Tari Likok Pulo, Satu-Satunya Tari Tradisional dari Pulo Aceh Bernuansa Islam
Tari Likok Pulo menjadi tari tradisional satu-satunya yang dimiliki masyarakat Pulo Aceh.
Tari Likok Pulo menjadi tari tradisional satu-satunya yang dimiliki masyarakat Pulo Aceh.
Tari Likok Pulo, Satu-Satunya Tari Tradisional dari Pulo Aceh Bernuansa Islam
Dikenalkan Oleh Ulama
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, asal usul Tari Likok Pulo pertama kali diperkenalkan oleh seorang ulama bernama Syeikh Ahmad Badron dari Arab yang terdampar di daerah Pulo Aceh. Hal ini bermula saat Syeikh Ahmad Badron melihat kepandaian masyarakat setempat dalam mempermainkan rapai. Saat kondisi itulah, ia memanfaatkan momen untuk berdakwah dan akhirnya setelah berulang kali menyaksikan rapai maka lahirlah Tari Likok.
-
Apa itu Tari Ledek? Ledek ini merupakan salah satu kesenian legendaris berupa pertunjukan tari keliling yang khusus tampil pada malam hari.Suara perangkat gamelan mini termasuk gong jadi ciri khas hadirnya kesenian Ledek di perkampungan.
-
Dari mana pengaruh pantun Aceh? Asal-usul pantun Aceh berawal dari pengaruh budaya India Selatan serta Arab yang masuk ke daerah ini melalui jalur perdagangan maritim yang sibuk pada abad ke-13.
-
Dimana Tari Rayak-rayak Sukabumi berasal? Tari ini merupakan kesenian asli wilayah Sukabumi, dan menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang.
-
Apa ciri khas Rumoh Aceh? Ada satu hal yang unik dari tempat tinggal orang Aceh ini, yaitu pintu masuk utama Rumoh Aceh terbilang pendek, tingginya hanya sekitar 120-150 Cm saja. Maka dari itu, setiap tamu yang datang harus menunduk.
-
Apa itu Tari Piriang Suluah? Tari Piriang Suluah ini bukanlah tarian biasa. Kesenian ini menggambarkan kehidupan para petani dan juga gerakannya terinsipirasi dari aktivitas ketika bercocok tanam.
-
Dimana Tari Piriang Suluah berasal? Begitu juga dengan para petani di Padang Panjang, Sumatra Barat. Mereka memiliki kesenian tradisional yang terinspirasi dari aktivitas para petani yaitu Tari Piring Suluah.
Mengutip acehbesarkab.go.id, Tarian Likok Pulo bertujuan untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat di Pulo Aceh. Hal ini disebabkan daerah tersebut memiliki sifat negatif.
Berkat Syeikh Ahmad Badron masyarakat Pulo Aceh khususnya kaum muda untuk bermain tarian tersebut karena setiap penampilannya penuh dengan syair-syair Islam dan cara tersebut berhasil dilakukan.
Penampilan Tari Likok Pulo
Setiap penampilan Tari Likok Pulo bisa dilakukan tanpa bertanding. Penyajian tanpa tanding diadakan sebagai salah satu unsur hiburan pada saat upacara pernikahan, penyambutan tamu, dan acara formal lainnya.
Sementara itu, tarian yang ditandingkan ditampilkan oleh empat kelompok yang masing-masing mewakili satu kampung.
Setiap gerakan Boh Likok biasanya penari menggunakan atribut berbentuk bulat yang dapat diketuk-ketukan pada lantai maupun dada penari.
Simbol Kearifan Lokal
Tari Likok Pulo tak hanya sebagai tarian tradisional atau tarian hiburan saja. Namun, di baliknya terdapat makna kearifan lokal dan menjadi sebuah simbol yang mendalam.
Tari Likok Pulo ini memiliki simbol keagamaan, gotong royong, kebersamaan, dan kesadaran hidup bermasyarakat.
Tak hanya menjadi media dakwah, tarian ini juga sebagai media pendidikan, seperti pendidikan karakter dan media komunikasi.
Berubah Seiring Berjalannya Waktu
Saat ini, Tari Likok Pulo masih terus eksis di daerahnya karena masih sering ditampilkan pada acara-acara tertentu. Namun sayang, tarian ini seiring berjalannya waktu mengalami perubahan. Perubahan yang mendasar dari Tari Likok Pulo tersebut adalah penggunaan atribut Boh Likok yang sudah tidak lagi digunakan. Selain itu, terdapat gerakan-gerakan variasi yang muncul.