Tentunya, setiap orang yang melihatnya akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa, rumah kecil tersebut ada di puncak tebing setinggi kurang lebih 30 meter? Bahkan di sekelilingnya tak terlihat jalan seperti tangga atau untaian tali untuk memasuki rumah tersebut. Lantas, bagaimana rumah tersebut bisa ada di puncak tebing?

Bak bersepeda di jalan aspal, dengan santainya seorang Siswaya yang bertugas menginspeksi jalur kereta mengayuh lori sepeda. Dulunya jalur ini hanya dilalui oleh KA Feeder dan KA barang saja. Yang mengharuskan lori sepeda dan petugas inspeksi secara berkala memeriksa jalur tersebut.

Tapak Jaran Sembrani, itu lah ritual yang dilakukan warga. Ritual ini bertujuan untuk menjaga mata air Tapak Jaran Sembrani. Warga meyakini air mata ini berkhasiat dapat mengobati penyakit mata.

Seperti tidak asing, mainan truk kayu ini sempat mewarnai masa kecil kita menemani bermain. Hingga saat ini para pengrajin truk kayu masih menggeluti membuat mainan truk kayu. Meskipun telah tergerus mainan modern berbahan plastik yang membanjiri tanah air.

Bajong Banyu merupakan tradisi wujud penghormatan kepada air yang dianggap sebagai sumber kehidupan. Fungsinya tak lepas dari keberadaan Sendang Kedawung yang mencukupi kebutuhan sumber air warga desa.

Mencetak gol demi gol, diselingi dengan canda dan tawa. Permainan sepak bola tangan ini bukan hanya sekedar olahraga belaka. Namun, juga menjadi ajang mengikat tali kebersamaan silaturahmi yang saling menguatkan sesama penyandang disabilitas daksa.

Kuda berpacu sekencang-kencangnya melintasi arena lintasan balap kuda. Sederhana dan seadanya, inilah kata yang dapat menggambarkan pacuan kuda tradisional di Jeneponto yang menjadi ciri khas warganya. Uniknya kuda menjadi jati diri masyarakat Jeneponto sejak zaman Kerajaan Gowa

Melengkapi nuansa vintage, terdengar suara musik ala Skotlandia. Dengan suara perkusi dan terompet yang khas. Dua pemain musik ala Skotlandia bermain asyik di sisi Jalan Braga. Alunan musik indahnya berhasil mencuri perhatian pengguna jalan.

Larut dalam tawa, kegembiraan mereka tergambar dengan jelas saat melakukan tradisi Sasi Lompa. Tradisi unik inilah yang terbukti menjaga keseimbangan alam, baik manusia, hewan, hingga tumbuhan yang terjaga dengan baik. Uniknya lagi, Sasi Lompa telah ada sejak 3 abad lamanya.

Dahulu, di Indonesia pernah ada stasiun radio terkuat yang menghubungkan Indonesia dengan tanah Belanda. Napak tilas Stasiun Radio Malabar menjadi bukti kemegahan mega proyek teknologi komunikasi, hingga menjadi cikal bakal teknologi komunikasi era modern.

Benteng pertahanan pasukan Sriwijaya ini menjadi gudang amunisi menghadapi serangan Inggris di Surabaya pada 10 November 1945. Sekitar 200-an pahlawan gugur di benteng ini. Tewas tanpa nama dan tanpa penanda di lokasi itu.

Dari lereng Gunung Penanggungan, Candi Jedong berdiri megah dan kokoh. Diperkirakan Candi Jedong dibangun pada abad ke 14. Meski sudah tua, namun Candi Jedong tetap kokoh berdiri hingga kini.

Jika mendengar kata kerupuk, tentu sudah terbayang dengan tekstur yang renyah dan krispi. Tetapi tidak dengan kerupuk unik yang satu ini. Bontot, begitulah nama krupuk ini. Camilan lezat khas Karawang.

Jauh sebelum nama tongkonan lahir, ada cikal bakal rumah adat Toraja yang bernama Banua Tamben. Banua Tamben merupakan generasi ketiga pelopor rumah tongkonan yang masih tersisa saat ini. Keunikan Banua Tamben tetap dilestarikan hingga kini, sebagai pewaris revolusi rumah adat Tongkonan.

Lampu limar hasil buatan anak bangsa ini diproduksi dari tangan-tangan mahir para santri. Lampu hemat energi ini memang tujuannya bukan untuk komersil. Diproduksi sendiri dan tidak dipasarkan. Menyelamatkan daerah-daerah pelosok negeri yang tak terjangkau listrik.

Saat belum adanya aksara tulis menulis, masyarakat Toraja sudah menggunakan lukisan dengan simbol untuk menjelaskan falsafah kehidupan. Hingga saat ini motif Toraja masih bisa ditemui. Hingga beberapa seniman yang peduli mengenalkan motif Toraja pada karya seninya.

Selain disamakan sebagai Painted Hills di Amerika, Kelabba Maja juga sering dijuluki sepotong Mars di Indonesia. Atau mirip mirip Grand Canyon di Arizona. Namun Kelabba Maja punya cerita dan keunikannya sendiri. Masyarakat setempat percaya Kelabba Maja merupakan singgasana para dewa.

Tak berisi jasad manusia, makam ini merupakan pusara kucing kesayangan Raja Paku Buwono X Keraton Kasunanan Surakarta. Beberapa orang percaya makam ini adalah makam keramat. Alhasil, meski sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Makam kucing ini tak pernah dipindah sekali pun.