Heboh Iklan RCTI Tahun 90’an seperti Pakai Drone, Ternyata Ini Fakta Sebenarnya
Iklan ini menjadi fenomenal lantaran bagaimana proses kreatif zaman dulu sebelum ada drone.
Iklan ini menjadi fenomenal lantaran bagaimana proses kreatif zaman dulu sebelum ada drone.
Heboh Iklan RCTI Tahun 90’an seperti Pakai Drone, Ternyata Ini Fakta Sebenarnya
RCTI merupakan salah satu stasiun televisi yang paling banyak dikenal dan ditonton oleh masyarakat Indonesia.Popularitas tinggi yang dimiliki oleh stasiun televisi swasta pertama yang mengudara di Indonesia ini membuat banyak orang mempunyai kenangan terhadap siarannya.
Mungkin, salah satu yang paling berkesan adalah mengenai iklan atau tayangan buatan RCTI yang pernah ditanyangkan tiap peralihan program di dekade 1990-an hingga awal tahun 2000-an silam. Apakah kamu mengingatnya?
Tayangan atau iklan yang dimaksud merupakan berbagai iklan atau adegan orang-orang menonton siaran RCTI yang biasanya muncul ketika terjadi pergantian dari program satu ke program yang lainnya.
-
Benda apa yang viral dari tahun 90-an? Berikut adalah potret benda viral dari tahun 90-an yang hampir dilupakan, seperti yang dilansir oleh Liputan6.com dari Brightside pada Rabu (6/11/2024).
-
Kenapa benda 90-an viral? Terutama ketika kita melihat mainan kesayangan atau benda-benda yang populer di masa kecil, ingatan yang selama ini terpendam seolah bangkit kembali.
-
Apa yang diklaim di video tersebut? Dalam video berisi gabungan dari berbagai macam video yang ditambah dengan narasi dari bahwa Jokowi dan Kapolri CEK FAKTA: Hoaks Presiden Jokowi dan Kapolri Copot Polda Jabar Karena Batalkan Sidang Pegi Beredar sebuah video yang menarasikan Presiden Joko Widodo dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo mencopot jabatan Kapolda Jawa Barat (Jabar) karena batalkan persidangan tersangka kasus pembunuhan Vina Cirebon, Pegi Setiawan alias Pegi.
-
Apa yang diklaim dalam video? Viral unggahan video di Reels Facebook yang mengklaim jika kacamata hitam dapat menyebabkan penggunanya terkena kanker kulit. Pembicara dalam video tersebut menilai, bahwa memakai kacamata hitam justru meningkatkan bahaya dari radiasi ultraviolet matahari untuk mengurangi risiko kanker kulit.
-
Apa yang diklaim video tersebut? Video tersebut mengandung narasi bahwa Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD bersama DPR membongkar kebusukan hakim MK saat pelaksanaan Pilpres.
-
Kenapa serial Kera Sakti begitu populer di tahun 90-an? Kera Sakti menjadi tontonan tak terlupakan bagi anak-anak yang tumbuh di tahun 90-an. Bukan cuma cerita dan karakternya yang melekat di ingatan, lagunya pun masih dihafal sebagian besar penonton.
Sebenarnya, banyak versi dari tayangan tersebut, ada yang menggambarkan Rumah Gadang, pasar apung, stadion sepakbola, suasana bawah air, hingga, mungkin yang paling terkenal, suasana persawahan.
Bagaimana cara mengambil gambar atau rekaman untuk iklan tersebut? Beberapa misteri di balik cara pengambilan gambar dalam iklan-iklan RCTI tersebut akhirnya sudah dapat terjawab.
Irfan Wahid atau Ipang Wahid, sutradara berbagai iklan televisi yang juga staf ahli di Kemenko Perekonomian, menyajikan jawaban-jawaban dari pertanyaan masyarakat. Ia merupakan kru dalam pembuatan iklan-iklan tersebut.Mengutip dari akun Twitter/Xnya, Selasa (27/2), Irfan mengatakan bahwa iklan RCTI yang berada di sawah diambil di daerah Palabuhanratu, Sukabumi.
Ia juga mengatakan bahwa iklan tersebut diambil dengan memasang kamera film 35 mm di samping helikopter yang terbang.
“Heli gak terlalu dekat objek supaya saung gak tertiup angin,”
Ipang Wahid.
Irfan juga mengatakan bahwa tayangan televisi pada gubuk di tengah yang ada pada iklan tersebut bukanlah tanyangan asli, melainkan video yang “ditempel” dengan teknik kunci kroma menggunakan layar hijau (green screen).
Tayangan iklan tersebut ternyata juga menghabiskan dana yang besar, terutama untuk saat itu. “Sewa heli, kamera dan mount kameranya bisa 300-400 juta sendiri,” jelas Irfan.“Yang tersulit di versi ini adalah manuver helinya untuk dapatkan angle kamera dengan ruang gerak yg relatif terbatas,” cerita Irfan.
Dalam berbagai iklan tersebut, Irfan menyatakan bahwa sebagian besar kru kunci merupakan warga negara asing. Kurangnya sumber daya manusia lokal yang menguasai bidang-bidang kunci tadi menjadi alasan mengapa hal tersebut terjadi.