Menilik Prosesi Adat Seumuleung Raja, Tradisi Menyuapi Sang Raja Khas Aceh Jaya yang Masih Eksis
Tradisi unik dari Aceh Jaya ini sudah menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat.
Tradisi unik dari Aceh Jaya ini sudah menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat.
Menilik Prosesi Adat Seumuleung Raja, Tradisi Menyuapi Sang Raja Khas Aceh Jaya yang Masih Eksis
Provinsi Aceh begitu terkenal dengan budaya Islam yang kental dan juga terkenal sebagai penghasil kopi dengan sebutan 1001 warung kopi. Akan tetapi, Provinsi Aceh masih banyak budaya dan tradisi lainnya yang tidak kalah menarik dan unik.
-
Kenapa Rajah digunakan di Aceh? Rajah yang ada di Aceh cenderung digunakan sebagai metode pengobatan yang terkena serangan magis dan berbau klenik, seperti teluh, guna-guna, santet, dan sebagainya. Bahkan, nama-nama penyakit yang berkembang di masyarakat Aceh disebut Peunyaket Donya atau penyakit dunia.
-
Mengapa tradisi Peutron Aneuk penting bagi masyarakat Aceh? Wujud pelaksanaan Peutron Aneuk ini tak hanya sekedar tradisi turun-temurun saja. Tetapi, tradisi ini memiliki makna dan arti yang begitu mendalam khususnya bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
-
Bagaimana tradisi Peusijuek dilakukan? Dalam pelaksanaannya, acara Peusijuek mirip seperti tradisi tepung tawar pada adat Melayu. Peusijuek ini dipimpin langsung oleh tokoh agama maupun tokoh adat yang dituakan di tengah masyarakt.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Dimana tradisi Peusijuek dilakukan? Contoh di atas merupakan pelaksanaan Peusijuek di kalangan masyarakat Kota Aceh. Namun, berbeda pula dengan masyarakat pedesaan yang melakukan Peusijuek ketika membeli kendaraan baru atau ketika akan menanam benih padi di sawah.
-
Apa arti dari tradisi Peusijuek? Kata Peusijuek atau artinya mendinginkan ini berasal dari kata 'Sijue' yang berarti dingin. Kata dingin sendiri menggambarkan sebuah kebahagiaan, ketentraman, kedamaian.
Tepat di Kabupaten Aceh Jaya, terdapat sebuah tradisi bernama Seumuleung Raja yang artinya menyuapi raja. Prosesi ini sudah diselenggarakan setiap tahunnya oleh Pemkab Aceh Jaya.
Sebelumnya, pelaksanaan Seumuleung Raja ini biasa dilakukan pada hari raya kedua Iduladha. Seiring berjalannya waktu, Seumuleung Raja pun pelaksanaannya menjadi hari ketiga Iduladha.
Sejarah Adat Seumuleung Raja
Mengutip situs resmi acehprov.go.id, Seumuleung Raja pertama kali dilaksanakan oleh Raja Inayat Syah saat menobatkan anaknya, Alaudin Riayat menjadi Raja Daya pada tahun 1480 M.
Kemudian tradisi ini diwariskan pada masa pemerintahan Sultan Jamalul Alam Munir yang kala itu memerintah Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1703-1726. Ia memiliki peranan penting sebagai seorang pemimpin, mendamaikan selisih paham antara raja-raja kecil di negerinya.
Makna Seumuleung Raja
Mengutip bbg.ac.id, arti Seumuleung Raja artinya menyulang atau menyuapi yang merupakan upacara khusus oleh Sultan Inayat Syah untuk menobatkan anaknya sebagai sultan Kerajaan Daya.
Kini, tradisi Seumuleung Raja sangatlah ditunggu-tunggu oleh masyarakat sekitar karena disambut dengan antusias dan mengundang wisatawan dari luar daerah.
Seumuleung Raja menjadi acara akbar bagi raja baru, sang ahli waris yang memindahkan kekuasaan akan disuapi nasi dan lauk khusus oleh ketua upacara adat.
Proses tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk mengenang kembali proses adat yang pernah dilakukan oleh Raja Daya dalam menjamu tamu kehormatan serta raja-raja.
Membawa Keberkahan Rezeki
Setiap tradisi tentunya mengandung makna yang begitu mendalam, begitu juga dengan Seumuleung Raja ini. Kegiatan ini dapat menjalin serta mempererat tali silaturahmi antar tokoh dan sesama masyarakat di dalam kawasan Kerajaan Daya.
Selain itu tradisi ini diyakini bisa mendatangkan dan membawa keberkahan rezeki dan kesehatan untuk tahun-tahun berikutnya bagi mereka yang bisa hadir.
Selain bermakna, tradisi yang satu ini sudah menjadi ciri khas dari Kabupaten Aceh Jaya. Tradisi yang sudah berusia ratusan tahun ini masih terus eksis dan dilestarikan baik dari lingkup masyarakat hingga pemerintah daerah.