Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Apa itu Cambridge Analytica, dan haruskah kita tinggalkan Facebook selamanya?

Apa itu Cambridge Analytica, dan haruskah kita tinggalkan Facebook selamanya? Ilustrasi Hacker. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Facebook saat ini sedang dirundung masalah besar. Digadang-gadang sebagai skandal terbesar Facebook selama 14 tahun berdiri, Cambridge Analytica menggunakan data dari jutaan profil jejaring sosial terbesar tersebut untuk mempengaruhi hasil pemilu Presiden AS pada 2016 lalu.

Berdasarkan laporan dari The Observer pada Sabtu (10/3), salah satu orang yang bertanggung jawab atas kasus ini yakni Christopher Wylie, membeberkan berbagai hal yang dilakukannya.

"Kami mengeksploitasi Facebook untuk mengambil jutaan data dari profil mereka. Lali kami membangun model untuk membedah apa yang bisa kami ketahui tentang mereka dan menarget 'iblis' dalam diri mereka. Itulah basis dari mengapa perusahaan (Cambridge Analytica) ini dibangun," sebut Wylie.

Nah, tentu ini adalah hal yang sangat berbahaya. Berbagai data privasi kita bisa digunakan untuk mempengaruhi suara politik dari masyarakat, dan akan berimbas besar ke hasil pemungutan suara yang tentu mencoreng nilai demokrasi.

Lalu, apakah kita harus lari sejauh-jauhnya dari Facebook?

Mari kita pelajari dulu apa itu Cambridge Analytica dan sebesar apa dampaknya.

Apa itu Cambridge Analytica?

Cambridge Analytica adalah sebuah perusahaan tempat Christopher Wylie bekerja. Ini adalah perusahaan yang dimiliki oleh milyuner teknologi bernama Robert Mercer. Salah satu jajaran direksinya, sebelum dilantik sebagai penasehat Presiden Trump, adalah Steve Bannon yang juga petinggi di media konservatif Breitbart.

Sejah 2014 silam, Cambridge Analytica mengembangkan sebuah teknik untuk mendapat data Facebook dari kuis kepribadian. Tipe kuis yang memang cukup populer di Facebook ini dikerjakan oleh perusahaan pihak ketiga, yakni Global Science Research. Kuis ini menggunakan algoritma yang secara personal memprofil dan menarget mereka yang berada di usia pemilih. Christopher Wylie, adalah sang maestro di balik proyek ini.

Di awal, perusahaan ini membantah jika mereka 'memanen' data dari Facebook, dan mengaku tidak menggunakan data Facebook ketika pemilihan presiden 2016 lalu. Dikatakan juga bahwa mereka mematuhi persyaratan Facebook dengan tidak lagi memiliki data dari Global Science Research selaku pengembang kuis.

Bagaimana cara Cambridge Analytica 'memanen' data dari Facebook?

Tentu, jika data profil Anda adalah salah satu yang disalahgunakan, Anda tidak tahu jika data Anda disalahgunakan. Wylie menyebut bahwa jika Anda berteman Facebook dengan seseorang yang menggunakan aplikasi uji kepribadian bernama "thisisyourdigitallife," maka Anda telah berkonsensus dengan Global Science Research untuk mereka mengakses data Anda.

Parahnya, banyak sekali pengguna Facebook di AS dibayar untuk menggunakan aplikasi ini. Tentu akhirnya teman-teman mereka yang menggunakan aplikasi ini akhirnya juga 'terpanen' datanya.

Wylie juga menyebut bahwa data ini diambil oleh Cambridge Analytica dari Global Science Research dengan dalih riset akademik.

Data-data yang dipanen ini termasuk di antaranya adalah apa saja yang Anda like di berbagai situs di Facebook. Dengan data yang dibangun dari like ini saja, algoritma yang dikembangkan Cambridge Analytica bisa mengetahui berbagai hal seperti ras, gender, orientasi seksual, bahkan trauma masa kecil dan juga kerentanan terhadap jenis narkoba tertentu.

Hal ini membuat data-data yang cukup valid dan detil dari banyak akun profil di Facebook. Cambridge Analytica pun bisa merancang profil detik berdasarkan data ini, dan mencocokkannya dengan catatan pemilik. Dengan ini, mereka akan tahu sang calon pemilih ini akan memilih siapa, jika sesuai dengan tujuan mereka, di mana dalam kasus ini, memilih Trump, tak ada masalah. Jika mereka cenderung memilih Hillary, mereka akan membuat sistem periklanan yang akan tampil di timeline sang pemilih yang mungkin bisa mengubah pandangan mereka untuk memilih Trump.

Seberapa efektif cara 'curang' ini bisa pengaruhi hasil pemilu?

Cukup efektif. Karena, Cambridge Analytica berhasil mencocokkan puluhan juta data Facebook dengan catatan pemilih. Lalu dari situ, mereka menarget pengguna individual dengan "pemasaran personal" untuk mengubah pandangan politiknya.

Lalu, haruskah kita menghapus Facebook?

Facebook sendiri secara sadar atau tidak Anda sadari, adalah dunia yang dipenuhi iklan personal. Tentu Anda sudah familiar dengan konsep bahwa jika Anda 'Googling' sesuatu, hal tersebut juga akan keluar iklannya di Facebook. Seperti jika Anda mencari soal fotografi di Google, di Facebook tiba-tiba banyak iklan soal kamera.

Namun Cambridge Analytica adalah kasus yang berbeda. Ini sedikit lebih 'seram' dibanding sekedar pemasaran personal. Cambridge Analytica mengambil data pengguna tanpa konsensus dari sang pemilik data, dengan kata lain, kita tidak tahu menahu akan hal ini.

Untuk menghindari penyalahgunaan data semacam ini, Anda perlu sangat hati-hati dengan 'data permissions' yang selalu muncul ketika Anda terkoneksi dengan aplikasi di Facebook. Namun meski Anda melakukannya, Anda masih tetap berisiko ketika salah satu dari teman Anda ceroboh untuk mengizinkan datanya diakses pihak ketiga.

(mdk/idc)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Diam-diam HP Bisa Nguping dan Munculkan Iklan Hasil Percakapan di Telepon? Begini faktanya
Diam-diam HP Bisa Nguping dan Munculkan Iklan Hasil Percakapan di Telepon? Begini faktanya

Ini penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.

Baca Selengkapnya
Menkominfo Budi Arie Akui Hoaks Makin Merajalela Jelang Pemilu
Menkominfo Budi Arie Akui Hoaks Makin Merajalela Jelang Pemilu

Daftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.

Baca Selengkapnya
4 Februari Hari Ulang Tahun Facebook, Ini Sejarah dan Perkembangannya
4 Februari Hari Ulang Tahun Facebook, Ini Sejarah dan Perkembangannya

Facebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya
Sering Pakai Medsos, Secara Tak Sadar Pengguna Jadi Pelatih AI, Hati-hati Privasi Bisa Diumbar
Sering Pakai Medsos, Secara Tak Sadar Pengguna Jadi Pelatih AI, Hati-hati Privasi Bisa Diumbar

Perusahaan media sosial seperti LinkedIn dan Meta menggunakan informasi pengguna untuk melatih AI.

Baca Selengkapnya
Polisi Ungkap YouTube, Facebook hingga TikTok Jadi Tempat Terbanyak Sebar Hoaks Pemilu 2024
Polisi Ungkap YouTube, Facebook hingga TikTok Jadi Tempat Terbanyak Sebar Hoaks Pemilu 2024

YouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.

Baca Selengkapnya
X dan Elon Musk Dituding Biang Penyebaran Hoaks Pemilu AS
X dan Elon Musk Dituding Biang Penyebaran Hoaks Pemilu AS

Elon Musk dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Riset ini Beberkan Efek Negatif Konten TikTok Hingga Praktik Pengumpulan Data
Riset ini Beberkan Efek Negatif Konten TikTok Hingga Praktik Pengumpulan Data

Penelitian dari Amnesty Internasional menunjukkan bahaya dari konten TikTok, terutama untuk anak-anak dan remaja.

Baca Selengkapnya
Sudah Saatnya Teknologi AI dan Big Data Dimanfaatkan Pemerintah
Sudah Saatnya Teknologi AI dan Big Data Dimanfaatkan Pemerintah

Menjadi sebuah kebutuhan pemanfaatan teknologi AI bagi pemerintah.

Baca Selengkapnya
Ternyata Segini Kerugian Facebook & Instagram jika Terjadi Down di Dunia
Ternyata Segini Kerugian Facebook & Instagram jika Terjadi Down di Dunia

Per detiknya ada kerugian yang harus ditanggung Meta ketika platformnya mengalami gangguan.

Baca Selengkapnya
3 Hal Ini yang Dikhawatirkan AS soal Bahaya Tiktok, Salah Satunya Bisa Cuci Otak
3 Hal Ini yang Dikhawatirkan AS soal Bahaya Tiktok, Salah Satunya Bisa Cuci Otak

Berikut bahaya TikTok menurut pemerintah AS jika benar-benar tidak ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya
Media Sosial Dibanjiri Hoaks Soal Perang Hamas-Israel, Ada yang Gunakan Video Lama Bahkan Video Game untuk Sebar Berita Palsu
Media Sosial Dibanjiri Hoaks Soal Perang Hamas-Israel, Ada yang Gunakan Video Lama Bahkan Video Game untuk Sebar Berita Palsu

Beberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.

Baca Selengkapnya
Mafindo Temukan 2.000 Konten Hoaks di Medsos, Paling Banyak Isu Pemilu 2024
Mafindo Temukan 2.000 Konten Hoaks di Medsos, Paling Banyak Isu Pemilu 2024

Di sisi lain, dia mengakui bahwa temuan hoaks Mafindo jumlahnya lebih sedikit dari banyaknya hoaks yang tersebar.

Baca Selengkapnya