen-momen krusial menjelang akhir kompetisi.
Dengan kontribusi yang tidak terlalu signifikan, ada kemungkinan beberapa orang menganggap Belletti hanya sebagai pelengkap dalam skuad yang dipenuhi dengan bintang-bintang. Meski demikian, keberhasilannya meraih medali pemenang tetap pantas ia terima. Hal ini menunjukkan bahwa setiap anggota tim, meskipun tidak selalu tampil di atas lapangan, memiliki peranan penting dalam kesuksesan tim secara keseluruhan.
Juan Cuadrado
Juan Cuadrado mengoleksi enam gelar Scudetto dan empat Coppa Italia selama berkarier di Juventus dan Inter Milan, serta beberapa trofi lainnya meskipun hanya sebentar bermain di Chelsea. Memang, ada pemain yang berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Namun, jika kita meneliti lebih dalam statistik Cuadrado, bisa disimpulkan bahwa kehadirannya di Chelsea pada musim 2014/2015 tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Ia bergabung di tengah musim ketika Chelsea sudah berada di puncak klasemen dan tidak mencetak gol atau memberikan assist sepanjang sisa musim tersebut.
Selama berkiprah di Chelsea, Cuadrado hanya tampil sebagai starter sebanyak empat kali dari total 12 penampilan, dengan total waktu bermain hanya 312 menit. Dengan catatan tersebut, kontribusinya terhadap gelar yang diraih Chelsea sangat minim. Setelah menjalani musim yang kurang memuaskan, ia pun memutuskan untuk kembali ke Italia. Seperti yang diketahui, perjalanan karier Cuadrado menunjukkan bahwa tidak semua pemain dapat beradaptasi dengan baik di klub baru, meskipun memiliki potensi yang besar.
Gokhan Inler
Gokhan Inler, yang bergabung dengan Leicester City pada musim panas 2015, awalnya menarik perhatian lebih besar dibandingkan N'Golo Kante. Sebagai pemain internasional Swiss yang berpengalaman dan berasal dari Napoli, ia diharapkan dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Esteban Cambiasso.
Namun, kenyataannya tidak sesuai harapan. Kante justru menjadi sosok kunci dalam kesuksesan Leicester meraih gelar juara, sementara Inler hanya tampil dalam lima pertandingan dengan total waktu bermain 195 menit di musim 2015/2016 yang penuh keajaiban tersebut. Setelah mengalami kesulitan dalam mendapatkan waktu bermain, Inler akhirnya memutuskan untuk pindah ke Besiktas. Sang gelandang meninggalkan Leicester setelah hanya satu musim berkarier di klub tersebut.
Brahim Diaz
Brahim Diaz, yang dulunya merupakan talenta dari akademi Manchester City, berhasil bertahan cukup lama untuk berkontribusi di tim utama. Dia mencatatkan lima kali penampilan di Premier League pada musim 2017-18, ketika City meraih gelar pertama dari enam yang didapat di bawah asuhan Pep Guardiola. Meskipun hanya bermain selama 50 menit, Diaz tetap berhak mendapatkan medali pemenang. Semua penampilannya di liga tersebut dilakukan dari bangku cadangan, sehingga pencapaian ini bisa dianggap sebagai prestasi teknis semata.
Setelah meninggalkan Manchester City di usia muda, Diaz berhasil meraih tiga gelar liga tambahan di Italia dan Spanyol. Di kedua negara tersebut, dia berperan jauh lebih aktif dalam membantu kesuksesan timnya. Perjalanan kariernya menunjukkan bahwa meskipun awalnya tidak banyak mendapatkan kesempatan bermain di City, dia mampu membuktikan kemampuannya di liga-liga yang lebih kompetitif. Keberhasilannya di luar Inggris membuktikan bahwa Diaz adalah pemain yang memiliki potensi besar dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai liga.
Cole Palmer
Cole Palmer merupakan salah satu pemain yang akhirnya meninggalkan Manchester City. Meskipun telah berkontribusi dalam empat musim terakhir yang penuh gelar bagi klub, ia baru memenuhi syarat untuk mendapatkan medali pemenang di musim treble 2022/2023. Pada musim tersebut, Palmer berpartisipasi dalam 14 pertandingan Premier League, tetapi 12 di antaranya ia jalani dari bangku cadangan. Ia hanya menjadi starter dua kali setelah tim meraih gelar juara.
Selama bergabung dengan tim, Palmer berhasil mencatatkan satu gol dan satu assist dalam total 850 menit bermain di semua kompetisi. Hal ini menunjukkan bahwa Manchester City memiliki aset yang sangat berharga dalam diri Palmer. Dengan potensi yang dimilikinya, tidak mengherankan jika banyak yang menganggapnya sebagai pemain masa depan yang cerah.