Manafo, Tradisi Menginang Ala Masyarakat Nias yang Penuh Makna
Tradisi ini sudah sangat melekat di masyarakat Nias hingga sudah menjadi simbol dan budaya yang dihadirkan dalam acara-acara adat.
Tradisi ini sudah sangat melekat di masyarakat Nias hingga sudah menjadi simbol dan budaya yang dihadirkan dalam acara-acara adat.
Manafo, Tradisi Menginang Ala Masyarakat Nias yang Penuh Makna
Namanya Manafo
Masyarakat Nias menyebut tradisi mengunyang sirih atau menginang sebagai manafo.
Mereka percaya manafo bisa menghilangkan bau mulut, menyehatkan gigi, dan juga menjaga kesehatan pencernaan. Selain itu, aktivitasn ini juga disebut bisa memberikan sensasi layaknya merokok. (Foto: Liputan6)
-
Apa itu tradisi Mangai Binu di Nias? Mangai Binu adalah tradisi berburu kepala manusia yang dilakukan oleh seorang Emali.
-
Kenapa tradisi Mangai Binu di Nias dilakukan? Memang, tradisi menyeramkan ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Seiring berjalannya waktu, Mangai Binu berkembang menjadi penanda status sosial.
-
Apa arti dari 'Fame'e Afo' di Suku Nias? Tarian ini merupakan ritual kesenian tradisional yang biasa dilakukan masyarakat Nias untuk menyambut tamu kehormatan.
-
Kenapa orang Batak melakukan Manulangi Natuatua? Seorang anak yang sudah beranjak dewasa biasanya memiliki kesadaran untuk membalas budi kepada orang tua. Di Tanah Batak, bentuk balas budi anak kepada orang tuanya dilakukan dengan sebuah upacara yang bernama Manulangi Natuatua.
-
Apa itu Famasulo di Nias? “Famasulo: Tradisi, Solidaritas, dan Kemiskinan Keluarga di Nias (2022), Famasulo adalah sistem gotong royong antar warga Nias untuk memenuhi kebutuhan pesta pernikahan ataupun pesta kelahiran seorang anak.
-
Bagaimana tradisi Mangai Binu dilakukan? Dalam pelaksanaannya, para Emali akan menjelajahi daerah-daerah untuk memburu kepala sesuai dengan pesanan pelanggannya.
Tradisi Turun Menurun
Tradisi manafo ternyata dilakukan secara turun temurun oleh laki-laki maupun perempuan. Tradisi ini sudah sangat melekat di masyarakat Nias hingga sudah menjadi simbol dan budaya yang dihadirkan dalam acara-acara adat.
Bahan-Bahan Manafo
Melansir dari liputan6, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat manafo di antaranya tawuo (daun sirih), betua (kapur), gambe (daun gambir), bago (tembakau), dan fino (buah pinang). Seluruh racikan tersebut dinamakan afo. (Foto: Pixabay)
Menggunakan Kantong Khusus
Saat manafo menyambut tamu penting, biasanya afo dikemas dengan rapi kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang bernama bolanafo.
Bolanafo sendiri adalah kantong anyaman yang terbuat dari anyaman daun pandan. Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, bolanafo memiliki nilai yang tinggi dan sakral. Biasanya, kantong ini akan dikalungkan pada leher patung sakral bernama ina mbanua.
Diiringi Tarian
Saat menyambut tamu penting yang baru saja menginjakkan kaki di tanah Nias, masyarakat setempat akan menyambut dengan tarian bernama fame'e afo yang juga bagian dari serangkaian pelaksanaan manafo.
Sebelum afo disuguhkan, beberapa penari yang terdiri perempuan itu akan menari dengan lembut diiringi dengan alunan musik seperti gong, canang, dan bedug.
Hal tersebut harus dilakukan sebagai simbol dan bentuk penghormatan kepada tuan rumah.
Penuh Makna
Tradisi manafo di Nias mengandung arti dan simbol kerendahan hati dan memuliakan tamu atau orang lain meski mereka orang yang pemberani dan juga pemarah.
Sehelai daun sirih digambarkan sebagai sifat rasa yang pedar dan pedas. Hal ini diartikan bahwa yang terkandung adalah sifat rendah hati dan pemberani. Selain itu, afo juga dimaknai dengan sumber perdamaian dan kehangatan sosial.