Apa itu Cambridge Analytica, dan haruskah kita tinggalkan Facebook selamanya?
Merdeka.com - Facebook saat ini sedang dirundung masalah besar. Digadang-gadang sebagai skandal terbesar Facebook selama 14 tahun berdiri, Cambridge Analytica menggunakan data dari jutaan profil jejaring sosial terbesar tersebut untuk mempengaruhi hasil pemilu Presiden AS pada 2016 lalu.
Berdasarkan laporan dari The Observer pada Sabtu (10/3), salah satu orang yang bertanggung jawab atas kasus ini yakni Christopher Wylie, membeberkan berbagai hal yang dilakukannya.
"Kami mengeksploitasi Facebook untuk mengambil jutaan data dari profil mereka. Lali kami membangun model untuk membedah apa yang bisa kami ketahui tentang mereka dan menarget 'iblis' dalam diri mereka. Itulah basis dari mengapa perusahaan (Cambridge Analytica) ini dibangun," sebut Wylie.
-
Kenapa Facebook jadi media sosial terbesar? Dengan kerja keras dan visi yang jelas, Mark Zuckerberg dan timnya berhasil mengembangkan Facebook menjadi salah satu jejaring sosial terbesar di dunia, mengubah cara orang berinteraksi dan berkomunikasi secara online.
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Mengapa Facebook Web populer? Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda.
-
Siapa pendiri Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat.
-
Bagaimana Facebook awalnya dibuat? Bersama teman-temannya, Andrew McCollum, Eduardo Saverin, Chris Hughes, dan Dustin Moskovitz, Zuckerberg mengembangkan Facebook saat mereka masih kuliah di Universitas Harvard.
-
Kenapa Facebook dan Google rugi besar? 1 hariDalam waktu satu hari semenjak internet padam secara keseluruhan, berbagai raksasa platform digital dapat mengalami kerugian yang besar. Facebook dan Google bisa kehilangan lebih dari Rp 6 triliun dalam pendapatan iklan di antara mereka.
Nah, tentu ini adalah hal yang sangat berbahaya. Berbagai data privasi kita bisa digunakan untuk mempengaruhi suara politik dari masyarakat, dan akan berimbas besar ke hasil pemungutan suara yang tentu mencoreng nilai demokrasi.
Lalu, apakah kita harus lari sejauh-jauhnya dari Facebook?
Mari kita pelajari dulu apa itu Cambridge Analytica dan sebesar apa dampaknya.
Apa itu Cambridge Analytica?
Cambridge Analytica adalah sebuah perusahaan tempat Christopher Wylie bekerja. Ini adalah perusahaan yang dimiliki oleh milyuner teknologi bernama Robert Mercer. Salah satu jajaran direksinya, sebelum dilantik sebagai penasehat Presiden Trump, adalah Steve Bannon yang juga petinggi di media konservatif Breitbart.
Sejah 2014 silam, Cambridge Analytica mengembangkan sebuah teknik untuk mendapat data Facebook dari kuis kepribadian. Tipe kuis yang memang cukup populer di Facebook ini dikerjakan oleh perusahaan pihak ketiga, yakni Global Science Research. Kuis ini menggunakan algoritma yang secara personal memprofil dan menarget mereka yang berada di usia pemilih. Christopher Wylie, adalah sang maestro di balik proyek ini.
Di awal, perusahaan ini membantah jika mereka 'memanen' data dari Facebook, dan mengaku tidak menggunakan data Facebook ketika pemilihan presiden 2016 lalu. Dikatakan juga bahwa mereka mematuhi persyaratan Facebook dengan tidak lagi memiliki data dari Global Science Research selaku pengembang kuis.
Bagaimana cara Cambridge Analytica 'memanen' data dari Facebook?
Tentu, jika data profil Anda adalah salah satu yang disalahgunakan, Anda tidak tahu jika data Anda disalahgunakan. Wylie menyebut bahwa jika Anda berteman Facebook dengan seseorang yang menggunakan aplikasi uji kepribadian bernama "thisisyourdigitallife," maka Anda telah berkonsensus dengan Global Science Research untuk mereka mengakses data Anda.
Parahnya, banyak sekali pengguna Facebook di AS dibayar untuk menggunakan aplikasi ini. Tentu akhirnya teman-teman mereka yang menggunakan aplikasi ini akhirnya juga 'terpanen' datanya.
Wylie juga menyebut bahwa data ini diambil oleh Cambridge Analytica dari Global Science Research dengan dalih riset akademik.
Data-data yang dipanen ini termasuk di antaranya adalah apa saja yang Anda like di berbagai situs di Facebook. Dengan data yang dibangun dari like ini saja, algoritma yang dikembangkan Cambridge Analytica bisa mengetahui berbagai hal seperti ras, gender, orientasi seksual, bahkan trauma masa kecil dan juga kerentanan terhadap jenis narkoba tertentu.
Hal ini membuat data-data yang cukup valid dan detil dari banyak akun profil di Facebook. Cambridge Analytica pun bisa merancang profil detik berdasarkan data ini, dan mencocokkannya dengan catatan pemilik. Dengan ini, mereka akan tahu sang calon pemilih ini akan memilih siapa, jika sesuai dengan tujuan mereka, di mana dalam kasus ini, memilih Trump, tak ada masalah. Jika mereka cenderung memilih Hillary, mereka akan membuat sistem periklanan yang akan tampil di timeline sang pemilih yang mungkin bisa mengubah pandangan mereka untuk memilih Trump.
Seberapa efektif cara 'curang' ini bisa pengaruhi hasil pemilu?
Cukup efektif. Karena, Cambridge Analytica berhasil mencocokkan puluhan juta data Facebook dengan catatan pemilih. Lalu dari situ, mereka menarget pengguna individual dengan "pemasaran personal" untuk mengubah pandangan politiknya.
Lalu, haruskah kita menghapus Facebook?
Facebook sendiri secara sadar atau tidak Anda sadari, adalah dunia yang dipenuhi iklan personal. Tentu Anda sudah familiar dengan konsep bahwa jika Anda 'Googling' sesuatu, hal tersebut juga akan keluar iklannya di Facebook. Seperti jika Anda mencari soal fotografi di Google, di Facebook tiba-tiba banyak iklan soal kamera.
Namun Cambridge Analytica adalah kasus yang berbeda. Ini sedikit lebih 'seram' dibanding sekedar pemasaran personal. Cambridge Analytica mengambil data pengguna tanpa konsensus dari sang pemilik data, dengan kata lain, kita tidak tahu menahu akan hal ini.
Untuk menghindari penyalahgunaan data semacam ini, Anda perlu sangat hati-hati dengan 'data permissions' yang selalu muncul ketika Anda terkoneksi dengan aplikasi di Facebook. Namun meski Anda melakukannya, Anda masih tetap berisiko ketika salah satu dari teman Anda ceroboh untuk mengizinkan datanya diakses pihak ketiga.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaFacebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaPerusahaan media sosial seperti LinkedIn dan Meta menggunakan informasi pengguna untuk melatih AI.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaElon Musk dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPenelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.
Baca SelengkapnyaMenjadi sebuah kebutuhan pemanfaatan teknologi AI bagi pemerintah.
Baca SelengkapnyaPer detiknya ada kerugian yang harus ditanggung Meta ketika platformnya mengalami gangguan.
Baca SelengkapnyaBerikut bahaya TikTok menurut pemerintah AS jika benar-benar tidak ditindaklanjuti.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, dia mengakui bahwa temuan hoaks Mafindo jumlahnya lebih sedikit dari banyaknya hoaks yang tersebar.
Baca Selengkapnya