Apakah Hewan Berciuman? Begini Penjelasan Ilmiahnya
Ciuman bukan hanya fenomena manusia. Studi mengungkap perilaku mirip ciuman pada hewan dan kaitannya dengan ikatan sosial serta evolusi manusia.

Ciuman merupakan bagian penting dalam budaya manusia. Sejak zaman kuno, ciuman telah menjadi ekspresi kasih sayang, romantis, dan persahabatan.
Tablet kuno dari Irak menunjukkan bahwa manusia sudah berciuman sejak tahun 2500 SM. Namun, apakah hewan juga memiliki perilaku serupa?
Menjawab pertanyaan ini bukanlah hal yang mudah, sebab ciuman dalam dunia hewan tidak selalu memiliki makna yang sama dengan ciuman pada manusia.
Mengutip LiveScience, Senin (17/2), menurut Sheril Kirshenbaum, penulis buku The Science of Kissing, banyak hewan memiliki perilaku yang mirip dengan ciuman, meski tujuannya berbeda. Misalnya, penyu yang saling mengetuk kepala atau anjing yang menjilat wajah pemiliknya.
Ciuman atau Perilaku Serupa Ciuman?
Ciuman pada manusia biasanya dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang, baik secara romantis maupun dalam hubungan keluarga. Namun, dalam dunia hewan, perilaku serupa ciuman bisa memiliki makna berbeda. Anjing, misalnya, menjilat wajah pemiliknya sebagai bentuk kasih sayang, grooming, atau untuk mengenali bau.
Namun, para ilmuwan berhati-hati untuk tidak menganggap perilaku hewan dengan sudut pandang manusia. Fenomena ini disebut antropomorfisme, yaitu menafsirkan perilaku hewan dengan emosi manusia. Oleh karena itu, mereka lebih suka menyebutnya sebagai perilaku mirip ciuman.
Ciuman pada Primata: Bukti Kedekatan Sosial
Primata adalah satu-satunya kelompok hewan yang dapat memonyongkan bibir seperti manusia. Bonobo dan simpanse dikenal sebagai spesies yang paling sering menunjukkan perilaku mirip ciuman.
Vanessa Woods, ilmuwan antropologi evolusioner dari Universitas Duke, menjelaskan bahwa bonobo sering menggunakan ciuman untuk memperkuat ikatan sosial dan meredakan konflik.
Bonobo memiliki sistem sosial yang dipimpin betina dan menyelesaikan konflik dengan interaksi sosial, termasuk ciuman.
Ciuman ini biasanya terjadi saat mereka berbagi makanan atau saling merawat. Bahkan, perilaku ini bisa diartikan sebagai barometer kedekatan hubungan di antara mereka.
Perilaku Ciuman di Alam Liar
Di sabana Afrika, jerapah kerap terlihat saling menyentuhkan leher dan wajah mereka. Meski tampak seperti ciuman, perilaku ini sebenarnya adalah ritual dominasi yang disebut necking. Dalam ritual ini, jerapah saling mengukur kekuatan untuk menentukan hierarki sosial.
Hal serupa juga ditemukan pada tupai tanah dan rusa besar yang saling menyentuhkan hidung. Perilaku ini lebih berfungsi untuk mengenali individu lain dan membangun interaksi sosial dalam kelompok.
Teori Evolusi Ciuman pada Manusia
Asal-usul ciuman manusia masih menjadi misteri. Adriano Lameira, profesor psikologi dari Universitas Warwick, mengajukan teori bahwa ciuman adalah evolusi dari perilaku grooming pada primata.
Dalam tahap akhir grooming, primata biasanya memonyongkan bibir dan menyedot kulit untuk membersihkan sisa serangga atau kotoran.
Seiring waktu, manusia kehilangan bulu tubuh mereka dan perilaku grooming menjadi kurang relevan. Namun, gerakan bibir dalam proses grooming tetap dipertahankan sebagai ekspresi kedekatan sosial. Lameira menyebut ciuman sebagai "relik evolusi dari ikatan sosial primata".
Namun, teori ini belum sepenuhnya disepakati. Woods berpendapat bahwa ciuman juga bisa berasal dari kebiasaan berbagi makanan antar anggota kelompok, sebagaimana yang sering terjadi pada bonobo.
Ciuman sebagai Fenomena Unik Manusia
Meskipun perilaku mirip ciuman ditemukan di banyak spesies hewan, ciuman dalam konteks sosial, romantis, dan budaya tetap menjadi fenomena unik manusia. Berbeda dengan hewan yang melakukannya untuk kebutuhan biologis, manusia menggunakan ciuman untuk mengekspresikan emosi yang kompleks.
Jadi, meski anjing Anda menjilat wajah Anda dengan penuh kasih, jangan buru-buru menganggapnya sebagai ciuman dalam arti manusia. Mereka mungkin hanya ingin mengenali aroma sarapan Anda!