Mengenal Elang Flores, Hewan Endemik Kepulauan NTT yang Kini Terancam Punah
Hewan dengan nama latin Nisaetus Floris ini memiliki ukuran fisik yang besar hingga 71-82 centimeter.
Hewan dengan nama latin Nisaetus Floris ini memiliki ukuran fisik yang besar hingga 71-82 centimeter.
Mengenal Elang Flores, Hewan Endemik Kepulauan NTT yang Kini Terancam Punah
Elang Flores merupakan salah satu hewan endemik yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Burung jenis ini tidak ditemukan di tempat lain.
Hewan dengan nama latin Nisaetus Floris ini memiliki ukuran fisik yang besar hingga 71-82 centimeter. Persebaran populasi burung ini meliputi Pulau Flores, Lombok, Sumbawa, Pulau Satonda, dan Pulau Rinca.
-
Dimana habitat Elang Jawa? Habitat alami Elang Jawa meliputi hutan-hutan pegunungan, hutan primer, dan hutan sekunder di dataran tinggi.
-
Kenapa Jalak Bali terancam punah? Jalak Bali dikategorikan sebagai spesies kritis terancam punah (Critically Endangered) menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature). Populasinya sangat terbatas, dan upaya konservasi yang serius diperlukan untuk mencegah kepunahan mereka.
-
Apa makanan Elang Filipina? Burung-burung ini mengincar kera atau monyet, yaitu primata yang mendiami hutan di sekitarnya. Namun, monyet-monyet ini kerap kali menunjukkan perlawanan yang gigih.
-
Dimana Elang Filipina berburu? Dikenal dengan sebutan 'elang pemakan monyet' di wilayahnya, burung ini memiliki reputasi yang legendaris di dalam hutan hujan yang lembab di kepulauan Filipina.
-
Siapa yang diburu Elang Filipina? Burung-burung ini mengincar kera atau monyet, yaitu primata yang mendiami hutan di sekitarnya. Namun, monyet-monyet ini kerap kali menunjukkan perlawanan yang gigih.
-
Siapa yang terancam punah di Kepulauan Galapagos? Sayangnya, populasi burung elang Galapagos terancam punah, dengan jumlah yang tersisa kurang dari 500 ekor.
Dikutip dari Indonesia.go.id, Elang Flores dapat dijumpai di kawasan hutan dataran rendah yang memiliki ketinggian hingga 1.000 mdpl. Di antara tempat habitat Elang Flores adalah kawasan Hutan Mbeliling dan Taman Nasional Kelimutu.
Secara fisik, bentuk Elang Flores tidak jauh berbeda dengan Elang Brontok dengan bulu putih di kepala sampai leher dan warna cokelat dengan garis putih di ujung sayapnya.
Salah satu eksotisme burung ini adalah saat ia memperlihatkan mahkota di atas kepalanya waktu bertengger di atas pohon.
Masyarakat Flores sendiri menamai burung itu dengan sebutan Ntangis. Mereka menganggap bahwa Elang Flores sebagai toem atau empo, leluhur manusia, tidak boleh disiksa, dibunuh, apalagi ditangkap.
Terancam Punah
Namun kini hewan endemik Indonesia itu populasinya terancam akibat ulah perburuan yang tinggi. Menurut data Badan Konservasi Dunia IUCN, populasi Elang Flores kini diperkirakan hanya tinggal 100 hingga 240 individu dewasa.
Sementara itu data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Ende, pada April 2019 populasi Elang Flores di kawasan Taman Nasional Kelimutu hanya tersisa 10 ekor.
Ahli Biologi Reptor asal Amerika Serikat, Kara Beer, datang langsung ke Desa Kaowa, Kecamatan Lambitu, Kabupaten Bima, untuk melihat sendiri habitat Elang Flores di sana. Ia mengatakan bahwa salah satu penyebab makin berkurangnya Elang Flores adalah habitat mereka yang rusak.
“Sebagai spesies yang sangat sensitif, mereka tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan drastis pada lanskap tempat mereka hidup,” kata Kara dikutip dari Rri.co.id.
Kara mengatakan, telah banyak wilayah hutan yang kini berubah menjadi lahan pertanian. Menurutnya, penting untuk melindungi habitat hutan tambahan dan memulihkan lahan yang hilang agar habitat Elang Flores dapat tercipta kembali.
Sementara itu Pemerhati Reptor dari Sindikat Bima, Abdul Azis, mengatakan bahwa ia bersama rekannya telah lama mencoba untuk melindungi habitat Elang Flores yang masih tersisa saat ini.
“Kami hanya bisa mengelus dada. Tidak punya kuasa untuk menghentikannya. Harapan kami adalah para pihak pemegang kebijakan dapat melihat secara realistis kondisi saat ini. Karena ancaman kerusakan lingkungan sudah di ujung mata,” ujarnya.