CEO Intel Pat Gelsinger Mundur dari Jabatannya, Disebut-sebut Karena Ada Tekanan
CEO Intel Pat Gelsinger mengundurkan diri setelah kurang dari empat tahun menjabat, di tengah tantangan besar yang dihadapi perusahaan.
Latar Belakang Pengunduran Diri
Pada hari Senin, CEO Intel Pat Gelsinger secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya setelah kurang dari empat tahun menjabat. Meskipun versi resmi menyatakan bahwa Gelsinger memutuskan untuk pensiun, laporan dari Reuters, Bloomberg, dan The New York Times menyebutkan bahwa dewan direksi mendorongnya untuk keluar. Hal itu seperti dikutip dari The Verge, Rabu (4/12).
Keputusan ini terjadi begitu mendadak sehingga Intel tidak memiliki calon pengganti yang direncanakan, dan Gelsinger bahkan tidak akan bertahan sebagai penasihat.
Gelsinger diharapkan dapat mengubah nasib perusahaan yang mengalami kesulitan. Namun, dia dilaporkan telah dikeluarkan sebelum dapat menyelesaikan rencananya. Intel telah berada dalam kondisi sulit selama bertahun-tahun, kehilangan peluang besar di pasar smartphone dan menghadapi masalah kontrol kualitas pada chipnya.
Mengapa Gelsinger Dikeluarkan?
Penyebab pengunduran Gelsinger tidak sepenuhnya jelas, tetapi sumber yang berbicara kepada media menyatakan bahwa dewan kehilangan kepercayaan pada rencananya.
"Direktur merasa bahwa rencana Gelsinger yang ambisius dan mahal untuk mengubah Intel tidak berhasil dan kemajuan perubahan tidak cukup cepat," ungkap sumber tersebut.
Selain itu, ada kekhawatiran mengenai kualitas produk yang dihasilkan, yang dianggap terabaikan dalam upaya mengubah Intel menjadi produsen chip sesuai pesanan.
Secara finansial, Intel menghadapi tantangan serius. Meskipun pada akhir tahun 2023 perusahaan masih mencatatkan keuntungan sebesar USD2,7 miliar, namun kerugian mencapai USD16,6 miliar pada kuartal ketiga 2024, yang merupakan yang terburuk dalam sejarah perusahaan. Hasil keuangan yang mengecewakan ini membuat investor semakin skeptis terhadap strategi yang diterapkan Gelsinger.
Kondisi Intel Sebelum dan Sesudah Gelsinger
Sebelum Gelsinger menjabat, Intel mengalami berbagai masalah, termasuk keputusan buruk dan penundaan dalam pengembangan chip. Apple, salah satu pelanggan utama, beralih ke chip berbasis Arm yang lebih efisien, meninggalkan Intel dalam persaingan.
Gelsinger, yang merupakan mantan karyawan Intel dan dikenal sebagai arsitek chip 486, diharapkan dapat membawa perusahaan kembali ke jalur yang benar dengan rencana ambisiusnya.
Gelsinger berencana untuk membangun kapasitas produksi chip baru dengan investasi besar-besaran di pabrik-pabrik di Amerika Serikat. Dia berkomitmen untuk menghasilkan lima generasi produk dalam waktu empat tahun, sebuah target yang dianggap sangat ambisius.
Namun, meskipun Intel mengklaim berada di jalur yang benar, biaya besar dan penurunan nilai saham membuat banyak pihak meragukan keberhasilan rencananya.
Tantangan yang Dihadapi Intel
Intel kini menghadapi tantangan besar di pasar AI dan grafis. Sementara perusahaan lain seperti Nvidia dan AMD berhasil memanfaatkan tren AI, Intel terlambat merespons. Produk AI yang diluncurkan oleh Intel, seperti akselerator AI Gaudi, tidak memenuhi ekspektasi pendapatan yang ditargetkan oleh Gelsinger.
Kekhawatiran juga muncul mengenai kemampuan produksi Intel. Proses manufaktur terbaru, yang dikenal sebagai 18A, dilaporkan jauh tertinggal dibandingkan pesaing seperti TSMC. Sumber industri menyebutkan bahwa TSMC mampu memproduksi 30 persen chip terdepan tanpa cacat, sementara Intel hanya mampu memproduksi kurang dari 10 persen chip 18A tanpa cacat.
Masa Depan Intel Pasca Gelsinger
Setelah pengunduran Gelsinger, banyak yang bertanya-tanya tentang arah baru yang akan diambil Intel. Beberapa analis berspekulasi bahwa dewan mungkin mempertimbangkan untuk memisahkan bisnis foundry Intel dari operasi utama, mirip dengan langkah yang diambil AMD pada tahun 2008. Namun, situasi ini menjadi rumit karena Intel menerima hampir $8 miliar dari pemerintah AS untuk mendukung produksi dalam negeri.
Jika Intel tidak dapat mempertahankan kendali atas bisnis foundry-nya, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi janji-janji produksinya di masa depan. Situasi ini menunjukkan bahwa masa depan Intel berada dalam ketidakpastian, dan keputusan strategis yang diambil oleh dewan direksi akan sangat menentukan arah perusahaan ke depan.