5 Lokasi di Luar Angkasa yang Bikin NASA Penasaran
Studi ini bertujuan untuk memahami proses kemunculan, evolusi, dan ketahanan kehidupan dalam berbagai kondisi.

Para peneliti terus melakukan eksplorasi di luar angkasa untuk mempelajari berbagai objek langit, seperti bintang, planet, galaksi, dan fenomena kosmik lainnya. Kegiatan eksplorasi luar angkasa juga memberikan kesempatan bagi manusia untuk menemukan planet yang mungkin dapat dihuni selain Bumi.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana kehidupan dapat muncul, berevolusi, dan bertahan dalam berbagai kondisi. Selain itu, eksplorasi ini juga membantu kita dalam memahami perubahan lingkungan yang terjadi di planet lain serta di Bumi.
Melansir laman NASA pada Rabu (12/2), salah satu faktor kunci dalam mencari planet mirip Bumi adalah keberadaan air yang merupakan elemen paling penting. Selain itu, atmosfer yang stabil dan keberadaan unsur-unsur kimia seperti karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen juga berperan penting dalam menentukan apakah suatu planet atau bulan dapat mendukung kehidupan.
Ada beberapa kandidat yang sedang diteliti menunjukkan potensi yang menarik, baik di dalam maupun di luar tata surya kita. Berikut adalah planet dan bulan yang sedang diteliti karena dianggap dapat mendukung kehidupan. Pertama, Mars. Mars telah menjadi target utama eksplorasi NASA selama bertahun-tahun.
Planet merah ini dianggap sebagai yang paling mirip dengan Bumi di tata surya. Meskipun permukaannya kering dan berdebu, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki lautan besar di masa lalu. Dapat dikatakan bahwa kondisi Mars miliaran tahun yang lalu mirip dengan kondisi Bumi saat ini.
Namun, atmosfer Mars perlahan mengalami perubahan sehingga tidak mampu mempertahankan air dalam bentuk cair di permukaannya. Meskipun demikian, fakta bahwa Mars pernah memiliki kondisi yang mendukung kehidupan memberikan petunjuk penting bahwa planet merah ini berpotensi menjadi Bumi kedua.
Penelitian mengenai Mars masih berlangsung hingga saat ini, di mana para ilmuwan memanfaatkan robot-robot yang ada di planet merah untuk mengumpulkan sampel inti batuan dan regolith (pecahan batu atau tanah) Mars, yang akan dibawa kembali ke Bumi.
Kedua, Kepler-452b. Misi NASA berhasil menemukan planet pertama yang seukuran Bumi dan berada di zona layak huni. Planet yang dikenal dengan nama resmi Kepler-452b ini terletak di sekitar bintang dalam jarak yang memungkinkan air dapat bertahan dalam bentuk cair. Kepler-452b berukuran 60 persen lebih besar dari Bumi dan mengorbit bintang tipe G2 yang mirip dengan matahari.
Meskipun lebih besar dibandingkan Bumi, planet ini memiliki orbit yang hanya 5 persen lebih panjang, dengan durasi 385 hari. Planet ini juga sedikit lebih jauh dari bintang induknya dibandingkan jarak Bumi ke matahari. Bintang induk Kepler-452b berusia 6 miliar tahun, yang lebih tua 1,5 miliar tahun dibandingkan matahari.
Bintang induk planet ini memiliki suhu, kecerahan, dan ukuran yang serupa, meskipun sedikit lebih besar. Meskipun informasi mengenai Kepler-452b masih terbatas karena jaraknya yang sangat jauh dari Bumi, yaitu sekitar 1.400 tahun cahaya, penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa planet ini berpotensi memiliki struktur yang sangat mirip dengan Bumi.
Titan merupakan satu-satunya bulan di tata surya yang memiliki atmosfer yang cukup tebal, serta satu-satunya lokasi selain Bumi yang memiliki cairan seperti sungai, danau, dan lautan di permukaannya. Namun, berbeda dengan air yang kita kenal, danau serta laut di Titan terbuat dari metana dan etana. Cairan ini terbentuk akibat suhu rendah di Titan yang membuat gas metana dan etana bertransformasi menjadi cairan.
Meskipun metana dan etana tidak sama dengan air, keduanya tetap dapat mengalir, mengisi danau, serta membentuk sungai dan lautan di permukaan Titan. Keberadaan cairan ini menciptakan lingkungan yang unik dan menunjukkan kemungkinan adanya proses yang mirip dengan siklus air di Bumi, meskipun dengan komposisi yang berbeda.
NASA telah merencanakan peluncuran misi Dragonfly pada tahun 2028, yang akan melibatkan pesawat terbang untuk menjelajahi permukaan Titan dan mencari informasi lebih lanjut mengenai kemungkinan kehidupan di sana, termasuk pencarian bahan organik yang dapat mendukung kehidupan.
Europa, yang merupakan salah satu bulan Jupiter, kini menjadi fokus penelitian NASA karena memiliki lapisan es tebal yang menutupi samudra besar di bawah permukaannya. Para peneliti mendapati kemungkinan adanya bahan-bahan penting untuk kehidupan di sana.
Namun, karena Europa terletak sangat jauh dari matahari, proses fotosintesis tidak dapat berlangsung di bulan ini. Tanpa adanya fotosintesis, akan sulit untuk memproduksi oksigen, suatu unsur yang sangat penting bagi kehidupan seperti di Bumi. Meskipun demikian, para ilmuwan tidak akan berhenti melakukan penelitian.
Saat ini, NASA sedang menjalankan misi Europa Clipper yang bertujuan untuk mempelajari lebih dalam mengenai kondisi bulan Jupiter tersebut. Misi ini akan menyelidiki samudra yang ada di bawah permukaan Europa dan mencari tahu apakah terdapat sumber energi lain yang dapat mendukung kehidupan mikroba, meskipun tanpa adanya fotosintesis. Dengan demikian, Europa tetap dianggap sebagai salah satu lokasi yang paling menarik untuk mencari tanda-tanda kehidupan di luar Bumi.
Enceladus, bulan Saturnus, juga menjadi objek penelitian yang menarik bagi NASA karena ada kemungkinan kehidupan di bawah permukaannya. Seperti halnya Europa, Enceladus memiliki samudra cair yang tersembunyi di balik lapisan es yang tebal.
Menariknya, pesawat Cassini yang pernah menjelajahi Saturnus menemukan adanya hidrogen dalam gas dan partikel es yang menyembur keluar dari Enceladus. Temuan ini menunjukkan bahwa Enceladus memiliki sumber energi kimia yang dapat mendukung kehidupan mikroba.
Selain itu, penemuan ini juga menunjukkan bahwa air hangat yang mengandung mineral mengalir ke lautan dari celah-celah yang ada di dasar laut.
Enceladus tampaknya memiliki tiga elemen penting untuk kehidupan, yakni air, sumber energi, dan bahan kimia seperti karbon, hidrogen, nitrogen, serta oksigen. Sayangnya, Cassini tidak mampu mendeteksi adanya kehidupan di Enceladus.