Fame'e Afo, Tari Tradisional Sekapur Sirih Ala Suku Nias dalam Menyambut Tamu Penting
Sebuah ritual yang dikemas dalam kesenian tari tradisional ini ditampilkan khusus saat tamu-tamu penting sedang melakukan kunjunga di daerah Nias.
Sebuah ritual yang dikemas dalam kesenian tari tradisional ini ditampilkan khusus saat tamu-tamu penting sedang melakukan kunjunga di daerah Nias.
Fame'e Afo, Tari Tradisional Sekapur Sirih Ala Suku Nias dalam Menyambut Tamu Penting
Setiap kesenian tradisional daerah pastinya memiliki fungsi dan kedudukan masing-masing. Beberapa tarian akan digunakan untuk upacara pernikahan, bahkan hingga simbol rasa syukur, tapi tak sedikit tarian ini dikhususkan untuk menyambut tamu penting.
-
Apa itu Tari Makan Sirih? Salah satu tarian klasik ini biasa ditampilkan ketika menyambut atau mempersembahkan tamu terhormat yang datang ke Pekanbaru.
-
Bagaimana Tari Makan Sirih diiringi? Dalam pementasan Tari Makan Sirih ini akan diiringi dengan alunan musik nuansa Melayu yang bersumber dari instrumen marwas, biola, gendang, gambus, dan akordion.
-
Kenapa Fanömba Adu penting bagi Suku Nias? Banyak contoh yang bisa menggambarkan kepercayaan mereka terhadap nenek moyang. Salah satunya adalah adanya kitab hukum adat yang diberdayakan oleh bangsawan, hingga relief rumah adat mereka yang masih berkaitan dengan unsur Fanömba Adu.
-
Dimana Tari Makan Sirih berasal? Mengutip situs disbud.kepriprov.go.id, pada tahun 1957 di Pekanbaru terjadi musyawarah pembakuan tari persembahan yang menampilkan tarian serta lagu-lagu yang bernuansa adat Melayu.
-
Apa keunikan musik tradisional Nias? Tak hanya tarian, musik dan alat-alat musik tradisional Nias juga beragam dan unik.
-
Apa itu Famasulo di Nias? “Famasulo: Tradisi, Solidaritas, dan Kemiskinan Keluarga di Nias (2022), Famasulo adalah sistem gotong royong antar warga Nias untuk memenuhi kebutuhan pesta pernikahan ataupun pesta kelahiran seorang anak.
Setiap menyambut tamu kehormatan, mereka nantinya akan diberikan semacam daun sirih. Bukan hanya sekedar formalitas, pemberian daun sirih ini juga mengandung makna yang mendalam.
Dilakukan Kaum Bangsawan
Melansir dari berbagai sumber, tarian Fame'e Afo konon dulunya kerap ditampilkan di kalangan para bangsawan yang melibatkan warga desanya sebagai penghormatan kepada tamu undangan saat upacara adat.
Kini, Fame'e Afo mulai bergeser menjadi suatu identitas budaya lokal yang ada di Pulau Nias. Namun, acara ini bisa dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara finansial. Bahkan, Fame'e Afo juga kerap tampil untuk menyambut tamu di luar acara adat.
Kategori orang-orang yang harus disambut dengan tari sekapur sirih meliputi Si' ulu dari desa tetangga yang datang berkunjung hingga tamu-tamu agung yang diundang langsung oleh Si' ulu.
Ada 12 Penari
Melansir dari kanal Antara, proses tarian Fame'e Afo biasa dilakukan oleh 6 sampai 12 penari perempuan, diawali dengan kalimat penyambutan yang diserukan oleh pemimpin.
Kemudian pemimpin ini akan mengarahkan warga untuk membawa sirih kepada tamu untuk dikunyah sembari menyahut dengan perkataan "Hoooi" secara bersama-sama.
Setelah itu, para penari perempuan akan menari lalu membawa bolanafo atau wadah penyimpan sirih yang diiringi oleh dua laki-laki yang membawa alat perang. Penggunaan mereka sendiri sebagai simbol agar para penari tidak diganggu.
Tarian Penting
Bagi masyarakat Nias, Fame'e Afo adalah salah satu yang terpenting untuk memberikan penghargaan setinggi-tingginya terhadap tamu.
Sirih kunyah atau "Afo" ini disajikan khusus untuk para tamu yang sudah siap kunyah sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Fame'e Afo tidak boleh lebih dari sembilan ragam gerak. Pada langkah keenam atau kesemnilan, penari menyuguhkan sirih kepada tamu. Kemudian prosesnya diiringi dengan seruan dari kaum pemuda yang mengawal para tamu.
Setelah penyambutan, para pemuda tadi akan melantunkan syair berisi nasihat, hikayat, hingga adanya iring-iringan musik tradisional.