Safee Sali Kenang Piala AFF 2010: Kalah 1-5 dari Indonesia di Fase Grup Jadi Motivasi untuk Juara
Salah satu pemain ini pernah menjadi sosok yang sangat tidak disukai oleh para penggemar Timnas Indonesia.
Pemain ini sebelumnya dikenal sebagai sosok yang paling tidak disukai oleh para penggemar setia Timnas Indonesia. Namun, secara diam-diam, ada juga yang mengaguminya. Hal ini terbukti ketika Pelita Jaya memanfaatkan kemampuannya, dan ia berhasil menjadi bintang di klub tersebut. Siapa lagi kalau bukan Mohd Safee bin Mohd Sali, yang lebih akrab disapa Safee Sali.
Nama Safee Sali selalu teringat ketika membahas sejarah Piala AFF 2010. Pada saat itu, Timnas Indonesia yang dilatih oleh Alfred Riedl berhasil mencapai final dengan tekad untuk meraih gelar juara perdana. Mengingat sejak Piala AFF dimulai pada tahun 1996, Timnas Indonesia belum pernah meraih gelar juara.
Di laga final tahun 2010, Timnas Indonesia berhadapan dengan Malaysia. Tim Garuda memiliki sejumlah pemain terbaik seperti M. Nasuha, Hamka Hamzah, Firman Utina, Oktovianus Maniani, Bambang Pamungkas, Irfan Bachdim, Cristian Gonzales, dan kiper handal Markus Haris Maulana.
Keyakinan Timnas Indonesia semakin menguat karena mereka telah mengalahkan Malaysia dengan skor mencolok 5-1 di fase grup yang berlangsung di SUGBK. Pertandingan tersebut memberikan harapan besar bagi penggemar untuk melihat Timnas Indonesia meraih gelar juara yang telah lama dinanti-nantikan.
Hasil akhir yang mengejutkan
Namun, apa yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar ekspektasi. Pada leg pertama final yang diadakan di Stadion Nasional Bukit Jalil, Timnas Indonesia harus menelan kekalahan dengan skor 0-3. Tiga gol dari tim tuan rumah tercipta di babak kedua, di mana Safee Sali berhasil mencetak dua gol pada menit ke-61 dan 72. Gol lainnya dicetak oleh Mohammad Ashaari Samsudin yang terjadi pada menit ke-68.
Sebelum gol-gol tersebut, terjadi insiden pada menit ke-53 ketika pendukung Malaysia menembakkan sinar laser ke wajah Markus Haris Maulana, sehingga laga harus dihentikan selama sepuluh menit. Singkatnya, tim yang dilatih oleh Alfred Riedl mengalami kekalahan telak 0-3.
Safee Sali, dalam sebuah wawancara di kanal Youtube Sport77, baru-baru ini mengenang kembali momen tersebut. Ia menyatakan, "Padahal waktu itu tim Indonesia bagus karena ada pemain naturalisasi seperti Irfan dan Gonzales. Mungkin belum rezeki."
Kekalahan di fase grup justru memicu semangat juang yang lebih tinggi
Walaupun mengalami kekalahan telak 1-5 dari Timnas Indonesia di fase grup, Malaysia mampu bangkit dan menunjukkan semangat juang yang tinggi untuk meraih kemenangan di final.
"Kekalahan 1-5 itu jelas bukan hasil yang kami harapkan. Setelah mengalami kekalahan tersebut, kami bertekad untuk bertemu lagi dengan Indonesia dan fokus untuk masuk ke final," ungkap Safee Sali.
Ia menambahkan, "Ketika berhasil mencapai final, semangat kami menjadi lebih besar. Motivasi kami kini sudah berbeda," jelasnya.
Safee Sali, yang merupakan legenda sepak bola Malaysia dan kini berusia 40 tahun, kemudian mengungkapkan dengan nada humoris tentang kunci kemenangan 3-0 di Bukit Jalil.
"Saya mungkin perlu berterima kasih kepada laser itu, karena pada saat insiden laser terjadi, kami bisa bangkit kembali. Sebelumnya, baik kami maupun Indonesia sama-sama fokus. Namun, saat insiden laser, mungkin ada yang kehilangan fokus dan kami berhasil mencetak tiga gol," ujarnya sambil tertawa.
Rasa percaya diri saat berada di SUGBK
Dengan hasil akhir 3-0, Malaysia menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi saat menjalani laga leg kedua di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
"Kami datang ke Jakarta mau main biasa saja. Kami sudah tahu, kami pernah kalah 1-5 di Indonesia. Jadi tantangan di Jakarta waktu itu sudah pasti. Kami pun tak betul-betul main menyerang sebab sudah punya bekal menang 3-0. Hanya bermain berhati-hati, low-block, dan counter," ungkap Safee Sali.
Meskipun Indonesia berhasil meraih kemenangan dengan skor 2-1, Malaysia tetap dinyatakan sebagai juara berkat keunggulan agregat 4-2.
Setelah Piala AFF 2010, Safee Sali bergabung dengan Pelita Jaya pada tahun 2011 dan bertahan hingga 2012. Selama berada di klub tersebut, ia menunjukkan performa yang mengesankan dengan tampil dalam 42 pertandingan dan mencetak delapan gol.
Mantan striker yang kini beralih menjadi komentator sepak bola ini telah menghabiskan 20 tahun dalam kariernya, termasuk membela Timnas Malaysia, sebelum akhirnya memutuskan untuk pensiun pada tahun 2022. Klub terakhir yang ia bela adalah Kuala Lumpur City.