Seperti Manusia, Hewan ini Saling Memberi Nama
Penelitian menunjukkan bahwa monyet marmoset menggunakan panggilan vokal unik untuk menamai satu sama lain, menambah wawasan tentang evolusi bahasa.
Penelitian baru yang diterbitkan di jurnal Science mengungkapkan bahwa monyet marmoset kini bergabung dengan kelompok hewan sosial berkemampuan kognitif tinggi, seperti manusia, lumba-lumba, dan gajah Afrika, yang dapat memberi nama satu sama lain.
Tim peneliti dari Universitas Ibrani Yerusalem menemukan bahwa marmoset menggunakan panggilan vokal bernada tinggi untuk saling memberikan "label vokal."
-
Kenapa harus hindari hewan liar? Jika Anda mengamati ada hewan liar di sekitar yang menampakkan gejala rabies, hidari kontak langsung dengannya, Tak hanya anjing dan kucing, hewan seperti kelelawar, rubah, rakun, dan serigala juga berpotensi sebagai pembawa virus.
-
Apa saja bahaya pelihara hewan liar? Hewan liar dengan naluri liar sering tidak memiliki temperamen yang baik sebagai hewan peliharaan. Menangkap satu spesies hewan liar dari habitatnya juga mempengaruhi seluruh ekosistem asli, berisiko menyebabkan ketidakseimbangan antara predator, mangsa, dan hubungan simbiotik.
-
Kenapa hewan liar bahaya untuk dipelihara? Hewan liar biasa ditangkap atau dipisahkan dari induknya untuk dijadikan hewan peliharaan. Hewan liar dengan naluri liar sering tidak memiliki temperamen yang baik sebagai hewan peliharaan.
-
Bagaimana hewan liar bisa menyebabkan penyakit? Sejumlah penyakit bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Beberapa penyakit menular ini termasuk: Flu burung, Salmonella, Tuberkulosis, Campak, Virus herpes B.
-
Hewan apa yang terdiri dari dua huruf? Hewan apa yang namanya dua huruf? U dan g.
-
Apa yang dilakukan monyet? Mereka menjatuhkan anjing-anjing itu satu per satu atau meninggalkannya di pepohonan yang tinggi.
David Omer, penulis senior studi tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa perilaku sosial adalah faktor yang mendorong evolusi manusia menjadi unik dibandingkan hewan lain.
"Manusia tidak unggul dalam berlari cepat, terbang, atau keterampilan lain selain kemampuan sosial. Semua pencapaian kita sebagai masyarakat adalah hasil dari keunggulan sosial ini," jelas Omer dikutip dari NDTV, Selasa (3/9).
Marmoset dipilih karena mereka memiliki kesamaan dengan manusia dalam hal perilaku sosial. Mereka hidup dalam kelompok keluarga kecil yang monogamis, terdiri dari 6 hingga 8 individu, yang secara kooperatif membesarkan anak-anak mereka. Kondisi ini mirip dengan dinamika sosial manusia.
Penelitian ini dipimpin oleh Guy Oren, seorang mahasiswa pascasarjana, yang merekam percakapan alami antara pasangan marmoset yang dipisahkan oleh penghalang visual, serta interaksi antara monyet dan sistem komputer yang memutar panggilan yang sudah direkam sebelumnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa marmoset menggunakan "panggilan phee," yaitu vokalisasi bernada sangat tinggi seperti suara alat listrik, untuk saling memanggil. Marmoset juga dapat mengenali ketika panggilan tersebut ditujukan kepada mereka dan lebih mungkin merespons jika dipanggil dengan "nama" mereka.
Dari sepuluh marmoset yang diuji, yang berasal dari tiga keluarga terpisah, terungkap bahwa anggota dalam kelompok keluarga menggunakan fitur suara serupa untuk mengodekan nama yang berbeda, mirip dengan dialek atau aksen pada manusia.
Hal ini berlaku bahkan bagi marmoset dewasa yang tidak memiliki hubungan darah, menunjukkan bahwa mereka belajar dari sesama dalam kelompok keluarga.Meskipun marmoset adalah kerabat yang relatif jauh dari manusia, berbagi leluhur yang sama sekitar 35 juta tahun lalu, perilaku ini dikaitkan dengan evolusi konvergen.
Artinya, mereka mengembangkan ciri-ciri serupa sebagai respons terhadap tantangan lingkungan yang serupa. Dalam hal ini, pemberian label vokal mungkin penting untuk menjaga ikatan sosial di hutan hujan Amerika Selatan yang lebat, di mana jarak pandang sering kali terbatas. Temuan ini menantang pandangan lama yang meremehkan primata lain dalam studi evolusi bahasa manusia.
"Kita masih bisa belajar banyak dari primata non-manusia tentang evolusi bahasa pada manusia," ujar Omer.
Kemajuan dalam daya komputasi dan pembelajaran mesin memungkinkan tim untuk menganalisis statistik panggilan marmoset dengan lebih detail.
Ke depan, Omer menyatakan bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan untuk mengurai isi percakapan marmoset lebih lanjut, membuka peluang baru dalam penelitian perilaku hewan dan evolusi bahasa.
Penemuan ini membuka perspektif baru tentang bagaimana hewan sosial, termasuk manusia, mengembangkan cara berkomunikasi yang kompleks untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial mereka.