Pakai AI, Ilmuwan Akhirnya Pecahkan Suara Misterius di Palung Terdalam Bumi
Ilmuwan akhirnya bisa mengindentifikasi suara misterius di Palung Mariana yang terdengar pertama kali pada 2014.
Peneliti akhirnya bisa mengidentifikasi sumber suara misterius yang berasal dari palung terdalam di samudera. Suara aneh itu digambarkan sebagai suara "biotwang", mirip seperti suara kapal luar angkasa dalam film fiksi ilmiah.
Suara itu ternyata suara panggilan paus Bryde yang sedang memanggil sesamanya. Paus menggunakan suara itu untuk mengetahui lokasi sesamanya, kata peneliti.
-
Bagaimana ilmuwan meneliti suara misterius? Pada tahun 2020, para ilmuwan menggunakan data seismik dari EarthScope Transportable Array (ESTA) untuk mencoba menjelaskan suara-suara ledakan yang terdengar di sekitar AS, khususnya sejak tahun 2013.
-
Siapa yang meneliti suara bawah laut? Pada tahun 1997, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) A.S. mencatat suara frekuensi sangat rendah yang berasal dari Point Nemo yang membingungkan mereka.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di lapisan tersembunyi Bumi? Dalam penyelidikan mereka, tim menemukan bagian yang menebal di area transisi mantel yang bertentangan dengan model-model saat ini.
-
Kenapa ilmuwan bingung dengan suara itu? Namun, volume kebisingannya sangat ekstrim sehingga orang lain percaya bahwa itu pasti suara lain.
-
Suara misterius seperti apa? 'Suaranya seperti seseorang mengetuk badan pesawat luar angkasa. Semacam mengetuk ember besi dengan palu kayu,'
-
Bagaimana ilmuwan menemukan lapisan tersembunyi Bumi? Dengan menggunakan teknologi pencitraan seismik canggih, Wang dan timnya melakukan perjalanan virtual yang menakjubkan jauh ke dalam Bumi, mencapai kedalaman antara 255 hingga 410 mil di bawah permukaan.
Ilmuwan pertama kali mendeteksi suara aneh itu ada 2014 ketika menggunakan peluncur bawah air untuk melakukan survei Palung Mariana — palung laut terdalam di dunia, yang membentang lebih dari 2.400 kilometer di selatan Jepang dan memiliki kedalaman maksimum 10.9 kilometer.
Suara biotwang dapat dipecah menjadi dua bagian berbeda: pertama, suara rendah dan bergemuruh yang bergema melalui kedalaman; dan kedua, dering metalik bernada tinggi yang oleh para peneliti disamakan dengan suara yang dihasilkan oleh pesawat ruang angkasa dalam Star Trek dan Star Wars.
Suara-suara itu awalnya membingungkan para ilmuwan. Namun pada tahun 2016, para peneliti mengungkapkan bahwa biotwang kemungkinan besar merupakan panggilan dari paus balin besar, seperti paus biru (Balaenoptera musculus) atau paus bungkuk (Megaptera novaeangliae). Namun, suara-suara itu tidak cocok dengan panggilan paus mana pun yang diketahui.
Dalam studi baru yang diterbitkan Rabu (18 September) di jurnal Frontiers in Marine Science, para peneliti akhirnya dapat membuktikan paus Bryde-lah yang membuat suara-suara itu, sebagian berkat perangkat kecerdasan buatan (AI) baru yang menyaring lebih dari 200.000 jam rekaman audio yang berisi berbagai suara laut.
"Sekali, itu kebetulan. Dua kali adalah kebetulan. Sembilan kali, itu pasti paus Bryde," kata penulis utama studi Ann Allen, ahli kelautan di Pusat Sains Perikanan Kepulauan Pasifik milik Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), kepada Scientific American.
Menggunakan AI
Namun untuk membuktikan secara meyakinkan bahwa paus Bryde-lah yang membuat suara itu, tim peneliti mencocokkan kemunculan suara tersebut dengan pola migrasi spesies paus itu, yang berarti memilah-milah rekaman audio yang diambil selama bertahun-tahun oleh stasiun pemantauan di seluruh Kepulauan Mariana dan sekitarnya.
Mereka mempercepat proses itu dengan menggunakan AI untuk mengubah bunyi biotwang menjadi gambar, yang dikenal sebagai spektrogram. Hasil ini dapat dengan mudah dibedakan dari suara lain oleh algoritma pembelajaran mesin.
Penelitian tersebut juga menemukan bunyi biotwang hanya dapat didengar di Pasifik barat laut, meskipun paus Bryde berkeliaran di wilayah yang jauh lebih luas, yang menunjukkan hanya populasi paus tertentu yang mengeluarkan suara itu.
Data itu juga menunjukkan adanya lonjakan suara biotwang selama 2016, ketika kenaikan suhu laut yang disebabkan oleh peristiwa El Niño mengakibatkan peningkatan jumlah paus Bryde yang mengunjungi daerah tersebut.